Model Sistem Dinamik dan Analisis Kebijakan

c. Ko-evolusi: perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas perilaku mikro mempengaruhi perilaku makro. d. Non Linieritas: proses perubahan tidak berbanding lurus, non linieritas merupakan perilaku hasil dari terjadinya kombinasi antara simpal positif dan simpal negatif, dimana simpal negatif mengalami waktu tunda. Bentuk lain dari non linieritas adalah random. Untuk menganalisis berbagai masalah yang bersifat sistemik, rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian dapat dipakai pendekatan kesisteman menggunakan model dinamik Muhamadi et al. 2001. Hal tersebut karena sistem dinamik merupakan proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari objek yang menjadi perhatian Muhamadi et al. 2001. Selain itu, sistem dinamik dapat digunakan untuk menganalisis struktur sistem fisik, biologi, dan sosial serta dapat memperlihatkan perilaku dari sistem tersebut; dan menganalisis perubahan struktur yang terjadi pada salah satu bagian dari sistem yang akan memberikan efek pada perilaku sistem secara keseluruhan Martin 1997. Hasil pengkajian empiris yang dilakukan para pakar terhadap pola perilaku dinamik, telah teridentifikasi 8 pola dasar perilaku dinamik Kim dan Anderson 1998; Muhammadi et al. 2001, yaitu : a Batas Keberhasilan Limits to Success: Pada batas keberhasilan, kegiatan pertumbuhan pada awalnya membawa keberhasilan yang semakin meningkat, dengan bertambahnya waktu keberhasilan tersebut menyebabkan sistem mencapai batas sehingga tingkat pertumbuhannya mulai diperlambat. Keberhasilan memicu munculnya mekanisme pembatasan dan menyebabkan keberhasilan tersebut menurun. Kecenderungan yang ditunjukkan ditentukan oleh kegiatan pertumbuhan awal Gambar 3. Gambar 3. Struktur dan Perilaku Model Batas Keberhasilan Limits to Success b Perbaikan yang Gagal Fixes that Fail: Perbaikan yang gagal berawal dari terjadinya suatu gejala, kemudian dilakukan tindakan cepat, tetapi tanpa disadari setelah beberapa waktu ternyata menyebabkan gejala tersebut timbul kembali atau timbul akibat lain yang makin memperburuk gejala tersebut. Adanya waktu tunda menyebabkan pengaruh dari akibat yang tidak disengaja tidak disadari, sehingga cara perbaikan yang sama dilakukan secara berulang- ulang. Kadang-kadang pengaruh negatif dari akibat yang tidak disengaja bersifat tidak terpulihkan, sehingga pada saat struktur sistem telah mengakar kuat sulit untuk dipulihkan atau diputar-arahkan Gambar 4. Gambar 4. Struktur dan Perilaku Model Perbaikan yang Gagal Fixes that Fail c Pemindahan Beban Shifting the Burden merupakan tindakan pemecahan masalah secara cepat yang sifatnya sementara, tanpa disadari menimbulkan efek samping yang dapat memperburuk pemecahan gejala masalah dari pada Sasaran Nilai Produktivitas R B B R memecahkan gejala yang sebenarnya. Pemecahan masalah mendasar akan mencegah gejala masalah muncul kembali simpal negatif. Akan tetapi setiap kali diterapkan pemecahan gejala masalah, efek samping semakin menguat dan kemampuan memecahkan masalah mendasar semakin menurun. Struktur model baku ini mirip dengan perbaikan yang gagal Gambar 5. Gambar 5. Struktur dan Perilaku Model Pemindahan Beban d Sasaran yang Berubah Drifting Goals adalah suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara unjuk kerja yang ditargetkan dengan yang dicapai yang selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan koreksi. Pengaruh dari tindakan koreksi akan membutuhkan waktu untuk diketahui hasilnya dan tidak selalu berhasil mencapai target. Model baku sasaran yang berubah mempunyai beberapa kemugkinan pola perilaku menurut waktu Gambar 6. Gambar 6. Struktur dan Perilaku Model Sasaran Yang Berubah B B c Kemajuan dan Kekurangan Modal Growth and Underinvestment adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal