62 hasil pertanian mereka, rendahnya kemampuan untuk mengadopsi teknologi yang
tepat untuk mengolah ubi jalar menjadi tepung yang berkualitas, dan merancang pola pemasaran produk yang mencakup penetapan harga produk, jenis kemasan
yang akan digunakan, dan cara mempromosikan produk. 4
Jenis varietas ubi jalar yang ditanam oleh anggota kelompok beraneka ragam.
Walapun para petani tergabung dalam suatu wadah kelompok tani, namun selama ini para petani tidak pernah melakukan penyeragaman jenis varietas ubi
jalar yang ditanam. Ubi jalar yang ditanam oleh anggota kelompok sangat beraneka ragam meliputi ubi jalar Merah Ceret, Trikobandung Kebo Potariko,
Jitok, SQ, Kamerun, Suup, Rambo, Emen, Sukuh, dan Tangkil. Ini merupakan kelemahan kelompok karena kelompok akan kesulitan untuk menghasilkan tepung
ubi jalar yang berkualitas.
5.2.2. Faktor Eksternal a. Peluang
1 Kondisi geografis Desa Cikarawang yang cocok untuk pengembangan
komoditas ubi jalar.
Ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh dan berkembang di daratan tinggi daerah tropis dan subtropis, baik
dilahan tegalan maupun sawah, asal ketersediaan air di awal pertumbuhan hingga tanaman berumur 2 bulan mencukupi. Tumbuhan merambat ini dapat ditanam
pada musim hujan maupun kemarau. Selain itu, tanaman ini relatif mudah proses penanamannya dan tidak mudah terkena penyakit tanaman.
Melihat kondisi geografis Desa Cikarawang yang merupakan dataran tinggi dengan suhu udara mencapai 25
o
-30
o
C, sangat memungkinkan komoditi ubi jalar di tanam di daerah ini. Menurut Sulaiman, petugas penyuluh pertanian
Desa Cikarawang, sifat tanah di Desa Cikarawang sangat cocok untuk tanaman ubi jalar. Tingkat produksinya bisa mencapai 23 ton ha, tergantung dari bibit
yang digunakan dan cara pemeliharaannya. Kenyataan ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok untuk menghasilkan ubi jalar yang berkualitas sebagai bahan baku dari
usaha yang akan didirikan oleh Kelompok Tani Hurip.
63
2 Tersedianya tenaga kerja.
Kelompok Tani Hurip tidak akan menemui kesulitan dalam merekrut tenaga kerja untuk usaha yang akan didirikan karena tenaga kerja yang akan
dipekerjakan lebih diprioritaskan dari anggota kelompok, kerabat atau tetangga terdekat anggota kelompok. Selain itu pengangguran yang tinggi di desa juga
merupakan faktor pendukung mudahnya perekrutan tenaga kerja. 3
Peningkatan jumlah penduduk dan kecenderungan perubahan pola konsumsi masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu sebanyak 206,264,595 jiwa pada tahun 2000 dengan laju
pertumbuhan 1,35 persen pertahun BPS, 2006 dan sekitar 59 dari jumlah penduduk tersebut menempati pulau Jawa. Di Kabupaten Bogor sendiri jumlah
penduduknya mencapai 3.700.207 jiwa BPS, 2006. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, berarti meningkat pula jumlah kebutuhan akan bahan makanan.
Selain itu, juga terdapat kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan yang tidak mengandung zat pengawet dan kimia, mengandung
hanya sedikit lemak, kurang mengandung gula, dan berasal dari alam yang masih sehat dan segar. Hal ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat juga berubah.
Masyarakat memiliki kecenderungan untuk hidup sehat dan kembali ke alam back to nature. Masyarakat menjadi semakin kritis dan selektif dalam memilih
makanan dan minuman, kesehatan, serta menuntut lingkungan hidup yang sehat, bersih, dan bebas polusi. Hal ini merupakan kesempatan bagi kelompok untuk
memasarkan tepung ubi jalar dengan kandungan nutrisi yang dimilikinya.
