Menunggang Kuda Berpacu Kuda

Para ulama berkata setelah membawakan hadis ini sebagai berikut: Bahwa masjid dibuat adalah demi kepentingan urusan kaum muslimin. Oleh karena itu apa saja yang kiranya bermanfaat untuk agama dan manusia, maka bolehlah dikerjakan di masjid. Kiranya kaum muslimin di zaman-zaman terakhir ini mau memperhatikan, mengapa masjid-masjid mereka itu dikosongkan dari jiwa hidup dan kekuatan, dan dibiarkan sebagai tempat orang-orang apatis. Pengarahan Nabi dalam mendidik dan memberikan hiburan hati isteri-isterinya, yaitu dengan memperkenankan permainan yang mubah seperti itu. Sehingga kata Aisyah: Sungguh saya saksikan Nabi membatas saya dengan selendangnya, sedang saya melihat orang-orang Habasyah itu bermain di dalam masjid, sehingga saya sendiri yang merasa bosan. Mereka itu lincah selincah gadis muda belia yang masih suka bermain. Riwayat Bukhari dan Muslim Aisyah juga berkata: Saya pernah bermain-main dengan boneka perempuan di rumah Rasulullah s.a.w., bersama kawan-kawan saya perempuan yang juga bermain-main dengan saya; dan tatkala Rasulullah s.a.w. masuk, mereka itu bersembunyi, tetapi Rasulullah s.a.w. senang melihat mereka itu bersamaku, kemudian mereka bermain-main bersamaku lagi. Riwayat Bukhari dan Muslim

4.3.4.5 Menunggang Kuda Berpacu Kuda

Allah s.w.t. berfirman: Kuda, keledai dan himar adalah supaya kamu naiki dan sebagai perhiasan. an- Nahl: 8 Dan bersabda Rasulullah s.a.w.: Kuda itu diikat jambulnya untuk kebaikan. Riwayat Bukhari Dan sabdanya pula: Lemparkanlah panah dan tunggangilah kuda. Riwayat Muslim Dan sabdanya lagi: Tiap-tiap sesuatu yang bukan zikrullah berarti permainan dan kelalaian, kecuali empat perkara: 1 Seorang laki-laki berjalan antara dua sasaran untuk memanah. 2 Seorang yang mendidik kudanya. 3 Bermain-mainnya seseorang dengan isterinya. 4 Belajar berenang. Riwayat Thabarani Dan berkatalah Umar: Ajarlah anak-anakmu berenang dan memanah; dan perintahlah mereka supaya melompat di atas punggung kuda. Ibnu Umar meriwayatkan. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah mengadakan pacuan kuda dan memberi hadiah kepada pemerangnya. Riwayat Ahmad Semua ini sebagai dorongan Nabi terhadap masalah pacuan kuda. Sebab berpacu kuda sebagaimana kami katakan di atas, adalah permainan, olahraga juga suatu latihan. Anas pernah ditanya: apakah kamu pernah bertaruh di zaman Rasulullah s.a.w.? Apakah Rasulullah s.a.w. sendiri juga pernah bertaruh? Maka jawab Anas: Ya Demi Allah, sungguh ia Rasulullah s.a.w. pernah bertaruh terhadap suatu kuda yang disebut sabhah kuda pacuan, maka dia dapat mengalahkan orang lain, ia sangat tangkas dalam hal itu dan mengherankannya. Riwayat Ahmad Taruhan yang dibenarkan, atau yang dimaksud di sini ialah suatu upah hadiah yang dikumpulkan bukan dari orang-orang yang berpacu saja atau dari salah satunya saja, tetapi dari orang-orang lainnya. Adapun hadiah yang dikumpulkan dari masing-masing yang berpacu, kemudian siapa yang unggul itulah yang mengambilnya, maka hadiah semacam itu termasuk judi yang dilarang. Dan Nabi sendiri menamakan pacuan kuda semacam ini, yakni yang disediakan untuk berjudi, dinamakan Kuda Syaitan. Harganya adalah haram, makanannya haram dan menungganginya pun haram juga. Riwayat Ahmad. Dan ia bersabda: Kuda itu ada tiga macam: kuda Allah, kuda manusia dan kuda syaitan. Adapun kuda Allah ialah kuda yang disediakan untuk berperang di jalan Allah, maka makanannya, kotorannya, kencingnya dan apanya saja - mempunyai beberapa kebaikan. Adapun kuda syaitan, yaitu kuda yang dipakai untuk berjudi atau untuk dibuat pertaruhan, dan adapun kuda manusia, yaitu kuda yang diikat oleh manusia, ia mengharapkan perutnya hasilnya, sebagai usaha untuk menutupi kebutuhannya. Riwayat Bukhari dan Muslim

4.3.4.6 Berburu