untuk memenuhi kebutuhan. Struktur model ini bercirikan grafik fungsi waktunya terdiri dari empat variabel yaitu kebutuhan jumlahnya, kapasitas kemampuan menyediakan, pemenuhan kebutuhan kebutuhan nyata berdasarkan standar kinerja dan kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan. Perbedaan antara kebutuhan dan kapasitas saat ini akan mempengaruhi kebutuhan berikutnya Gambar 7. Gambar 7. Struktur dan Perilaku Model Kemajuan dan Kekurangan Modal d Sukses bagi yang Berhasil Success to the Successful adalah keadaan persaingan untuk meraih sukses. Kondisi awal dimana salah satu pihak mendapat alokasi sumberdaya lebih banyak dibandingkan pihak lain akan memberikan lebih banyak keuntungan dan kemungkinan keberhasilan yang lebih besar. Selanjutnya bagi yang berhasil, terjadi kecenderungan penempatan sumber daya yang lebih besar, dibandingkan saingannya, agar dapat terus meningkatkan produksinya. Hal tersebut dapat merebut alternatif sumberdaya dan kesempatan pihak lain dalam membangun keberhasilan. Tiga kondisi yang membentuk dinamika model ini yaitu: Kondisi pertama, zero- sum game dimana satu atau dua alternatif sumberdaya berkompetisi, artinya kapanpun satu pihak mendapatkan lebih banyak sumberdaya, maka pihak lain akan mendapat lebih sedikit. Kondisi kedua, penyimpan sumberdaya lebih banyak maka pihak tersebut akan mempunyai peluang untuk lebih sukses. Kondisi ketiga, dengan mengurangi alokasi sumberdaya pada salah satu pihak, maka peluang pihak tersebut untuk mencapai keberhasilan akan berkurang Gambar 8. Gambar 8. Struktur dan Perilaku Model Sukses Bagi yang Berhasil . e Eskalasi Escalation: Ekskalasi adalah kondisi dimana ada dua pihak yang terlibat dalam suatu persaingan, dimana masing-masing saling bereaksi terhadap pihak yang lain. Tindakan yang dilakukan satu pihak A untuk menanggulangi ancaman yang muncul, akan dirasakan pihak yang lain B sebagai ancaman baginya karena menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistemnya. Pihak lain B akan bereaksi dengan bertindak mengurangi ancaman tersebut dengan mengurangi kesenjangan, yang berdampak pada terjadinya ketidakseimbangan di pihak A. Selanjutnya pihak A akan kembali bertindak mengurangi kesenjangan, dan berdampak kembali pada pihak B. Kejadian tersebut akan terus berulang. Situasi ini dapat berakhir baik apabila kedua pihak berkompetisi untuk mendapatkan hasil terbaik, atau menjadi buruk bagi keduanya apabila keadaan tersebut makin meningkatkan tekanan pada kedua belah pihak Gambar 9. Gambar 9. Struktur dan Perilaku Model Eskalasi f Kesulitan Bersama Tragedy of the Commons adalah kondisi dimana terdapat dua pihak atau lebih yang secara bersama-sama menggunakan sumberdaya yang terbatas, untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi-masing- masing, yang berakhir dengan kesulitan bersama. Model ini didasarkan pada struktur batas keberhasilan. Masing-masing pihak yang terlibat berpikir mereka dapat mengeksploitasi sumberdaya untuk kepentingan dan keuntungan masing-masing. Model ini mempunyai tiga pola perilaku kecenderungan terhadap waktu. Perilaku pertama, mewakili variabel aktivitas total. Perilaku kedua mewakili variabel sumberdaya alam SDA. Perilaku ketiga mewakili variabel pendapatan per aktivitas. Pembentukan model melalui tiga fase yaitu: fase stabil, dimana peningkatan aktivitas tidak menimbulkan penurunan SDA dan pendapatan; fase penurunan SDA dan pendapatan sedikit secara bertahap; fase penurunan SDA secara cepat akibat masing-masing pihak berlomba mengkonsumsi sumberdaya dalam jumlah besar. Pada awalnya keuntungan per aktivitas individu meningkat, namun pada saat sumberdaya mengalami penurunan maka keuntungan tersebut mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah Gambar 10. Gambar 10. Struktur dan Perilaku Model Kesulitan Bersama