4 Tepung ubi jalar dapat mensubstitusi tepung terigu.
Program swasembada beras yang sering disosialisasikan oleh pemerintah sejak lama, sepertinya sulit untuk dicapai karena sampai saat ini kita masih
mengimpor beras dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini bukannya menyelesaikan masalah, malah menambah banyak permasalahan baru. Sedangkan
program diversifikasi pangan yang dimunculkan, melahirkan berbagai makanan alternatif yang berbasis bahan baku impor yaitu gandum. Ubi jalar merupakan
salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat dan bisa menjadi alternatif menuju ketahanan pangan. Jika diolah menjadi tepung, ia
64 dapat menjadi bahan baku produk pangan olahan, sebagai pensubstitusi tepung
terigu karena kandungan nutrisinya yang relatif sama dengan tepung terigu. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hasil penelitian-penelitian terdahulu
yang telah berhasil melakukan substitusi tepung terigu oleh tepung ubi jalar pada pembuatan produk roti sebesar 30, cake sebesar 50, bihun sebesar 40,
cookies sebesar 70 , dan brownies kukus sebesar 100. Selain itu, tepung ubi jalar juga dapat mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan pukis dan spekoek
masing-masing sebesar 50, kue tambang dan cheese stik masing-masing sebesar 30.
5 Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin modern.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka semakin pesat pula perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi kelompok dapat menggunakannya untuk mendukung keinginannya untuk meningkatkan citra ubi jalar di mata masyarakat umum. Kemajuan
teknologi tidak hanya diindikasikan dengan adanya penemuan-penemuan peralatan baru tetapi juga bisa mancakup penemuan metode-metode produksi
yang lebih efektif dan efisien. Pada saat ini telah banyak ditemui berbagai jenis peralatan yang bisa membantu dan mempermudah manusia dalam melaksanakan
pekerjaannya. Ini merupakan peluang bagi kelompok tani. Dengan digunakannya teknologi yang tepat maka kelompok dapat meningkatkan keefektifan dan
keefisiensian dalan berproduksi yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas tepung yang dihasilkan.
6 Peluang kerjasama dengan pemerintah dan atau pihak lain.
Pada saat ini pengembangan kegiatan usaha kecil dan menengah selanjutnya disebut UKM berbasis masyarakat terutama yang berkaitan dengan
kegiatan usaha pertanian telah menjadi perhatian pemerintah. Hal ini dikarenakan dalam situasi dan kondisi ekonomi yang tidak kondusif yang terjadi beberapa
tahun yang lalu, usaha ini masih dapat bertahan bahkan dapat mengeruk keuntungan yang relatif besar.
Departemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Departemen KUMKM dalam Rencana Strategis 2005-2009 berusaha mengembangkan
UMKM dengan meningkatkan SDM yang dimiliki UMKM, meningkatkan
65 aksesabilitas KUKM terhadap sumber-sumber pembiayaan, memperluas sumber
pembiayaan bagi KUKM, baik bank maupun nonbank. Selain itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor memiliki suatu bidang yang bersedia untuk mendampingi setiap
kelompok tani yang ingin mengembangkan suatu usaha pengolahan hasil pertanian. Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor juga mempunyai program yang
bertujuan untuk mengembangkan industri kecil secara umum di Kabupaten Bogor. Program tersebut terdiri dari pelatihan yang meliputi pelatihan manajemen
administrasi, peningkatan mutu, diversifikasi produk dan bantuan permodalan. Bantuan permodalan ini disebut Bantuan Dana Bergulir dan dikucurkan
pemerintah sebesar Rp 25.000.000,- dan sudah berlangsung selama tujuh tahun. 7
Adanya peluang pasar tepung ubi jalar di wilayah Bogor.
Tepung ubi jalar merupakan produk olahan setengah jadi yang bisa menjadi bahan baku industri makanan olahan ubi jalar, industri jasa boga,
termasuk menjadi menu pada unit pengolahan jasa makanan rumah sakit dan sekolah serta pengolahan makanan di rumah tangga
. Bogor merupakan suatu wilayah yang memiliki banyak industri kecil
pangan. Jumlah industri kecil pangan yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor mencapai 88 industri BPS, 2006. Menurut Djami, 2007 prospek pemasaran
tepung ubi jalar di wilayah Bogor sangat bagus karena dari 19 industri yang di datangi dan dilakukan wawancara dengan pemiliknya, semuanya berminat untuk
membeli dan mencoba menggunakan tepung ubi jalar sebagai alternatif lain bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk Lampiran 2.
b. Ancaman 1