Perumusan Masalah Management model for sustainable settlement areas in the upper stream of Ciliwung Watershed, Bogor District

mata pencaharian penduduk sebagian besar bergantung pada perdagangan 41,44 dan jasa 44,65. 3 Konflik penggunaan lahan terjadi antara penggunaan untuk zona lindung, pertanian dan permukiman. Di satu pihak kondisi fisik lingkungan yang berbukit dan berlereng terjal hanya menyisakan sedikit kawasan yang sesuai untuk permukiman sedangkan di lain pihak kebutuhan lahan permukiman terus meningkat karena jumlah penduduk yang semakin membesar. Pada tahun 2006 permukiman yang berlokasi di kawasan yang tidak sesuai permukiman mencapai 57,91 dari luas kawasan permukiman. 4 Peraturan perundangan yang terkait penataan ruang di DAS Ciliwung yaitu : Peraturan Pemerintah PP, Keppres, Perpres, Permendagri, Perda provinsi dan kabupaten, SK Gubernur dan peraturan Bupati, sudah tersedia, akan tetapi lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan penerapan peraturan perundangan tidak konsisten. Keempat persoalan tersebut berdampak pada penurunan degradasi fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai pengatur sistem tata air DAS Ciliwung secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal tersebut, pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut : a Pengelolaan lingkungan permukiman menggunakan konsep daya dukung lingkungan Wackernagel 1994; Rees 1996; Khanna et al. 1999; Richard 2002, berkaitan dengan jumlah penduduk yang masih dapat didukung oleh kawasan permukiman. Kemampuan mendukung jumlah penduduk diukur melalui luas lahan yang dapat disediakan untuk permukiman dan lokasi kawasan yang sesuai untuk permukiman. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui seberapa besar alokasi dan dimana lokasi kawasan yang sesuai untuk permukiman. b Pengelolaan kawasan permukiman pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan dayaguna kawasan secara berkelanjutan. Bertitik tolak dari tujuan tersebut maka perlu diketahui sejauhmana tingkat atau status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu untuk permukiman pada saat ini. c Koordinasi yang lemah dan tidak konsisten dalam menerapkan peraturan perundangan merupakan masalah kelembagaan yang menjadi salah satu penyebab degradasi DAS Ciliwung hulu. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui bagaimana kondisi kelembagaan berkaitan dengan kendala, harapan, kebutuhan dan institusi yang terlibat dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. d Pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan harus mempertimbangkan kesesuaian kawasan untuk permukiman, status keberlanjutan dan kelembagaan. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui bagaimana rancangan model pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan di DAS Ciliwung hulu Gambar 2. Gambar 2. Perumusan Masalah Penelitian

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian adalah merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan permukiman yang holistik dan terpadu di DAS Ciliwung hulu. Untuk mencapai tujuan utama maka dirancang beberapa sub-tujuan sebagai berikut: a Mengetahui kesesuaian kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. b Mengetahui status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu untuk pengembangan permukiman. c Mengetahui kondisi kelembagaan berkaitan dengan permukiman di DAS Ciliwung hulu. d Merancang model pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam bentuk: a Alternatif model bagi pengelolaan permukiman di daerah aliran sungai; b Masukan bagi pemda dalam hal evaluasi RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025. c Masukan bagi pemda dalam hal rekomendasi izin lokasi pembangunan permukiman di DAS Ciliwung hulu; d Masukan bagi pemda dalam hal inventarisasi tingkat ekoregion pada penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup RPPLH di Kabupaten Bogor. e Bagi khasanah keilmuan, diharapkan konsep pengelolaan kawasan permukiman berbasis DAS dapat menambah alternatif bagi konsep pengembangan wilayah yang sudah ada.

1.6. Novelty

Hasil penelusuran menunjukkan beberapa penelitian berbasis DAS maupun kawasan resapan air yang pernah dilakukan belum ada yang membahas tentang model pengelolaan permukiman dengan menggunakan model dinamik yang menggabungkan hard system dengan soft system seperti yang dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan permukiman, berbasis wilayah administrasi, bukan berbasis DAS. Dengan demikian novelty dari penelitian ini mencakup dua hal yaitu dari segi metode pendekatan dan dari segi hasil, yaitu: a. Dari segi metode pendekatan, model dinamik pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu memadukan hard system methodology HSM yaitu analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG, dengan soft system methodology SSM yaitu analisis status keberlanjutan menggunakan Multi Dimensional Scaling MDS, analisis kelembagaan menggunakan Interpretative Structural Modelling ISM dan analisis alternatif kebijakan secara deskriptif. b. Dari segi hasil, model pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu ini menggunakan batas DAS sebagai satu kesatuan ekoregion bukan batas administrasi, karena DAS adalah sebuah ekosistem yang tidak dapat disekat-sekat oleh batas administrasi.