Ciawi sebesar 31,22 dari jumlah kepala keluarga KK di Kecamatan Ciawi, keluarga miskin terbanyak 45,45 di Desa Jambu Luwuk Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Keluarga dan Penduduk Miskin DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor Tahun 2006
Kecamatan KK
Orang 1.Ciawi
485 2.226
31,22 2. Megamendung
440 1.740
21,84 3. Cisarua
571 1938
21,21 Rata-rata DAS Ciliwung hulu
499 1968
24.76 Sumber: Bapeda Kab. Bogor, 2007 diolah
Mata pencaharian penduduk di DAS Ciliwung hulu didominasi oleh kegiatan di bidang jasa. Di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua
sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang jasa dan perdagangan, sedangkan di Kecamatan Sukaraja mata pencaharian penduduk masih tetap
didominasi kegiatan pertanian, selain kegiatan perdagangan. Perkembangan kegiatan pariwisata yang pesat di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua,
memberikan peluang pada masyarakat untuk bekerja di sektor non pertanian. Tabel 5.
Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk DAS Ciliwung Hulu Tahun 2006
Ciawi Megamendung
Cisarua Sukaraja
DAS Ciliwung Hulu
Mata pencaharian
orang orang
orang orang
orang Pertanian
560 3,78
2.028 8,35
1.349 4,59
2.066 44,20
6.003 8,21
Pedagang
6.739 45,51
8.879 36,57
12.832 43,73
1.845 39,47
30.295 41,44
Jasa
6.159 41,60
12.087 49,79
13.781 46,96
614 13,14
32.641 44,65
Industri
111 0,75
205 0,84
118 0,40
41 0,88
475 0,65
PNSABRI
1.238 8,36
1.078 4,44
1.266 4,31
108 2,31
3.690 5,05
Jumlah
14.807 100,00
24.277 100,00
29.346 100,00
4674 100,00
73.104 100,00
Sumber :Dinas Kependudukan Kab. Bogor, 2006 diolah
Tingkat pendidikan penduduk di DAS Ciliwung hulu didominasi oleh tamatan SD 57,21. Kecamatan Ciawi merupakan kecamatan dengan tingkat
pendidikan penduduk tamat perguruan tinggi, yang relatif cukup besar 8,57 dibandingkan kecamatan lainnya Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk DAS Ciliwung Hulu Tahun 2006
Ciawi Megamendung
Cisarua Sukaraja
DAS Ciliwung hulu Tingkat
Pendidikan orang
orang orang
orang orang
Tdk tmt SD 1.909
4,40 4.571
6,04 5.259
6,13 28
0,79 11.767
5,65 Tamat SD
21.847 50,40
45.948 60,72
48.980 57,08
2455 68,88
119.230 57,21
Ciawi Megamendung
Cisarua Sukaraja
DAS Ciliwung hulu Tingkat
Pendidikan orang
orang orang
orang orang
Tamat SLTP 7.386
17,04 11.218
14,82 14.991
17,47 772
21,66 34.367
16,49 Tamat SLTA
8.489 19,58
10.524 13,91
13.172 15,35
227 7,77
32.412 15,58
AKPT 3.717
8,57 2.906
4,51 3.409
3,97 32
0,90 10.567
5,07 Jumlah
43.348 100,00
75.670 100,00
85.811 100,00
3564 100,00
208.393 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Bogor, 2006 diolah
4.2.3. Partisipasi Masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia IPM
Partisipasi masyarakat adalah salah satu unsur penting dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena pada dasarnya kualitas lingkungan hidup tidak terlepas
dari kondisi sosial ekonomi masyarakat. Umumnya faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah
tingkat pendidikan jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan Sudjono 1990; Dewi 1997. Penelitian Sabri 2004 di Sub-Das Ciliwung hulu menunjukkan partisipasi
masyarakat dalam membayar iuran konservasi, yang ditunjukkan oleh nilai WTP willingness to pay, cenderung lebih tinggi pada masyarakat yang pendidikan dan
penghasilannya lebih tinggi Sabri 2004. Indeks Pembangunan Manusia IPM adalah suatu ukuran kualitas kehidupan
masyarakat dari perspektif pembangunan manusia, terdiri atas empat komponen yaitu: angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
kemampuan daya beli. Keempat komponen tersebut secara tidak langsung menunjukkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kesehatan
masyarakat. Nilai IPM Kabupaten Bogor selama kurun waktu 2002-2007 relatif masih rendah Tabel 7 .
Tabel 7. Indeks Pembangunan Manusia IPMKabupaten Bogor 2002-2007
Tahun Rata-rata
Lama Sekolah tahun
Angka Harapan Hidup
tahun Angka Melek
Huruf Kemampuan
Daya Beli Rp
IPM tanpa
satuan 2002
6,10 66,80
92,80 550.400
67,70 2003
6,18 66,82
92,80 551.520
67,80 2004
6,26 66,94
93,22 552.450
68,10 2005
6,89 67,10
93,91 556.750
68,99 2006
td td
td td
69,45 2007
td td
td td
69,70
Sumber: http:www.Bogor
kab.go.id [ 1 Nov 2008]
Semakin tinggi komponen rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli masyarakat, secara tidak langsung menunjukkan tingkat pendidikan dan
pendapatan masyarakat yang semakin tinggi pula. Berdasarkan komponen pembentuk IPM tersebut, maka IPM dapat menjadi langkah awal untuk
memperkirakan kecenderungan peningkatan partisipasi masyarakat.
4.3. Tutupan Lahan
Peningkatan luas kawasan permukiman diperlihatkan oleh peningkatan tutupan lahan permukiman. Sebelum tahun 2000 kenaikan tutupan lahan
permukiman relatif lambat yaitu dari 3,96 1992 menjadi 8,49 2000, atau meningkat sebesar 4,53, akan tetapi setelah tahun 2000 kenaikan tutupan lahan
relatif lebih cepat selama kurun waktu 6 tahun 2000 – 2006, tutupan lahan permukiman meningkat sebesar 12. Kenaikan tutupan lahan permukiman
diimbangi oleh berkurangnya luas tutupan lahan hutanvegetasi lebat. Hal tersebut sejalan dengan semakin maraknya pembangunan kawasan perumahan baik yang
berizin ber IMB maupun tidak berizin. Cepatnya kenaikan tutupan lahan permukiman di duga berkaitan dengan diberlakukannya otonomi daerah sejak
tahun 2001 dan habisnya masa berlaku HGU dan belum terbitnya HGU yang baru dari beberapa perkebunan yang berlokasi di DAS Ciliwung hulu.
Tahun 2006, tutupan lahan hutanvegetasi lebat hanya tersisa 29,55 dan tidak seluruhnya berstatus hutan lindung. Kawasan hutan lindung berstatus hutan
negara ,
didominasi oleh vegetasi hasil suksesi alami BP DAS Citarum-Ciliwung dan Fakultas Kehutanan IPB, 2003. Sekitar 30 kawasan hutan di DAS bagian
atas merupakan hutan produksi yang didominasi oleh tanaman Pinus sp BP DAS Citarum-Ciliwung dan Fakultas Kehutanan IPB, 2003. Tutupan lahan berupa
ladang, dan tegalan sebesar 33,80 dan tidak seluruhnya tertutup vegetasi atau
sedang ditanami Tabel 8 dan Lampiran 10.
Tabel 8. Persentase Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu Tahun 1992,1995,2000 dan 2006