Sosial Budaya HASIL DAN PEMBAHASAN

55

d. Teknologi

Pada saat ini perkembangan teknologi merupakan suatu kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar. Ubi jalar masih dinilai sebagai komoditas minor, sehingga untuk meningkatkan citra, daya guna dan nilai tambahnya diperlukan penerapan teknologi pengolahan pasca panen. Dampak yang diharapkan dari penerapan teknologi ini adalah meluasnya pasar ubi jalar. Pengembangan industri pengolahan ubi jalar menjadi tepung di pedesaan diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan perekonomian dan gizi masyarakat serta menumbuhkan kegairahan petani dalam mengusahakan ubi jalar. Adanya perkembangan berbagai peralatan dan metode modern yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, maka kelompok dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan kualitas produksinya. Begitu juga perkembangan teknologi informasi berbasis komputer dan internet yang berkembang denga sangat pesat dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani untuk mendukung usaha yang akan didirikan dengan mencari informasi mengenai peluang pasar yang dapat dimasuki. Disamping itu, kemajuan di bidang transportasi juga dapat memudahkan kelompok untuk memasarkan produknya.

e. Sosial Budaya

Pada saat ini kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya diversifikasi pangan untuk menggantikan kebutuhan akan beras semakin meningkat, sebagai akibat dari semakin banyaknya gerakan kampanye atau promosi yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari pihak pemerintahan atau akademisi, kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai lapisan bawah sampai lapisan atas. Seperti Departemen Pertanian RI yang gencar mempromosikan hasil olahan makanan non beras yang mengandung karbohidrat tinggi. Sementara gaya hidup masyarakat yang semakin mementingkan kesehatan jasmani pun sedang terjadi. Ini ditandai dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengunjungi fitness centre dan melakukan lari pagi. Selain itu, pola konsumsi masyarakat juga berubah dimana terdapat kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan yang tidak mengandung zat pengawet dan 56 kimia, mengandung hanya sedikit lemak, kurang mengandung gula, dan berasal dari alam yang masih sehat dan segar. Masyarakat menjadi semakin kritis dan selektif dalam memilih makanan dan minuman, kesehatan, serta menuntut lingkungan hidup yang sehat, bersih, dan bebas polusi. Perubahan ini mengindikasikan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk hidup sehat dan kembali ke alam back to nature. Hal ini merupakan kesempatan bagi kelompok tani untuk memasarkan tepung ubi jalar yang dengan kandungan nutrisi yang dimilikinya sangat cocok sebagai produk kesehatan.

2. Lingkungan Eksternal Mikro a.

Pesaing industri Di tingkat Kabupaten Bogor, belum ada perusahaan yang mampu memproduksi sekaligus memasarkan sendiri produk tepung ubi jalar ini. Beberapa tahun yang lalu Pemda Kabupaten Bogor, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pertanian telah menjalin kerjasama dengan Bogasari, dan IPB untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar di Desa Cibungbulang Kabupaten Bogor. Usaha ini dijalankan oleh kelompok tani yang ada di desa tersebut dengan bimbingan dari Dinas Pertanian Kabupaten dan produk hasil olahannya akan ditampung oleh suatu perusahan tepung terbesar di Indonesia, yaitu Bogasari Flour Mills. Namun sejak dua tahun yang lalu usaha ini tidak berjalan karena mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar Bogasari. Bogasari juga pernah memproduksi tepung ubi jalar sekitar 15 ton per bulan dengan tiga varian produk masing-masing sariumbi putih, sariumbi kuning dan sariumbi ungu yang dipasarkan di dalam negeri. Namun kini produk tersebut tidak beredar lagi di pasaran karena Bogasari mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk tersebut. Kebutuhan bahan baku untuk tepung ubi jalar sangat besar karena setiap satu kilo gram dibutuhkan sedikitnya empat hingga lima kilo gram ubi basah. Karena kandungan air pada ubi cukup tinggi sekitar 60-70. Kelompok Tani Hurip merupakan kelompok tani yang beranggotakan petani-petani skala kecil. Sehingga produk tepung yang dihasilkan belum tentu mampu bersaing dengan perusahaan besar seperti Bogasari. Namun, kelompok 57 tani mencoba untuk menghasilkan produk tepung yang sesuai dengan keinginan calon konsumen dari industri kecil pangan yang ada di wilayah Bogor.

b. Produk substitusi