12
2.1.4. Lingkungan Pemasaran
Menurut Kotler 2002, lingkungan pemasaran perusahaan terdiri dari pelaku-pelaku dan kekuatan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya. Dalam merumuskan suatu strategi
pemasaran, perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya agar sukses dalam jangka waktu lama Hunger dan Wheelen, 2001. Lingkungan
ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
a. Lingkungan Internal
Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan
perusahaan tergantung dari bagaimana perusahaan mengelolaannya. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan
pengembangan. Faktor-faktor ini akan berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu sehingga membedakannya
dengan pesaing. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik oleh pesaingnya. Analisis
terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam
merumuskan dan menerapkan strategi pemasarannya Hunger dan Wheelen, 2001.
b. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari faktor-faktor sosial di luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun ia dapat mempengaruhi
kemampuan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung Bloom, 2006. Lingkungan eksternal akan berubah secara terus-menerus dan perusahaan
harus mampu beradaptasi agar dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada dan menghindari segala macam hal yang dapat mengancam perusahaan.
Kotler 2002 membagi lingkungan eksternal menjadi dua macam, yaitu lingkungan eksternal makro tidak langsung, yang terdiri dari demografi,
13 ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Serta lingkungan
eksternal mikro langsung, yang terdiri dari para pesaing, pemasok, pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru.
2.1.5. Kelompok Tani
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93KptsOT. 210397, tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan
keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani
dalam rangka menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup anggotanya. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di
lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal sedangkan susunan kepengurusan kelompok tani minimal
terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok.
Ciri-ciri kelompok tani adalah sebagai berikut : 1.
Ikatan di dalam kelompok tersebut didasarkan kepada keserasian mempunyai minat, pandangan, kesenangan, dan kepentingan yang sama sehingga
menimbulkan saling pengertian antar sesama anggota, kerjasama yang baik serta kecenderungan para anggota untuk mengikuti dan mentaati keputusan
yang telah dibuat bersama. 2.
Diantara anggota dan ketua atau diantara sesama anggota terjalin hubungan yang luwes dan wajar sehingga hubungan komunikasi dapat berjalan dengan
lancar. 3.
Adanya kegiatan yang bersifat informal 4.
Anggota adalah petani yang berada dalam lingkungan pengaruh seorang kontak tani yang bertindak sebagai ketua kelompok.
Tujuan dari didirikannya kelompok tani adalah untuk memudahkan penerapan dan penyebaran teknologi baru, dengan melakukan kegiatan bersama
yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok dan juga untuk mendiskusikan ide atau gagasan-gagasan baru, membentuk opini sampai kepada pengambilan
keputusan. Sedangkan peranan dari kelompok tani itu sendiri adalah sebagai
14 media sosial yang dinamis, penyatuan aspirasi yang murni dan sehat, dan sebagai
media kerjasama.
2.1.6. Usaha Kecil
Definisi usaha kecil mencakup paling tidak dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari
jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut Partomo dan Soejoedono, 2004.
Departemen KUMKM 2005 mendefinisikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun
suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau
kurang. Adapun kriteria-kriteria dari suatu usaha kecil adalah sebagai berikut : 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu
milyar rupiah. 3.
Milik Warga Negara Indonesia. 4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan UM atau UB. 5.
Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Anderson 1987 mengemukakan definisi usaha kecil ditinjau dari jumlah pekerja terbagi dua, yaitu usaha kecil I – kecil yang memiliki 1 sampai 9 tenaga
kerja, dan usaha kecil II – kecil yang memiliki 10 sampai 19 tenaga kerja.
2.1.7. Penelitian Aksi Partisipatif Participatory Action ResearchPAR
Penelitian aksi partisipatif, yang selanjutnya disebut PAR, adalah salah satu bentuk penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas organisasi
masyarakat, kehidupan masyarakat, dan keluarga dengan menggunakan sebuah pendekatan kolaboratif untuk mempertanyakan atau menyelidiki dan kemudian
melakukan aksi yang sistematis untuk memecahkan masalah tertentu Stringer, 1996. Penelitian dengan menggunakan pendekatan aksi partisipatif ini
15 participatory research memiliki perbedaan dan penelitian konvensional
conventional research yang dilakukan oleh peneliti pada umumnya.
