Kawasan Sesuai Utk Permukiman Kawasan Tidak Sesuai Utk Permukiman
Zona Sesuai Zona Agak Sesuai
Zona Budidaya non Permukiman
Zona Lindung LOKASI
ha ha
ha ha
Ciawi 2.96
0.09 929.42
10.87 Megamendung
50.36 1.49
2,010.04 23.52
Cisarua 766.94
22.76 3,493.39
40.87 Jumlah
820.25 24.34
6,432.85 75.26
Total Luas 1,580.80
100 1,378.13
100 3,369.82
100 8,547.62
100
Thd DAS Ciliwung hulu 10,63
9,26 22,65
57,46
Sumber: Hasil analisis peta kesesuaian kawasan permukiman dengan peta sub DAS dan peta administrasi.
5.4.1.2 Evaluasi Kawasan Permukiman 1 Keselarasan RTRW Kabupaten Bogor Terhadap Kawasan Sesuai untuk
Permukiman di DAS Ciliwung Hulu
Sebagian besar DAS Ciliwung hulu berlokasi di wilayah Kabupaten Bogor, oleh karena itu, maka RTRW yang dipakai adalah RTRW Kabupaten Bogor. Pada
bulan Desember 2008, RTRW Kabupaten Bogor tahun 2010 telah direvisi menjadi RTRW tahun 2025 melalui Perda Kabupaten Bogor No 192008. Oleh
karena itu, maka evaluasi keselarasan kawasan permukiman terhadap RTRW menggunakan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2010 dan 2025.
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan lokasi dan alokasi kawasan permukiman antara hasil analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman dengan
RTRW Kabupaten Bogor 2010 maupun 2025 sebagai berikut : a.Peruntukan permukiman berdasarkan RTRW 2010 maupun RTRW 2025, tidak
hanya berlokasi di zona sesuai dan agak sesuai permukiman, tetapi juga di zona budidaya non permukiman, dan zona lindung. Kondisi ini menunjukkan
adanya ketidakselarasan antara kesesuaian kawasan untuk permukiman dengan hasil analisis.
b.Pada RTRW 2000-2010 peruntukan non permukiman sebesar 23,74 dan pada RTRW 2005-2025 sebesar 37,48 berlokasi pada zona sesuai dan agak
sesuai untuk permukiman. Artinya terdapat ketidakkeselarasan antara RTRW dengan hasil analisis.
c.Pada RTRW 2025 peruntukan permukiman di di zona lindung sebesar 12,79, relatif menurun dibandingkan RTRW 2010 sebesar 17,82. Hal ini
karena zona lindung hutan lindung pada RTRW 2025 sudah berpedoman pada Perpres No 582008 Tabel 30.
Tabel 30 Keselarasan RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dan 2005-2025 Terhadap Kawasan Sesuai Untuk Permukiman Di DAS Ciliwung Hulu
Kesesuaian Kawasan Untuk Permukiman Kws Sesuai Permukiman
Kws Tidak Sesuai Permukiman Jumlah
RTRW Kabupaten Bogor
Zona Sesuai Zona Agak
Sesuai Zona Budi daya
non pmk Zona Lindung
ha Permukiman
RTRW 2010 25,58
15,28 41,33
17,82 3.444,09
100 RTRW 2025
24,48 17,66
45,08 12,79
3.670,43 100
Non Permukiman 1. Budidaya Non Pmk
RTRW 2010 10,71
13,03 28,48
47,78 6.536,55
100 RTRW 2025
18,11 19,37
43,38 19,14
3.768,72 100
2. Lindung RTRW 2010
0,14 99,86
4.810,36 100
RTRW 2025 0,02
99,98 7.351,86
100 Kota Bogor
91,91 8,09
85,36 100
Sumber : Hasil analisis peta RTRWKab. Bogor 2000-2010 dan 2005-2025 dengan peta hasil analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman
