Batuan Lahar, Breksi Tufaan dan Lapili dari G. Salak Qvsb Batuan volkanik G. Pangrango Qvpo:

antara 10 -4 – 10 -3 cmdetik, secara umum daya resap air dari endapan batuan adalah sedang sampai tinggi.

c. Lava Basal dari G. Geger Bentang Qvba:

Pada kelompok lava basal dari G. Geger BentangQvba, tufa umumnya telah lapuk menjadi lempung atau lempung pasiran tebal yang sifatnya cukup padu namun lunak, dan daya dukungnya untuk menopang fondasi rendah sampai menengah 15-25 kgcm 2 . Batuan menunjukkan sifat lunak sehingga mudah digali atau dipotong dengan peralatan sederhana. Tanah hasil lapukan Qvba tipis 40 cm sifatnya kohesif dan tahan terhadap erosi. Nilai permeabilitas antara 10 -5 – 10 -4 cmdetik sehingga secara umum daya resap air dari endapan batuan ini adalah rendah sampai sedang.

d. Breksi Volkanik dan Lava G Kancana dan G Limo Qvk :

Sifat fisik dan keteknikan breksi volkanik dan lava hampir sama, sifatnya padu dan keras. Daya dukung tanah hasil lapukan batuan, sangat tinggi 100 kgcm 2 dan mampu menopang bangunan berat. Batuan menunjukkan sifat kaku dan keras sehingga pemotongan atau penggalian dalam skala besar harus menggunakan peralatan mekanik. Tanah hasil lapukan kedua batuan secara umum relatif tipis 40 cm. Namun untuk batuan lava yang telah melapuk dapat mencapai tebal 200 cm dan untuk batuan volkanik dapat mencapai tebal 500 cm. Tanah lapukan tersebut berupa lempung pasiran kerikilan yang bersifat agak lepas sampai agak lengket sehingga tahan terhadap erosi. Nilai permeabilitas kedua batuan yang belum lapuk 10 -5 cmdetik, namun untuk breksi volkanik yang telah lapuk nilai permeabilitasnya antara 10 -4 – 10 -3 cmdetik sehingga secara umum daya resap air dari batuan ini adalah rendah sampai tinggi.

4.1.3 Kawasan Resapan Air Tanah

Kawasan resapan air tanah adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi aquifer yang berguna sebagai sumber air. Kemampuan lahan untuk meresapkan air tergantung pada struktur tanah dan batuan pembentuknya serta geomorfologi. Menurut PP No 262008 tentang RTRWN kriteria kawasan resapan air adalah: a. Memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah yang berarti. b. Memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau. c. Memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan. d. Memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan. Batuan hasil erupsi gunung api yang lebih tua umumnya mempunyai permeabilitas yang lebih rendah yaitu 10 -4 cmdetik, akan tetapi apabila tanah lapukannya cukup tebal maka nilai permeabilitasnya dapat mencapai 10 -3 cmdetik Suhari et al. 1991. Batuan dan tanah yang dibentuk oleh breksi dan tufa yang belum padu, sifat permeabilitasnya tinggi 10 -3 cmdetik Suhari et al. 1991. Berdasarkan peta hidrogeologi skala 1:100.000, sebagian besar DAS Ciliwung hulu tertutup oleh batuan dan tanah hasil lapukan dari breksi volkanik hasil erupsi G PangrangoQvpo dan breksi volkanik dan lava hasil produksi G. Kancana dan LimoQvk. Permeabilitas hasil pelapukan batuan tersebut, sedang sampai tinggi 10 -4 – 10 -3 cmdetik. Daerah Gunung Mas merupakan daerah breksi volkanik dan tufa hasil erosi G. Pangrango nilai permeabilitas batuannya 10 -3 cmdetik. Di DAS Ciliwung hulu juga dijumpai breksi volkanik dan lava hasil erupsi G Kencana dan Limo dengan permeabilitas rendah 10 -5 cmdetik. Di DAS Ciliwung hulu, daerah peresapan air terutama terletak pada ketinggian 1.050 m dpl. Berdasarkan peta hidrogeologi, komposisi litologi dan sifat permeabilitas batuan, DAS Ciliwung hulu mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Aluvial endapan pantai terutama terdiri atas pasir dan kerikil. Permeabilitas antara 5 – 10 2 mhari berada di seputar puncak gunung Pangrango, G Kencana-Limo daerah Cisarua.