Perilaku dinamis dari model dapat dikenali dari hasil simulasi model. Simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi bertujuan untuk memahami, membuat analisis, meramalkan gejala atau proses dimasa depan Muhamadi et al. 2001. Ada dua tahap simulasi model untuk analisis kebijakan yaitu pengembangan kebijakan alternatif dan analisis kebijakan alternatif. Pengembangan kebijakan dilakukan dengan cara model tetap atau model di ubah. Model diubah dengan dua cara yaitu melalui perubahan unsur, dan melalui perubahan struktur Muhammadi et al. 2001. Tahap-tahap yang dilakukan pada simulasi adalah Muhamadi et al. 2001: a Tahap penyusunan konsep: pada tahap ini gejala atau proses yang akan ditiru harus dipahami dengan cara menentukan unsur-unsur yang berperan dalam gejala atau proses tersebut; b Tahap pembuatan model: pada tahap ini model merupakan suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. c Tahap simulasi: pada tahap ini dilakukan simulasi pada model yang dibuat. Dalam model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukan data kedalam model, untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. d Tahap validasi hasil simulasi: pada tahap ini dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan, kecil.

2.6 Validasi Model Kebijakan

Validasi model merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara keluaran dari model matematik dengan keluaran dari sistem nyata atau untuk memeriksa kesesuaian antara perilaku model matematik dengan perilaku sistem yang diwakili Eryatno dan Sofyar 2007. Teknik validasi yang dapat digunakan untuk memvalidasi model kebijakan, secara objektif dan subjektif adalah Eryatno dan Sofyar 2007: a animasi, b membandingkan dengan metoda lain, c degenerate tesis, d validitas peristiwa, e test untuk kondisi yang ekstrem, f validitas muka, g nilai tetap, h validasi sejarah dari data, i metode sejarah ,j validitas internal, kvalidasi bertingkat, lgrafik operasional, m variabilitas parameter, n analisis sensitivitas, o validasi perkiraan, p traces, q turing test. Validasi produk kebijakan dapat dilakukan melalui uji pendapat pakar atau studi banding terhadap kebijakan yang sedang berjalan atau sudah dijalankan Eryatno dan Sofyar. 2007. Menurut Vennix 1997 Semakin banyak variasi tes validitas yang digunakan, hasilnya akan semakin baik, akan tetapi yang pertama harus dilakukan adalah mengecek kekonsistenan penggunaan satuan dimensi, dan yang terpenting sebelum model digunakan sebaiknya didiskusikan dengan pengguna untuk mengecek seberapa besar respon mereka terhadap proses konstruksi model. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan cara membandingkan output model dengan data empiris. Selain itu juga digunakan face validity untuk menguji output model yang sulit dibandingkan dengan data empiris karena bersifat prediksi ke masa depan, contohnya partisipasi masyarakat di masa yang akan datang.

2.7 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di DAS Ciliwung hulu, maupun hasil penelitian yang relevan terkait dengan DAS, permukiman dan kawasan resapan air secara garis besar dapat dikelompokan menjadi : a. Penelitian yang bertujuan mengkaji pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu menggunakan berbagai model yaitu : HEC-1, Answers, Regresi, dan Indeks konservasi, b. Penelitian yang bertujuan mengelola kawasan di DAS Ciliwung hulu yaitu mengelola kawasan rekreasi alam dengan konsep daya dukung DAS. c. Penelitian yang bertujuan mengkaji kesesuaian pemanfaatan lahan DAS Ciliwung hulu dengan berbagai kriteria yaitu: kriteria kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian dan kriteria kesesuaian kawasan untuk kawasan lindung, menggunakan Sistem informasi geografis SIG dan remote sensing; Automatic land evaluation system ALES, Multi criteria dimention model MCDM.