Keterangan : Peruntukan Non Pmk : 1. Budidaya non permukiman terdiri atas: perkebunan, hutan produksi, pertanian lahan kering, dan tanaman tahunan; 2. Lindung terdiri atas : sungai, hutan konservasi dan hutan lindung
2 Keselarasan Tutupan Lahan Eksisting Tahun 2006 Terhadap Kesesuaian Kawasan Untuk Permukiman di DAS Ciliwung Hulu
Kondisi pemanfaatan ruang secara tidak langsung dapat dideteksi dari keadaan tutupan lahannya. Hasil tumpang susun overlay antara peta kesesuaian
kawasan untuk permukiman terhadap peta tutupan lahan eksisting 2006 menunjukkan ketidakselarasan antara lokasi kawasan yang sesuai untuk
permukiman dengan tutupan lahan eksisting tahun 2006 sebagai berikut: a. Sebagian besar permukiman eksisting berlokasi di zona tidak sesuai untuk
permukiman yaitu di zona budidaya non permukiman 41,21 dan di zona lindung 16,70. Hal tersebut menunjukkan perkembangan permukiman
tidak terkendali. b. Permukiman eksisting yang berlokasi di zona sesuai permukiman 45,82 dari
luas zona, dan permukiman eksisting di zona agak sesuai permukiman sebesar
39,05 dari luas zona. Hal tersebut menunjukkan kawasan sesuai untuk permukiman belum dimanfaatkan secara optimal Tabel 31.
Tabel 31 Keselarasan Tutupan Lahan Tahun 2006 Terhadap Kesesuaian Kawasan Untuk Permukiman di DAS Ciliwung Hulu
1.Kebun Teh 0,39
0,19 12,19
87,23 1.904,74
100 2.Lahan Basah
18,55 15,40
37,29 28,75
546,01 100
3.Lahan Kering 14,24
14,05 30,18
41,53 5.028,80
100 4.Veg. Lbthutan
0,71 1,04
4,10 94,15
4.396,46 100
5.Lain-lain 100,00
0,48 100
6.Permukiman 24,14
17,94 41,21
16,70 2.999,88
100 terhadap
kesesuaian kws utk pmk
45,82 39,06
36,69 5,86
Sumber: hasil analisis peta kesesuaian kawasan permukiman dengan peta tutupan lahan tahun 2006 Keterangan : Luas permukiman eksisting 2006 adalah 2.999,88 ha. Lain-lain adalah tertutup awan
3 Keselarasan RTRW Kabupaten Bogor Terhadap Tutupan Lahan Eksisting Tahun 2006 di DAS Ciliwung Hulu
Analisis keselarasan antara tutupan lahan tahun 2006 terhadap RTRW Kabupaten Bogor bertujuan menilai sejauhmana keberhasilan penerapan RTRW di
Kabupaten Bogor. Oleh karena RTRW 2005-2025 diperdakan bulan Desember 2008, maka belum dapat dievaluasi. Dengan demikian untuk menilai keberhasilan
penerapan RTRW di Kabupaten Bogor, analisis menggunakan RTRW 2000-2010. Hasil analisis menunjukkan terdapat ketidakselarasan antara RTRW dengan
pelaksanaan di lapangan sebagai berikut : a Peruntukan kawasan lindung pada RTRW sebesar 0,25 telah ditempati
permukiman. b Peruntukan kegiatan budidaya non permukiman pada RTRW sebesar 20,22
telah ditempati permukiman. c Peruntukan permukiman pada RTRW belum dimanfaatkan secara optimal
hanya ditempati kegiatan permukiman sebesar 46,86 Tabel 32.
Tabel 32. Keselarasan RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 Terhadap Tutupan Lahan Eksisting 2006 di DAS Ciliwung Hulu.
