Memadu Antara Dua Saudara Perempuan-Perempuan yang Bersuami

3.2.5.3 Memadu Antara Dua Saudara

14 Termasuk yang diharamkan oleh Islam, sedang di zaman jahiliah dibebaskan, ialah: memadu dua saudara. Sebab hubungan cinta saudara yang selalu ditekan oleh Islam untuk dikukuhkan itu akan bisa pudar apabila salah satu dijadikan gundik terhadap yang lain. Al-Quran telah menegaskan haramnya permaduan seperti ini, dan disusul dengan penegasan Rasulullah s.a.w. dalam salah satu sabdanya yang berbunyi sebagai berikut: Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan bibinya dari ayah ammah dan antara perempuan dengan bibinya dari ibu khalah. Riwayat Bukhari dan Muslim Dan dalam riwayat lain ada tambahan ziadah yang berbunyi sebagai berikut: Dan Rasulullah sa,w. selanjutnya bersabda: Sesungguhnya kamu apabila mengerjakan yang demikian itu, maka berarti kamu telah memutuskan kekeluargaanmu. Riwayat Ibnu Hibban Islam sangat menekankan masalah hubungan kekeluargaan silaturrahmi, maka bagaimana mungkin dia akan membuat suatu peraturan yang dapat memutuskan hubungan silaturrahmi ini?

3.2.5.4 Perempuan-Perempuan yang Bersuami

15 Perempuan yang sudah kawin dan masih menjadi tanggungan suaminya, tidak boleh dikawin oleh laki-laki lain. Dan supaya perempuan dapat halal untuk laki- laki lain itu, diperlukan dua syarat sebagai berikut: a Perempuan tersebut sudah lepas dari kekuasaan suaminya baik karena ditinggal mati oleh suaminya ataupun karena ditalak. b Sudah sampai kepada iddah yang telah ditentukan Allah. Dan selama dalam iddah adalah menjadi tanggungan suami yang pertama. Sedang masa iddah, ialah sebagai berikut: 1. Untuk orang yang hamil: sampai melahirkan anak, baik masanya itu pendek ataupun panjang. 2. Yang ditinggal mati oleh suaminya: masa iddahnya empat bulan sepuluh hari. 3. Untuk yang dicerai biasa: tiga kali haidh sampai suci. Ditetapkannya tiga kali adalah untuk dapat memastikan terhadap kebersihan rahim, sebab dikawatirkan masih ada kaitannya dengan air si laki-laki pertama. Untuk itu maka sangat perlu berhati-hati, demi menjaga tercampurnya nasab. Ini berlaku untuk perempuan yang sudah dewasa, bukan anak-anak dan bukan yang sudah tua yang memang sudah tidak haidh. Untuk kedua perempuan ini berlaku iddah bulan, yaitu tiga bulan. Tentang iddah ini Allah telah berfirman dalam al-Quran sebagai berikut: Dan perempuan-perempuan yang ditalak, hendaklah menunggu dirinya itu sampai tiga kali suci guru, dan tidak halal bagi mereka untuk menyembunyikan apa-apa yang Allah telah jadikan dalam rahim mereka, kalau benar-benar mereka itu beriman kepada Allah dan hari akhir. al-Baqarah: 228 Dan perempuan perempuan yang sudah berhenti dari haidh jika kamu ragu-ragu, maka iddah mereka ialah tiga bulan; dan begitu juga orang-orang perempuan yang belum haidh. Sedang untuk mereka yang mengandung, masa iddahnya itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. al-Thalaq: 4 Dan orang-orang yang meninggal dunia dan meninggalkan isteri, hendaklah isteri-isterinya itu menunggu diri-diri mereka empat bulan sepuluh hari. al- Baqarah: 234 Limabelas macam perempuan yang haram dikawin seperti tersebut di atas, telah diterangkan oleh Allah dalam tiga ayat di surah an-Nisa, yaitu sebagai berikut: Jangan kamu kawin dengan perempuan-perempuan yang pernah dikawin oleh ayah-ayahmu, kecuali apa-apa yang telah lalu; sebab sesungguhnya dia itu perbuatan seperti itu satu kejelekan dan perbuatan dosa serta cara yang tidak baik. Telah diharamkan atas kamu ibu-ibu kamu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, bibi-bibimu dari ayah, bibi-bibimu dari ibu, anak- anak perempuannya saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuannya saudaramu yang perempuan, ibu-ibu kamu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuan kamu yang sesusu, ibu-ibu isteri kamu, anak-anak tiri yang dalam pangkuanmu yang ibunya telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum mencampuri mereka itu, maka tidaklah berdosa atas kamu untuk mengawini anaknya itu, isterinya anak laki-lakimu sendiri dan memadu antara dua saudara perempuan, karena sesungguhnya Allah adalah pengampun dan penyayang. Dan diharamkan juga atas kamu perempuan perempuan yang mempunyai suami. an-Nisa: 22- 24

3.2.5.5 Perempuan-Perempuan Musyrik