Dilindunginya Darah Kafir Ahdi dan Dzimmi Bilakah Kehormatan Darah Itu Gugur?

s.a.w. ditanya: Ya Rasulullahl Ini yang membunuh memang mungkin, tetapi mengapa yang terbunuh sampai begitu? Jawab Nabi: Karena dia bermaksud akan membunuh saudaranya juga. Riwayat Bukhari Oleh karena itulah Rasulullah s.a.w. melarang setiap perbuatan yang dapat membawa kepada pembunuhan atau peperangan, kendati hanya sekedar berisyarat dengan senjata. Sepertisabdanya: Janganlah salah seorang di antara kamu berisyarat kepada saudaranya dengan pedang, sebab dia tidak tahu barangkali syaitan akan melepaskan dari tangannya, maka dia akan jatuh ke jurang neraka. Riwayat Bukhari Dan sabdanya pula: Barangsiapa mengisyaratkan besi kepada kawannya, maka Malaikat akan melaknatnya sehingga ia berhenti, sekalipun dia itu saudara sekandung. Riwayat Muslim Bahkan ia bersabda: Tidak halal seorang muslim menakut-nakuti orang lain. Riwayat Abu Daud dan Thabarani dan rawi-rawinya kepercayaan Dosa ini tidak terbatas kepada si pembunuhnya saja, bahkan semua orang yang terlibat dalam pembunuhan itu, baik dengan perkataan ataupun perbuatan akan mendapat murka dari Allah sebesar dosa keterlibatannya itu. Sampai pun orang yang menyaksikan pembunuhan itu akan mendapat bagian dosa juga. Seperti disebutkan dalam hadis Nabi yang mengatakan: Jangan sampai salah seorang dari antara kamu berdiri di suatu tempat yang dilakukan pembunuhan terhadap seseorang dengan penganiayaan. Sebab laknat akan turun kepada orang yang menyaksikan sedangkan dia tidak mau membelanya. Riwayat Thabarani dan Baihaqi dengan sanad hasan

4.4.2.9.2 Dilindunginya Darah Kafir Ahdi dan Dzimmi

Nas-nas yang berkenaan dengan larangan membunuh dan peperangan ditujukan untuk ummat Islam, karana nas-nas itu datang sebagai suatu ketetapan dan bimbingan untuk kaum muslimin dalam masyarakat Islam. Tetapi ini tidak berarti, bahwa selain orang Islam darahnya halal. Sebab pada dasarnya jiwa manusia dilindungi Allah dan dijaganya dengan hukum kemanusiaannya itu sendiri, selama mereka itu bukan kafir harbi kafir yang memerangi Islam, karena kafir harbi darahnya halal. Adapun kafir ahdi atau kafir dzimmi kafir yang berada di bawah naungan pemerintah Islam, darahnya tetap dilindungi, tidak seorang muslim pun diperkenankan memusuhinya. Untuk itu Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: Barangsiapa membunuh seorang kafir ahdi, maka dia tidak akan mencium bau sorga, sedang bau sorga itu tercium sejauh perjalanan 40 tahun. Riwayat Bukhari dan lain-lain Dan dalam satu riwavat dikatakan: Barangsiapa membunuh seorang laki-laki dari ahli dzimmah, maka dia tidak akan mencium bau sorga. Riwayat Nasai 4.4.2.9.3 Bilakah Kehormatan Darah Itu Gugur? Firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan dilindungi Allah, kecuali dengan benar. al-Anam: 151 Apa yang dikatakan benar ini, adalah sebagai suatu hukuman terhadap tindakan kriminal, yang dilakukan karena salah satu dari tiga sebab: 1. Karena suatu pembunuhan secara zalim. Untuk orang ini harus dilakukan hukum qishash, yaitu satu jiwa dengan satu jiwa, tindak kejahatan dengan kejahatan. Tetapi yang memulai dinilai lebih kejam. Firman Allah: Dan bagi kamu dalam hukum qishash itu ada suatu keselamatan nyawa. al- Baqarah: 179 2. Terang-terangan berbuat kemesuman zina yang diketahui oleh empat orang saksi dengan mata-kepala sendiri, sedang dia tahu cara-cara perkawinan halal. Termasuk juga, karena dia mengaku di hadapan hakim sebanyak empat kali. 3. Keluar dari Agama Islam dengan terang-terangan sebagai suatu sikap menantang jamaah Islam. Sedang Islam tidak memaksa seorang pun masuk Islam. Tetapi dia keluar dengan mempermainkan agama seperti perbuatan Yahudi, yang mengatakan: Berimanlah kamu kepada kitab yang diturunkan kepada orang-orang mumin di ujung siang, dan kufurlah kamu di akhirnya supaya mereka orang-orang Islam kembali. Ali-Imran: 72 Rasulullah menyimpulkan halalnya darah yang semula haram, dalam tiga hal ini, dengan sabdanya: Tidak halal darah seseorang muslim kecuali sebab tiga hal: karena membunuh jiwa, seorang jandaduda berzina dan orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jamaah. Riwayat Bukhari dan Muslim Akan tetapi hak melaksanakan hukuman terhadap salah satu dari ketiga hal ini, semata-mata berada di tangan waliyul amri, bukan di tangan perorangan. Sehingga dengan demikian keamanan tidak terganggu, suasana krisis dapat dibendung dan tidak sampai setiap orang bartindak sebagai hakim sendiri. Kecuali tentang pembunuhan yang disengaja dan bersifat permusuhan yang mengharuskan dilakukannya hukum qishash, maka Islam memberi kesempatan kepada keluarga terbunuh untuk melakukan qishash itu di hadapan waliyul amri, sebagai obat penenang hati dan guna meredakan setiap keinginan menuntut darah. Ini sesuai dengan firman Allah: Barangsiapa dibunuh secara aniaya, maka kami berikan kepada keluarganya kekuasaan; tetapi janganlah melewati batas dalam pembunuhan itu, sebab sesungguhnya dia diberi kemenangan. al-Isra: 33

4.4.2.9.4 Bunuh Diri