Tutupan Lahan Tahun 2006 RTRW
Kabupaten Bogor 2000-2010
Kebun Teh
Lahan Basah
Lahan kering
Veg lebat
hutan Permu
kiman Lain-
lain Jml
1. Kawasan Lindung a. Hutan Lindung
16,94 0,25
8,55 74,10
0,15 0,01
100 b. Sungai Besar
69,40 18,37
0,51 11,72
100 Jumlah Kawasan
Lindung 16,78
0,90 8,65
73,41 0,25
0,01 100
2. Kawasan Budidaya A. Non Permukiman
a. Lahan Basah 1,56
12,64 56,03
5,47 24,30
100 b. Lahan kering
1,96 8,20
52,05 2,99
34,80 100
c. Perkebunan 28,86
1,06 40,65
17,07 12.36
100 d. Tanaman tahunan
9,15 1,04
62,21 14,97
12,64 100
e. Pariwisata 3,38
41,26 2,45
52,92 100
Jm Non Permukiman 16,00
4,57 47,71
11,69 20,22
100
B. Permukiman a. Perdesaan
2,21 6,09
40,02 3,48
48,20 100
b. Perkotaan 0,62
5,15 46,87
2,16 45,21
100 Jumlah Permukiman
1,50 5,67
43,09 2,89
46,86 100
C. Kota Bogor 10,06
12,04 1,70
76,20 100
Sumber: hasil analisis peta RTRW Kab. Bogor 2000-2010 dan peta tutupan lahan tahun 2006; Keterangan : Lain-lain = tertutup awan.
4 Keselarasan Antara Tutupan Lahan Eksisting 2006 Dengan RTRW Kabupaten Bogor2005-2025 dan Kesesuaian Kawasan Permukiman
Analisis keselarasan antara tutupan lahan eksisting, dengan kesesuaian kawasan untuk permukiman dan RTRW Kabupaten Bogor bertujuan untuk
mengetahui penyebaran lokasi permukiman eksisting terhadap RTRW dan kawasan sesuai permukiman hasil analisis. RTRW yang digunakan adalah RTRW
tahun 2005-2025. Hasil analisis menunjukkan lokasi permukiman eksisting dengan klasifikasi sebagai berikut: a Sesuai RTRW dan sesuai dengan kawasan
sesuai permukiman hasil analisis, sebesar 25,45 ; b Sesuai RTRW tetapi tidak sesuai dengan kawasan sesuai permukiman hasil analisis, sebesar 35,30 ; c
Tidak sesuai RTRW tetapi sesuai dengan kawasan sesuai permukiman hasil analisis, sebesar 16,75 ; d Tidak sesuai RTRW dan tidak sesuai dengan
kawasan sesuai permukiman hasil analisis, sebesar 22,50 Gambar 20.
Gambar 20 Keselarasan Antara Tutupan Lahan Permukiman Eksisting dengan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 dan Kawasan Sesuai Untuk
Permukiman
5.4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kesesuaian kawasan untuk permukiman di DAS Ciliwung hulu, alokasi ideal kawasan sesuai untuk permukiman adalah
19,89, dan kawasan tidak sesuai untuk permukiman adalah 80,11. Temuan tersebut tidak berbeda jauh dari hasil penelitian Syartinilia et al.2006, yang
mengidentifikasi kawasan potensial untuk permukiman +16 dan kawasan potensial untuk lindung + 84 dari luas DAS Ciliwung hulu. Kawasan tidak
sesuai untuk permukiman tersebut, terdiri dari zona lindung sebesar 57,46 dan Zona budidaya non permukiman sebesar 22,65. Apabila berpedoman pada
UUPR No 262007ps 17:5 yang menyebutkan bahwa luas minimal kawasan hutan adalah 30 dari luas daerah aliran sungai DAS, maka luas zona lindung
sebesar 57,46 harus berupa hutan agar memenuhi persyaratan tata ruang. Apabila hasil kesesuaian kawasan untuk permukiman dibandingkan
dengan indeks konservasi alami IKa yaitu parameter kemampuan ideal kawasan
Indarti KD
untuk konservasi air, hasilnya menunjukkan klasifikasi IKa sangat tinggi sebagian besar 94,55 berlokasi di zona lindung. Klasifikasi IKa tinggi, kurang-lebih
70 berlokasi di zona tidak sesuai permukiman, yaitu 40,80 di zona lindung dan 29,12 di zona budidaya non permukiman. Artinya lokasi kawasan permukiman
hasil analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman menjamin keberlanjutan konservasi air karena kondisi hidrologi ideal dipertahankan Tabel 33.
