Perumahan, tempat peristirahatan, fasilitas ekonomi dan sosial serta prasarana berkembang membentuk kawasan permukiman. Jumlah penduduk dan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang meningkat pesat, menyebabkan kawasan permukiman tidak hanya berlokasi di kawasan budidaya untuk
permukiman, tetapi merambah ke kawasan budidaya pertanian bahkan ke kawasan lindung. Perubahan pemanfaatan ruang kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya, serta kawasan budidaya non permukiman menjadi kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu, pada akhirnya menyebabkan degradasi
fungsi ekologi DAS. b Faktor kelembagaan:
Sebagai bagian dari kawasan strategis nasional, penataan ruang di DAS
Ciliwung hulu mengacu pada rencana tata ruang dari tingkat pusat Rencana Tata Ruang Jabodetabekpunjur, tingkat provinsi RTRW Jawa Barat dan
tingkat kabupaten RTRW Kabupaten Bogor. Rencana tata ruang dari tingkat pusat sampai kabupaten tersebut merupakan alat koordinasi bagi instansi yang
terkait dengan penataan ruang Brackhahn dan Kärkkäinen 2001;Wirojanagud et al. 2005. Di DAS Ciliwung hulu implementasi ketiga rencana tata ruang
tersebut tidak diterapkan secara konsisten, sehingga kebutuhan lahan permukiman yang meningkat tidak diimbangi oleh pengendalian dan
pengawasan yang memadai, akibatnya terjadi penyimpangan terhadap rencana tata ruang
Undang-undang Penataan Ruang UUPR No 262007 dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPPLH No 322009 pada dasarnya
bertujuan melindungi dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dengan cara mengendalikan pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Berpedoman pada kedua undang-undang tersebut, maka pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan diperlukan untuk menjaga
kelestarian fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai penyedia jasa lingkungan. Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan di DAS Ciliwung Hulu
1.3. Perumusan Masalah
Sebagai kawasan resapan air dan konservasi tanah, DAS Ciliwung hulu, menghadapi berbagai persoalan yaitu:
1 Jumlah penduduk dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang disebabkan oleh laju kelahiran dan migrasi masuk. Laju pertumbuhan penduduk DAS Ciliwung
hulu selama kurun waktu 1997-2006, sangat tinggi yaitu 3,14tahun dibandingkan laju pertumbuhan penduduk nasional. Berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang RPJP Kabupaten Bogor 2005-2025, perkiraan migrasi masuk ke Kabupaten Bogor adalah 60 dari pertumbuhan penduduk.
Jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat.
2 Kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dengan tingkat pendidikan sebagian besar 57,21 tamat SD, rata-rata prosentase keluarga miskin 24,76, dan
mata pencaharian penduduk sebagian besar bergantung pada perdagangan 41,44 dan jasa 44,65.
3 Konflik penggunaan lahan terjadi antara penggunaan untuk zona lindung, pertanian dan permukiman. Di satu pihak kondisi fisik lingkungan yang
berbukit dan berlereng terjal hanya menyisakan sedikit kawasan yang sesuai untuk permukiman sedangkan di lain pihak kebutuhan lahan permukiman terus
meningkat karena jumlah penduduk yang semakin membesar. Pada tahun 2006 permukiman yang berlokasi di kawasan yang tidak sesuai permukiman
mencapai 57,91 dari luas kawasan permukiman. 4 Peraturan perundangan yang terkait penataan ruang di DAS Ciliwung yaitu :
Peraturan Pemerintah PP, Keppres, Perpres, Permendagri, Perda provinsi dan kabupaten, SK Gubernur dan peraturan Bupati, sudah tersedia, akan tetapi
lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan penerapan peraturan perundangan tidak konsisten.
Keempat persoalan tersebut berdampak pada penurunan degradasi fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai pengatur sistem tata air DAS Ciliwung secara
keseluruhan. Untuk mengatasi hal tersebut, pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
a Pengelolaan lingkungan permukiman menggunakan konsep daya dukung lingkungan Wackernagel 1994; Rees 1996; Khanna et al. 1999; Richard
2002, berkaitan dengan jumlah penduduk yang masih dapat didukung oleh kawasan permukiman. Kemampuan mendukung jumlah penduduk diukur
melalui luas lahan yang dapat disediakan untuk permukiman dan lokasi kawasan yang sesuai untuk permukiman. Berdasarkan hal tersebut perlu
diketahui seberapa besar alokasi dan dimana lokasi kawasan yang sesuai untuk permukiman.
b Pengelolaan kawasan permukiman pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan dayaguna kawasan secara berkelanjutan. Bertitik tolak dari
tujuan tersebut maka perlu diketahui sejauhmana tingkat atau status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu untuk permukiman pada saat ini.