Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Atribut dengan skor baik adalah ketersediaan RTRW. RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 telah diundangkan menjadi Perda Kabupaten Bogor No 192008 RTRW ini belum dapat dioperasionalkan dengan baik terutama dalam hal pengendalian tata ruang, karena ketidaktersediaan rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi. Analisis pengungkit leverage terhadap 10 atribut dimensi kelembagaan menghasilkan 4 atribut dengan nilai perubahan RMS yang menonjol yaitu: lokasi permukiman tidak sesuai RTRW dengan perubahan RMS 7,50; ketersediaan rencana rinci tata ruang dengan perubahan RMS 6,94; ketersediaan peraturan zonasi dengan perubahan RMS 6,23; dan penerapan disinsentif dengan perubahan RMS 6,17 . Keempat atribut tersebut merupakan atribut-atribut sensitif dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu, karena keempatnya merupakan alat koordinasi dalam pengelolaan permukiman dan pengendali perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu Gambar 29. 0.69 1.47 2.92 3.05 4.87 5.34 6.17 6.23 6.94 7.50 1 2 3 4 5 6 7 8 Perubahan Root Mean Square RMS Kerjasama antar kabkota Relokasi permukiman dari kawasan tdk sesuai Penerapan sanksi pidana Ketersediaan RTRW Koordinasi perbaikan Lingkungan hidup Ketersediaan mekanisme perizinan Penerapan disinsentif Ketersediaan peraturan zonasi Ketersediaan rencana rinci tata ruang Lokasi permukiman tidak sesuai RTRW PengungkitLeverage dari Atribut-atribut Dimensi Kelembagaan Gambar 29 Atribut Pengungkit Dimensi Kelembagaan Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu e . Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi dan Informasi Atribut yang digunakan untuk menganalisis dimensi teknologi dan informasi adalah: 1 teknologi pencegahan longsor;2 teknologi konservasi air;3 teknologi konservasi lahan; 4 teknologi peningkatan kualitas air;5 Jenis teknologi yang digunakan untuk pengolahan sampah;6 ketersediaan basis data permukiman;7 ketersediaan informasi permukiman. Hasil analisis MDS menggunakan RapCiwulu menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan informasi adalah 57,11. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan, angka tersebut menunjukkan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu termasuk kategori cukup berkelanjutan Gambar 30. Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi dan Informasi 57.11 Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 Real Fisheries Reference anchors Anchors Gambar 30 Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi dan Informasi Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu. Status cukup berkelanjutan disebabkan dari 7 atribut yang dinilai, sebanyak 2 atribut mempunyai skor baik dan 5 atribut mempunyai skor sedang. Atribut yang mempunyai skor baik adalah ketersediaan teknologi konservasi air dan ketersediaan teknologi peningkatan kualitas air. Teknologi konservasi air yang tersedia di DAS Ciliwung hulu adalah sumur resapan, biopori dan dam parit. Sumur resapan dibangun di lahan pertanian oleh Dep pertanian. Sampai tahun 2008 telah dibangun 109 buah dam parit di Kecamatan Cisarua oleh IPK-PWSCC Dep PU. Lubang biopori telah dibuat di Kecamatan Cisarua. Teknologi peningkatan kualitas air dilakukan oleh 4 kementerian yaitu KLH, PU, Pertanian dan Kehutanan. Teknologi peningkatan kualitas air yang digunakan adalah pembuatan WC dan MCK komunal di perkampungan kumuh di Kecamatan Megamendung, biodigester untuk limbah ternak, dan sedimen trap dengan sistem bioengineering menggunakan tanaman. Hasil analisis pengungkit leverage terhadap 7 atribut dimensi teknologi dan informasi menghasilkan 2 atribut dengan nilai perubahan RMS yang menonjol yaitu: ketersediaan teknologi konservasi air dengan perubahan RMS 6,07 dan ketersediaan teknologi peningkatan kualitas air dengan perubahan RMS 5,52. Kedua atribut tersebut merupakan atribut sensitif bagi pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Pemanfaatan kedua teknologi tersebut bagi seluruh kawasan permukiman diharapkan dapat membantu meningkatkan kondisi lingkungan DAS Ciliwung hulu menjadi lebih baik.Gambar 31 1.30 2.07 2.27 2.67 3.16 5.52 6.07 1 2 3 4 5 6 7 PerubahanRoot Mean Square RMS Ketersediaan informasi permukiman Ketersediaan teknologi pencegahan longsor Teknologi pengolahan sampah Ketersediaan basis data permukiman Ketersediaan teknologi konservasi lahan Ketersediaan teknologi peningkatan kualitas air Ketersediaan teknologi konservasi air PengungkitLeverage dari Atribut-atribut Dimensi Teknologi dan Informasi Gambar 31.Atribut Pengungkit Dimensi Teknologi Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu

6.4.2. Pembahasan

Analisis multi dimensi terhadap status keberlajutan DAS Ciliwung hulu untuk pengembangan permukiman menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 41,16 Artinya status DAS Ciliwung hulu saat ini untuk pengembangan permukiman adalah kurang berkelanjutan. Status kurang berkelanjutan tersebut dicerminkan oleh rendahnya sebagian besar nilai indeks keberlanjutan dari 5 dimensi yang dinilai. Dimensi dengan nilai indeks status keberlanjutan yang rendah adalah dimensi ekologi 25,98, dimensi kelembagaan 30,66 dan dimensi sosial 38,15. Dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan cukup adalah dimensi teknologi 57,11 dan dan dimensi ekonomi 62,50. Oleh karena itu ditinjau dari sisi strenght sustainability maupun weak sustainability, status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu untuk pengembangan permukiman adalah kurang berkelanjutan Gambar 32. Indeks Keberlanjutan Multi Dimensi Up 41.16 Good Bad Up Down -60 -40 -20 20 40 60 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Real Fisheries Reference anchors Anchors Diagram Indeks Keberlanjutan Multi Dimensi 0.00 25.00 50.00 75.00 100.00 Ekonomi 62.50 Teknologi57,11 Ekologi 25,98 Sosial 38,15 Kelembagaan 30,66 Gambar 32 Indeks Keberlanjutan Multi Dimensi Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu Analisis terhadap 45 atribut yang berasal dari dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan prasarana, kelembagaan serta teknologi dan informasi menggunakan RapCiwulu menghasilkan 20 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu Gambar 33. Untuk meningkatkan status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu, 20 atribut tersebut perlu diintervensi. Dari 20 atribut sensitif tersebut, 5 atribut perlu dikurangi atau dikendalikan intensitas perkembangannya; 9 atribut perlu ditingkatkan intensitas kegiatannya; 2 atribut harus segera dibuat; dan 4 atribut perlu dikendalikan dan direncanakan perkembangannya secara hati-hati. Lima atribut yang perlu dikurangi atau dikendalikan intensitas perkembangannya atau intensitas kegiatannya adalah: laju perkembangan kawasan permukiman; laju pertumbuhan penduduk, luas lahan kritis di zona lindung; luas permukiman di zona lindung di kawasan rawan longsor; dan permukiman yang berlokasi tidak sesuai RTRW. Pengurangan atau pengendalian intensitas perkembangan kelima atribut tersebut diperlukan untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi ekologi yang akan berdampak pada keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu secara keseluruhan Gambar 33. Sembilan atribut yang perlu ditingkatkan intensitas kegiatannya karena saat ini sudah tersedia akan tetapi pengembangannya masih terbatas adalah: tingkat partisipasi masyarakat pada penghijauan, partisipasi masyarakat mengolah sampah tingkat pendidikan penduduk, luas tutupan lahan hutan, teknologi konservasi air, teknologi peningkatan kualitas air, teknologi untuk pencegahan longsor, teknologi konservasi lahan, dan teknologi pengolahan sampah Gambar 33. Dua atribut yang harus segera dibuat karena saat ini belum tersedia dan diperlukan untuk mengendalikan perkembangan permukiman adalah rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi. Empat atribut yang perlu dikendalikan dan direncanakan perkembangannya secara hati-hati agar tidak menurunkan status keberlanjutan kawasan permukiman adalah status ekonomi wilayah, akses ke pusat kegiatan, ketersediaan angkutan umum, dan luas kawasan yang dapat dikembangkan untuk permukiman. Pengelolaan keempat atribut tersebut memerlukan peningkatan status keberlanjutan dimensi sosial dan kelembagaan Gambar 33. 39.85 39.85 39.89 39.92 40.02 40.11 40.22 40.30 40.32 40.44 40.56 40.71 40.75 40.76 40.82 40.87 40.88 40.91 41.00 41.08 39.20 39.40 39.60 39.80 40.00 40.20 40.40 40.60 40.80 41.00 41.20 Perubahan Root Mean Square RMS Kesediaan teknologi konservasi lahan Ketersediaan teknologi pencegah longsor Luas kawasan yang dapat dikembangkan untuk permukiman Ketersediaan angkutan umum Lokasi pmk tdk sesuai RTRW Ketersediaan teknologi pengolahan sampah Luas tutupan lahan hutan Partisipasi masyarakat mengolah sampah Luas permukiman dizona lindung di kawasan rawan longsor Akses ke pusat kegiatan Status ekonomi wilayah Tingkat pendidikan penduduk Ketersediaan peraturan zonasi Partisipasi masyarakat pada penghijauan Ketersediaan rencana rinci tata ruang Luas lahan kritis di zona lindung Ketersediaan teknologi peningkatan kualitas air Ketersediaan teknologi konservasi air Laju pertumbuhan penduduk Laju perkembangan kawasan permukiman Atribut Pengungkit Multi Dimensi Gambar 33 Dua Puluh Atribut Pengungkit Multi Dimensi Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu Tingkat kesalahan dalam menggunakan teknik MDS pada RapCiwulu relatif kecil. Hal tersebut diperlihatkan oleh perbedaan yang relatif kecil antara analisis RapCiwulu menggunakan teknik MDS dengan teknik Monte Carlo pada tingkat kepercayaan 95 Tabel 37. Tabel 37 Nilai Indeks Keberlanjutan RapCiwulu Menggunakan Multi Dimensional ScalingMDS dan Monte Carlo Indeks Keberlanjutan RapCiwulu Dimensi Keberlanjutan MDS Monte Carlo Perbedaan Ekologi 25.98 27.39 1.41 Ekonomi 62.50 61.77 0.73 Sosial 38.15 38.36 0.21 Teknologi 57.11 57.06 0.05 Kelembagaan 30.66 31.60 0.94 Multi Dimensi 41.16 41.97 0.81 Sumber : hasil analisis RapCiwulu Analisis status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu untuk permukiman menggunakan Rap Ciwulu cukup akurat. Hal tersebut diperlihatkan oleh nilai Stress lebih kecil dari 0,25 dan nilai R 2 mendekati 1 Kavanagh dan Pitcher 2004 Tabel 38 Tabel 38 Nilai Stress dan Koefisien Determinasi R 2 Rap Ciwulu Parameter A B C D E F Stress 0,13 0,13 0,14 0,13 0,15 0,13 R 2 0,95 0,94 0,95 0,94 0,94 0,96 Iterasi 2 2 2 2 2 2 Sumber: Hasil analisis RapCiwulu. Keterangan : A= Dimensi Ekologi; B= Dimensi Social; C= Ekonomi dan Prasarana ; D= Dimensi Kelembagaan; E= Dimensi Teknolog dan Informasii; F= Multi Dimensi