Berdasarkan hal tersebut maka dari segi penataan ruang maupun fungsi DAS Ciliwung hulu sebagai daerah konservasi air dan tanah, alokasi dan lokasi kawasan
sesuai untuk permukiman tersebut cukup ideal. Tabel 33 Keselarasan Indeks Konservasi Alami Ika Terhadap
Kawasan Sesuai Untuk Permukiman
Indeks Konservasi Alami Ika Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
Kesesuaian Kawasan untuk Permukiman
Nd ha
1. Zona Sesuai Pmk
34,26 2,69
1.325,58 14,38
18,30 0,43
2. Zona Agak Sesuai Pmk
46,82 3,68
1.448,33 15,71
85,64 2,00
3. Zona Tidak Sesuai a. Budidaya non Pmk
473,06 37,21
2.684,43 29,12
129.68 3,03
82,65
b. Lindung
717,20 56,41
3.761,35 40,80
4.040,98 94,55
28,08
Jumlah
1.271,34 100
9.219,69 100
4.274,60 100
110,73
Sumber: hasil analisis peta Indeks konservasi alami IKa dan peta kesesuaian kawasan permukiman Keterangan : Nd= tidak ada data.
Terdapat perbedaan lokasi permukiman antara RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 dengan hasil analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman. Hal
tersebut disebabkan pada RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 maupun tahun 2000-2010, kawasan rawan longsor tidakbelum dimasukan sebagai salah
satu faktor penentu kesesuaian kawasan untuk permukiman. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis antara RTRW Kabupaten Bogor dengan kawasan
rawan longsor sebagai berikut Tabel 34: a. Peruntukan permukiman pada RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 sebesar
20,63 dan pada RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 sebesar 18,78 berlokasi di kawasan rawan longsor dengan klasifikasi bahaya.
b. Peruntukan permukiman pada RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 sebesar 12,59 dan pada RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 sebesar 10,82
berlokasi di kawasan rawan longsor dengan klasifikasi sangat bahaya. Tabel 34 Keselarasan RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dan 2005-2025
Terhadap Kawasan Rawan Longsor Di DAS Ciliwung Hulu
RTRW Kab. Bogor 2000-2010 RTRW Kab.Bogor
2005-2025
A B
A B
Kawasan Rawan Longsor
ha ha
ha ha
1. Normal
1.920,02 54,34
2.953,28 26,04
1.914,42 52,16
2.999,24 26,76
2. Potensial
439,70 12,44
2.677,24 23,60
669,67 18,25
2.487,89 22.20
3. Bahaya
728,72 20,63
5.515,53 48,62
689,36 18,78
5.604,09 50,01
4. Sangat Bahaya
444,79 12,59
197,10 1,74
396,97 10,82
114,72 1,02
Jumlah
3.533,22 100
11.343,16 100
3.670,43 100
11.205,94 100
Sumber: hasil analisis peta RTRW Kab. Bogor 2000-2010 dan 2005-2025, serta peta bencana longsor Keterangan : A = Peruntukan permukiman; B = peruntukan non permukiman dan lindung.
Tidak atau belum dimasukannya kawasan rawan longsor, terutama dengan klasifikasi bahaya dan sangat bahaya, dalam RTRW Kabupaten Bogor dapat
menjadi masukan bagi pembuatan Rencana Detail Tata Ruang RDTR Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua, khususnya yang berkaitan dengan peruntukan
kawasan permukiman. Sesuai dengan PP 262008 tentang RTRWN, pembangunan di kawasan rawan bencana perlu dibatasi. Pembatasan perkembangan kegiatan
budidaya terbangun di kawasan rawan bencana tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.