Tabel 4. Perbedaan Conventional Research dan Participatory Research Kriteria
Conventional research Participatory research
Tujuan Memperoleh informasi untuk
didiagnosa, direncanakan dan dievaluasi
Memancing penduduk lokal untuk mulai beraksi
Hasil riset Sesuai dengan yang ditentukan,
lebih spesifik Berkembang, berubah terus-
menerus Pendekatan Objektif,
standarisasi, seragam, linier, disusun untuk menguji
hipotesis Fleksibel, berbeda-beda,
disesuaikan, mendorong perubahan, iteratif, holistik
Gaya operasi Menggali, ada jarak dengan
subjek riset, hanya data dan data
Memotivasi memberi dorongan, partisipatif, fokus
pada perkembangan orang Pembuat
keputusan Eksternal, terpusat
Penduduk lokal dengan atau tanpa fasilitator
Metodeteknik Sangat terstruktur, ketepatan pengukuran, analisis statistic
Buka-tutup, tatap muka, sorting, skorring, ranking
Peranan peneliti
Mengkontrol, memanipulasi, expert, dominan, objektif
Perantara, fasilitator, mengawali, kemudian
mengikuti Peran
penduduk lokal
Contoh, sebagai target, responden pasif, reaktif
Generator pengetahuan, peserta, aktif, kreatif
Kepemilikan hasil
Hasil untuk sendiri dan dikontrol dari luar akses
terbatas Dimiliki oleh penduduk local
Output Laporan, publikasi,
mungkin perubahan kebijakan
Peningkatan kapasitas dan peran masyarakat setempat,
pembelajaran setempat, mempengaruhi perubahan
kebijakan
Sumber : Narayan, 1996 Penelitian aksi partisipatif adalah suatu penelitian sistematis yang
dilaksanakan bersama kolektif, saling bekerjasama kolaboratif, merupakan refleksi diri, bersifat kritis dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
penelitian tersebut McCutcheon and Jung, 1990. PAR memiliki seperangkat nilai-nilai yang menentukan proses penelitian haruslah demokratis, adil, bebas,
dan dinamis.
16 Menurut Dick 1997, PAR merupakan suatu siklus, bukan proses linier,
yang umumnya dimulai dengan membangun dasar bagi partisipan dengan mengembangkan hubungan diantara para stakeholder serta menegosiasikan peran
dan tangungjawab. Membangun hubungan adalah aspek kunci dalam proses penelitian yang membutuhkan negosiasi dan sikap saling berbagi.
Zuber-Skerrit 1991, mengatakan bahwa siklus penelitian aksi terdiri dari empat kegiatan utama yaitu, perencanaan, aksi, pengamatan, dan refleksi seperti
yang terlihat pada Gambar 2. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus dengan harapan kegiatan perencanaan dan aksi yang dilakukan setiap kali kegiatan
pemantauan dan refleksi dilakukan akan menghasilkan suatu output yang lebih baik dan bermanfaat.
Gambar 2 : Siklus Participatory Action Research PAR Dari definisi-definisi diatas terdapat empat point dasar dalam penelitian
aksi partisipatif yaitu : pemberdayaan pihak-pihak yang terlibat, kerjasama melalui partisipasi, memperoleh pengetahuan, dan perubahan sosial.
McTaggart 1989, menyatakan bahwa penelitian aksi partisipatif memiliki enam belas prinsip yaitu : 1 sebuah pendekatan untuk memperbaiki praktek
sosial dengan jalan merubahnya, 2 bergantung pada partisipasi nyata, 3 kolaboratif, 4 membangun komunitas dengan sikap kritis-diri, 5 sebuah proses
belajar yang sistematis, 6 melibatkan orang-orang dalam membangun teori mengenai praktek sosial mereka sendiri, 7 mengajak orang-orang menempatkan
praktek, ide-ide dan asumsi mereka mengenai institusi untuk diuji, 8 melibatkan pembuatan catatan, 9 mengajak partisipan memahami pengalaman mereka
sendiri secara obyektif, 10 sebuah proses politik, 11 melibatkan pembuatan analisis kritis, 12 dimulai dengan hal yang kecil, 13 dimulai dengan siklus
Kondisi Saat Ini
Aksi Aksi
Perencanaan Perencanaan
Pemantauan Pemantauan
Refleksi Refleksi
Pengamatan
17 kecil, 14 dimulai dengan kelompok kecil, 15 memperbolehkan dan
mengharuskan partisipan membuat catatan, 16 memperbolehkan dan mengharuskan partisipan memberikan sebuah alasan yang memberi justifikasi
kerja sosial pendidikan mereka kepada yang lain.
2.1.8. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan digunakan dua matriks yang berbeda yaitu matriks Internal Factor Evaluation
IFE dan matriks External Factor Evaluation EFE.
a. Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Matriks Internal Factor Evaluation IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali dari beberapa aspek fungsional, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM,
pemasaran, sistem informasi, dan produksi David, 2004. Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal
dalam matriks IFE adalah sebagai berikut : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh usaha pada kolom 1 2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 paling
penting sampai 0,0 tidak penting. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri.
Peluang seringkali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat
mengancam. Semua bobot tersebut jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Hitung rating atau peringkat dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor,
berdasarkan pengaruh faktor-faktor kondisi perusahaan yang bersangkutan. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan
1,0.
18 5. Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor internalnya. Nilai rata-rata adalah 2,5. jika
nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan jika nilainya diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi
internalnya kuat. Tabel 5. Matriks IFE
Faktor-faktor internal Bobot
Rating Bobot x Rating
Kekuatan 1.
2. ....
Kelemahan 1.
2. ....
Total 1,00 Sumber : David, 2004
b. Matriks External Factor Evaluation EFE