Kelompok Tani Usaha Kecil

13 ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Serta lingkungan eksternal mikro langsung, yang terdiri dari para pesaing, pemasok, pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru.

2.1.5. Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93KptsOT. 210397, tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dalam rangka menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup anggotanya. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal sedangkan susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok. Ciri-ciri kelompok tani adalah sebagai berikut : 1. Ikatan di dalam kelompok tersebut didasarkan kepada keserasian mempunyai minat, pandangan, kesenangan, dan kepentingan yang sama sehingga menimbulkan saling pengertian antar sesama anggota, kerjasama yang baik serta kecenderungan para anggota untuk mengikuti dan mentaati keputusan yang telah dibuat bersama. 2. Diantara anggota dan ketua atau diantara sesama anggota terjalin hubungan yang luwes dan wajar sehingga hubungan komunikasi dapat berjalan dengan lancar. 3. Adanya kegiatan yang bersifat informal 4. Anggota adalah petani yang berada dalam lingkungan pengaruh seorang kontak tani yang bertindak sebagai ketua kelompok. Tujuan dari didirikannya kelompok tani adalah untuk memudahkan penerapan dan penyebaran teknologi baru, dengan melakukan kegiatan bersama yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok dan juga untuk mendiskusikan ide atau gagasan-gagasan baru, membentuk opini sampai kepada pengambilan keputusan. Sedangkan peranan dari kelompok tani itu sendiri adalah sebagai 14 media sosial yang dinamis, penyatuan aspirasi yang murni dan sehat, dan sebagai media kerjasama.

2.1.6. Usaha Kecil

Definisi usaha kecil mencakup paling tidak dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut Partomo dan Soejoedono, 2004. Departemen KUMKM 2005 mendefinisikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang. Adapun kriteria-kriteria dari suatu usaha kecil adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah. 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan UM atau UB. 5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Anderson 1987 mengemukakan definisi usaha kecil ditinjau dari jumlah pekerja terbagi dua, yaitu usaha kecil I – kecil yang memiliki 1 sampai 9 tenaga kerja, dan usaha kecil II – kecil yang memiliki 10 sampai 19 tenaga kerja.

2.1.7. Penelitian Aksi Partisipatif Participatory Action ResearchPAR