Demografi Ekonomi, Politik dan Hukum

52 tradisional yang ada di wilayah Bogor dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan ubi jalar segar memiliki daya simpan yang terbatas. Jika ubi jalar disimpan dalam waktu lebih dari satu minggu, maka petani akan kehilangan ubi jalar sebanyak 20- 50 karena kadar air awal ubi jalar relatif tinggi. Akibatnya ia akan mulai rusak dan harganya akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga ubi jalar segar yang baru dipanen. Selama ini harga ubi jalar cenderung berfluktuatif di tingkat petani. Jika ubi jalar lagi ”banjir” maka harga ubi jalar menjadi sangat murah bisa mencapai Rp. 600,- per Kg. Sebaliknya jika ubi jalar lagi langka di pasar, maka harganya bisa mencapai Rp. 1200,- per Kg. Hal ini sangat meresahkan petani karena pendapatan yang mereka peroleh ketika ubi jalar lagi ”banjir” tidak sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan dan tidak dapat menutupi kebutuhan hidup mereka.

5.1.2. Lingkungan Eksternal

Pengamatan dan analisis terhadap lingkungan eksternal perlu dilakukan sebelum perumusan strategi dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi sehingga kelompok tani dapat merumuskan strategi dengan memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan yang berada diluar kendali kelompok tani. 1. Lingkungan Eksternal Makro Lingkungan eksternal makro terdiri dari lima kekuatan utama, yaitu : demografi, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, serta sosial dan budaya. Lingkungan ini berada diluar jangkauan manajemen dan terlepas dari situasi operasional perusahaan.

a. Demografi

Pada umumnya, kekuatan demografi adalah hal utama yang pertama kali dipantau oleh pemasar, karena yang membentuk pasar adalah masyarakat. Demografi merupakan salah satu data yang mudah didapatkan. Kecenderungan demografi dapat diandalkan untuk jangka pendek dan jangka menengah. 53 Pada tahun 2005 jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 3.700.207 jiwa, dengan jumlah keluarga sebanyak 904.928 keluarga. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 3.438.055 jiwa. Sedangkan di Kota Bogor pada tahun 2005 jumlah penduduknya mencapai 750.250 jiwa. Jika digabungkan keduanya, maka jumlah total penduduk di wilayah Bogor pada tahun 2005 adalah sebanyak 4.450.457 jiwa BPS, 2006. Meningkatnya jumlah penduduk merupakan suatu peluang bagi kelompok tani, karena kelompok tidak akan menemui kesulitan dalam perekrutan tenaga kerja. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk pasti akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan pangan. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pangannya, masyarakat Indonesia hanya bergantung pada satu jenis komoditas, yaitu beras. Kenyataannya, produktivitas beras di Indonesia cenderung semakin menurun dan untuk menutupi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, pemerintah justru melakukan impor beras. Kebijakan ini bukannya menyelesaikan masalah, tetapi menimbulkan berbagai permasalahan baru. Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras, pemerintah juga telah sejak lama melakukan program diversifikasi pangan yang mengarahkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan alternatif berbahan baku tepung. Program ini membuka peluang yang cukup besar bagi kelompok tani untuk mendirikan usaha kecil tepung ubi jalar karena tepung ubi jalar merupakan salah satu produk yang dapat diolah menjadi produk pangan yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras didukung lagi dengan kondisi wilayah Bogor yang memiliki banyak sekali industri kecil pengolahan pangan.

b. Ekonomi, Politik dan Hukum

Keadaan perekonomian saat ini cukup cerah dan mempunyai prospek yang menggembirakan bagi perkembangan industri atau usaha-usaha baru. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,6 kemudian pada tahun 2005 membaik menjadi 6,2 BPS, 2006. Disisi lain laju inflasi semakin meningkat, dimana pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia 6,18 dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 18,38 BPS, 2006. Hal ini 54 dapat mengancam kelompok, karena kenaikan laju inflasi akan berdampak pada kenaikan harga pada umumnya. Pemerintah sangat mendukung tumbuhnya usaha kecil, terutama usaha kecil yang berbasiskan pertanian. Hal ini dikarenakan usaha-usaha kecil yang telah berdiri selama ini mampu bertahan ketika Indonesia dilanda krisis beberapa waktu yang lalu. Dalam tata perekonomian nasional, usaha kecil telah berkontribusi banyak dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto PDB Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional Lampiran 1. Selain itu, ia sangat berpotensi dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Begitu juga dengan keadaan politik di Indonesia saat ini cukup stabil dan dapat menjamin kelancaran usaha. Dengan adanya kebijaksanaan politik yang stabil, kelompok tani akan mampu merencanakan strategi jangka panjang dari usaha yang akan didirikan dengan lebih baik

c. Alam