Tutupan Lahan Management model for sustainable settlement areas in the upper stream of Ciliwung Watershed, Bogor District

Tabel 8. Persentase Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu Tahun 1992,1995,2000 dan 2006 1992 1995 2000 2006 Bentuk Tutupan Lahan 1. Permukiman 3,96 5,72 8,49 20,17 2.Vegetasi LebatHutan 41,62 39,73 37.76 29,55 3. Perkebunan 14,93 13,15 13,41 12,80 4. Lahan Kering 35,85 36,62 36,42 33,80 5. Lahan BasahBadan air 2,00 4,78 3,35 3,67 6. Lain-lain 1,84 0,00 0,57 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Biotrop diolah ; hasil analisis Perubahan tutupan lahan di DAS Ciliwung hulu secara tidak langsung dipengaruhi oleh daya tarik kawasan sebagai daerah pariwisata. Sebagai bagian dari kawasan puncak, DAS Ciliwung hulu mempunyai daya tarik bagi masyarakat sekitar Bogor dan luar Bogor untuk mendirikan rumah peristirahatan villa, bungalow. Pemukiman yang berada di wilayah DAS Ciliwung hulu terutama di bagian atas, tidak seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal hunian, sebagian berfungsi sebagai tempat peristirahatan yang hanya dihuni pada saat-saat tertentu hari libur. Daya tarik DAS Ciliwung hulu secara tidak langsung diperlihatkan oleh meningkatnya permohonan IMB selama kurun waktu 1997-2007 Tabel 9. Tabel 9. Jumlah pemohon IMB yang Berdomisili di Luar Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung Tahun 1998 -2007 Tahun Pemohon IMB Non Perumahan Keterangan 1998 23,53 1999 32,00 2000 42,98 2001 33,92 2002 td 2003 48,33 2004 58,33 2005 47,83 2006 41,73 2007 51,43 Asal pemohon adalah kota Bogor, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Jawa tengah. Sumber: Bidang Tata Bangunan Dinas Cipta karya Kab Bogor 2004; Bidang Tata Bangunan, Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor2005; Bidang Perumahan Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor 2006; Bidang Perumahan Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor2007. Daya tarik kawasan DAS Ciliwung hulu kawasan puncak, selain diperlihatkan oleh permohonan IMB dari luar DAS Ciliwung hulu yang terus meningkat, diperlihatkan pula oleh perkembangan kawasan permukiman. Pemukiman di bagian hulu cenderung memusat ke arah sepanjang jalan raya Ciawi-Cisarua.

4.4. Kualitas Lingkungan Hidup DAS Ciliwung hulu

Degradasi DAS Ciliwung hulu ditunjukkan oleh beberapa indikator yaitu lahan kritis, erosi, sedimentasi, debit air sungai, run off, kualitas air, sampah permukiman dan kejadian longsor di kawasan permukiman. Degradasi DAS Ciliwung hulu berkaitan dengan terjadinya perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lahan hutan dan pertanian menjadi permukiman. Perubahan penggunaan lahan secara umum akan mengubah: a aliran permukaan DAS; b kualitas air; dan c sifat hidrologi DAS Taufik et al. 2004. Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik aliran permukaan terutama berkaitan dengan fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik yang dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi lahan. Vegetasi secara fisik mampu menahan aliran permukaan dan meresapkannya ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi volume run off maupun debit air sungai Taufik et al. 2004. Perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan volume air permukaan di DAS Ciliwung hulu meningkat. Penelitian Sawiyo 2005 di salah satu sub DAS Ciliwung hulu yaitu di sub DAS Cibogo, menunjukkan debit puncak sungai Ciliwung meningkat dari 280 m 3 det1990 menjadi 383 m 3 det 1996, dan terjadi peningkatan volume air hujan yang melimpas menjadi aliran permukaan direct run-off dari 53 1990 menjadi 631996. Hal tersebut menandakan kondisi hidrologi DAS terganggu sehingga volume air hujan yang turun sebagian besar tidak meresap kedalam tanah tetapi mengalir sebagai air permukaan dan memperbesar debit air sungai. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu juga diperlihatkan oleh kecenderungan peningkatan debit air sungai Ciliwung maksimum pada musim hujan dan penurunan debit air sungai Ciliwung minimum pada musim kering di Bendung Katulampa Ciawi. Keputusan Menteri Kepmen Kehutanan No 52Kpts-II2001 tentang pedoman penyelengggaraan pengelolaan daerah aliran sungai menyatakan bahwa nisbah debit air sungai maksimum dengan debit air sungai minimum Q maksQmin antara 1-50 kondisi hidrologi DAS baik; 50-100 kondisi hidrologi DAS sedang dan 100 kondisi hidrologi DAS buruk. Tahun 1990 nilai QmaksQ min sebesar 28,92 artinya kondisi hidrologi DAS baik, sedangkan tahun 2005 nilai Q maks Q min meningkat menjadi 4.274, artinya kondisi hidrologi DAS buruk. Penurunan kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu dari baik menjadi buruk menunjukkan fungsi ekologis DAS sebagai pengatur tata air menurun. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu yang menurun juga diperlihatkan oleh debit banjir seratus tahunan yang cenderung meningkat, tahun 1973 sebesar 370 m3dtk tahun 2000 meningkat menjadi 570 m3dtk dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi 760 m3dtk Tabel 10. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu yang menurun disebabkan berbagai macam faktor seperti penggunaan lahan yang tidak tepat; perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan menjadi pertanian atau permukiman dan lahan pertanian menjadi permukiman; serta erosi dan sedimentasi. Selama tahun 2001 -2002 laju erosi cenderung meningkat demikian pula dengan sedimentasi Tabel 10. Tabel 10. Indikator Kondisi Hidrologi DAS Ciliwung Hulu Tahun No Indikator kondisi hidrologi A B Keterangan 1 Debit maksimumm 3 dtk 132,47 17.096 Data tahun 1990 Bendung Katulampa Kadar 2003 dan data 2005 di sub DAS Ciliwung hulu BP DAS Citarum Ciliwung 2005 2 Debit minimum m 3 dtk 4,58 0.004 Data tahun 1990 Bendung Katulampa Kadar 2003 dan data 2005 di sub DAS Ciliwung hulu BP DAS Citarum Ciliwung 2005 3 Q maksQmin 28,92 4.274 Data tahun 1990 dan 2005 Q maksQmin 50 baik 50-100 sedang 100 buruk 4 Direct run off 53 63 Data tahun 1990 dan 1996 di sub DAS Cibogo Sawiyo 2005 5 Kontribusi DAS Ciliwung hulu terhadap banjir di Jakarta 43,20 50,70 Data tahun 1981 dan 1999 Irianto 2000 6 Laju erosi tonhabln 44 74,7 Data tahun 2001 dan 2002 Qodariah et-al. 2004 7 Sedimentasi tonhatahun 19,70 36,96 Data tahun 2001 dan 2002 Qodariah et-al. 2004