6.5. Kesimpulan

Status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu saat ini untuk pengembangan permukiman adalah kurang berkelanjutan. Tiga dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi sosial dan dimensi kelembagaan, menunjukkan status kurang berkelanjut an. Dimensi ekonomi dan prasarana, serta dimensi teknologi dan informasi walaupun statusnya cukup berkelanjutan tetapi nilai indeks keberlanjutannya relatif kecil. Untuk meningkatkan status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu sebagai kawasan permukiman, 20 atribut yang merupakan atribut pengungkit perlu diintervensi. Intervensi terhadap atribut-atribut tersebut dapat dilakukan dengan cara: mengurangi atau menurunkan intensitas kegiatan dan perkembangan dari atribut; mengendalikan dan merencanakannya dengan hati-hati sesuai dengan fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai kawasan konservasi air dan tanah; serta meningkatkan dan mendorong intensitas kegiatan dari atribut Terdapat 2 atribut yang harus segera dibuat yaitu rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi. Hal tersebut karena untuk mengoperasionalkan RTRW diperlukan rencana rinci dan peraturan zonasi . VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

7.1 Pendahuluan

Daerah aliran sungai DAS merupakan sumberdaya alam milik bersama atau Common pool resources CPRs. Sebagai CPRs, DAS Ciliwung mengalami degradasi lingkungan. Pemanfaatan yang berlebihan atas sumberdaya lahan yang dimiliki DAS terutama di bagian hulu, berpotensi memunculkan tragedi of the commons dan mengakibatkan kehancuran ekosistem DAS secara keseluruhan. Berbagai penyebab kerusakan sumberdaya dan degradasi lingkungan bukan semata disebabkan masalah ekonomi namun lebih pada masalah kelembagaan Djogo et al. 2003; Dharmawan 2005; Rustiadi dan Viprijanti 2006. Dalam pengelolaan sumberdaya alam lahan, kelembagaan adalah produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya alam tersebut Dharmawan 2005. Lemahnya kelembagaan penatan ruang DAS Ciliwung tidak terlepas dari lemahnya kapasitas kontrol para pemegang otoritas kebijakan tata ruang, sehingga koordinasi antar sektor dan kerja sama antar wilayah tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, padahal bencana alam seperti banjir dan longsor tidak bersifat sektoral atau dibatasi oleh batas-batas administrasi. Lemahnya koordinasi antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan permukiman sebagai bagian dari penataan ruang, dicerminkan oleh tidak efektifnya implementasi kebijakan yang berkaitan dengan penataan, pengendalian maupun pengawasan pemanfaatan ruang. Lemahnya koordinasi berkaitan dengan tidak terbentuknya ruang-ruang dialog dan terbatasnya ruang komunikasi Dharmawan 2005 Rencana tata ruang spatial planning merupakan alat untuk melaksanakan mengawasi dan mengendalikan tata ruang Brackhahn dan Kärkkäinen 2001; Wirojanagud et al. 2005; UUPR No 262007. Di DAS Ciliwung hulu berbagai kebijakan dalam bentuk peraturan perundangan yang berkaitan dengan penataan ruang termasuk di dalamnya permukiman, telah diberlakukan. Pemerintah pusat,