Penyebaran lokasi kawasan permukiman eksisting tidak terkendali, hal tersebut ditunjukkan oleh lokasi permukiman eksisting dikawasan peruntukan
permukiman berdasarkan RTRW hanya 46,86, sisanya sebesar 53,14 berlokasi diluar peruntukan kawasan permukiman berdasarkan RTRW. Selain itu
terdapat permukiman eksisting sebesar 22,50 yang berlokasi di kawasan peruntukan non permukiman menurut RTRW dan kawasan tidak sesuai
permukiman berdasarkan hasil analisis. Lemahnya pengendalian perkembangan permukiman diperlihatkan pula oleh
permukiman eksisting di zona lindung dengan peruntukan hutan lindung yang berada pada kawasan rawan longsor dengan klasifikasi bahaya Gambar 21.
Gambar 21 Tutupan Lahan Permukiman Eksisting 2006 di Kawasan Rawan Longsor DAS Ciliwung Hulu
5.5. Kesimpulan
Luas alokasi kawasan untuk permukiman adalah 19,89 dari luas DAS Ciliwung hulu, sisanya sebesar 80, 11 dialokasikan sebagai kawasan tidak
sesuai untuk permukiman. Kawasan tidak sesuai permukiman terdiri atas zona lindung 57,46 dan zona budidaya non permukiman 22,65 . Kawasan tidak
sesuai untuk permukiman zona lindung sebagian besar berlokasi DAS Ciliwung hulu bagian atas. Dari segi alokasi komposisi tersebut cukup ideal karena sudah
sesuai dengan ketentuan kawasan lindung di DAS yaitu minimal 30 dari luas DAS. Sementara itu dari segi lokasi, penyebaran zona lindung, zona budidaya non
permukiman dan zona sesuai permukiman sudah memperhitungkan fungsi DAS Ciliwung hulu sebagai kawasan resapan air. Penyebaran lokasi kawasan
permukiman eksisting tidak terkendali, hal tersebut diperlihatkan oleh ketidakselarasan penyimpangan antara lokasi permukiman eksisting dengan
peruntukan permukiman berdasarkan RTRW dan kawasan yang sesuai untuk permukiman hasil analisis.
Indarti KD
VI STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU
6.1. Pendahuluan
Perkembangan permukiman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa keuntungan lokasi secara ekonomi akibat posisi
geografis kawasan dalam skala regional; ketersediaan fasilitas dan prasarana sosial ekonomi; kondisi sosial ekonomi penduduk; dan potensi sumberdaya alamjasa
lingkungan. Faktor eksternal dapat berupa kebijakan pengembangan wilayah, dan aksesibilitas terhadap pusat-pusat kegiatan dalam skala regional dan nasional.
Perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu tidak terlepas dari bekerjanya faktor internal dan eksternal tersebut. Posisi geografis dan potensi jasa lingkungan
pariwisata merupakan faktor penarik perkembangan kawasan permukiman. Aksesibilitas DAS Ciliwung hulu terhadap pusat kegiatan skala nasional Jakarta
maupun pusat kegiatan skala wilayah Kota Bogor dan Bandung dan kebijakan pengembangan wilayah Bopunjur Bogor-Puncak-Cianjur sebagai kawasan
andalan Provinsi Jawa Barat dalam sektor pariwisata dan agribisnis, merupakan faktor pendorong bagi berkembangnya permukiman di DAS Ciliwung hulu.
Perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu diperlihatkan oleh tutupan lahan permukiman. Pada kurun waktu 1997 tutupan lahan permukiman
adalah 3,96 pada tahun 2006 meningkat menjadi 20,17. Hasil analisis lokasi permukiman eksisting terhadap RTRW tahun 2000-2010 menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 53,14. Penyimpangan lokasi permukiman eksisting dari peruntukan permukiman pada RTRW tersebut menunjukkan perkembangan
permukiman cenderung tidak terkendali. Perkembangan permukiman yang tidak terkendali diduga berdampak
terhadap degradasi fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai pengatur keseimbangan tata air bagi keseluruhan DAS. Keseimbangan tata air yang
terganggu diperlihatkan oleh Koefisien rejim sungai KRS yaitu nisbah antara debit maksimum dengan debit minimum, yang cenderung membesar KRS100.