Tahapan Penelitian Definisi Operasional

1. Daerah Aliran Sungai DAS: adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya melalui sungai dan anak-anak sungai ke danau atau ke laut secara alami. Batas di darat berupa pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang yang masih terpengaruh aktivitas daratan PP 262008. Gambar 13 Bagan Alir Tahapan Penelitian 2. Daya dukung lingkungan hidup: kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain UU LH No 231997; UU PPLH No 322009. 3. Daya dukung lingkungan : tingkat konsumsi sumberdaya dan pembuangan limbah maksimum yang masih dapat dipertahankan tanpa batas waktu dan secara progresif tidak mengganggu bioproduktivitas dan integritas ekologi suatu kawasan Khanna et al. 1999. 4. Daya tampung lingkungan hidup : kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk dan dimasukan ke dalamnya UU LH No 231997; UU PPLH No 322009. 5. Disinsentif: Pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang UU PR No 262007. 6. Free riders adalah pihak-pihak yang mendapatkan manfaat dari penggunaan sumberdaya tetapi tidak berkontribusi pada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memelihara dan mengatur pemanfaatan sumberdaya tersebut Sterner 2003. 7. Hak Guna Bangunan HGB : hak untuk mendirikan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya. HGB dapat dikenakan pada tanah yang dikuasai langsung oleh negara melalui penetapan pemerintah atau pada tanah hak milik karena perjanjian antar pemilik tanah dengan pihak yang akan memperoleh HGB. Jangka waktu berlakunya HGB paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dalam jangka waktu 20 tahun. HGB dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, dapat dicabut untuk kepentingan umum, dan dihentikan sebelum masa berlakunya berakhir karena ada syarat yang tidak dipenuhiUUPA No 51960 8. Hak Guna Usaha HGU: hak untuk menguasai tanah yang dikuasai langsung oleh negara, melalui penetapan oleh pemerintah. HGU digunakan untuk perusahaan, pertanian, perikanan, peternakan. Jangka waktu berlakunya HGU paling lama 25 tahun, sedangkan untuk perusahaan jangka waktu paling lama 35 tahun, dan dapat diperpanjang paling lama 25 tahun. HGU dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, dapat dicabut untuk kepentingan umum, dapat dihentikan sebelum masa berlakunya berakhir karena ada syarat yang tidak dipenuhiUUPA No 51960. 9. Hak Milik HM : hak atas tanah yang bersifat turun-temurun, terkuat dan terpenuh dibandingkan hak-hak atas tanah lainnya. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, hanya warganegara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik. Hak milik yang hapus karena hukum kembali menjadi tanah negara UUPA No 51960 10. Hak Pakai: hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain. Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh negara, pengalihan hak atas izin pejabat berwenang UUPA No 51960. 11. Izin Mendirikan Bangunan IMB: izin yang diberikan Pemda kepada perorangan atau badan untuk membangun. Mendirikan bangunan adalah suatu kegiatan membangun, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, dan memperluas bangunan Perda Kabupaten Bogor No 232000. 12. Izin lokasi: izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya Perda Kab Bogor No 192000. 13. Indeks Pembangunan Manusia IPM: indeks komposit yang digunakan sebagai alat ukur yang menggambarkan pencapaian pembangunan manusia yang dicapai oleh suatu wilayah dengan komponen pendidikan, kesehatan dan daya beli BPS. 14. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah IPPT : izin yang diberikan oleh Pemda kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan Perda Kab Bogor No 192000. 15. Kawasan andalan: bagian dari kawasan budidaya yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya PP No 262008. 16. Kawasan budidaya: wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumberdaya buatan UU PR No 262007; PP No 262008 17. Kawasan lindung: wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan buatan UU PR No 262007; PP No 262008. 18. Kawasan permukiman: bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan UUPP No 41992; PP No 262008. 19. Kawasan strategis nasional: wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, danatau lingkungan UUPR No 262007; PP No 262008. 20. Kebijakan yang diinginkan desirable: kebijakan yang didukung oleh semua unsur Muhammadi et al. 2001 21. Kebijakan yang layak feasible: kebijakan yang dapat dilaksanakan dalam dunia nyata Muhammadi et al. 2001. 22. Kelembagaan: diartikan sebagai suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi, diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan, ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk pengendalian prilaku sosial, dan diberikan insentif untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama Djogo et al. 2003. 23. Ketentuan amplop ruang: meliputi ketentuan koefisien dasar bangunan KDB, koefisien lantai bangunan KLB, koefisien dasar ruang hijau KDH dan garis sempadan bangunan GSB UUPR No 262007. 24. Koefisien Dasar Bangunan KDB: angka koefisien yang menunjukkan perbandingan antara luas bangunan lantai dasar dengan luas lahan kaveling atau lahan peruntukan dalam satuan persen. 25. Lahan kritis adalah tanah-tanah yang tidak produktif, dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian, tanpa usaha- usaha rehabilitasi lebih dahuluDitjen Pengelolan lahan dan air Deptan, 2008 26. Pengelolaan Lingkungan hidup: upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi: penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan; pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup UU PLH No 231997; UU PPLH No 322009. 27. Pengendalian permukiman: upaya untuk mewujudkan tertib permukiman UUPR No 262007. 28. Penggunaan lahan: merupakan kegiatan manusia pada sebidang lahan, penggunaan lahan yang terjadi berpengaruh terhadap tutupan lahan Lillesand dan Kiefer 2000. 29. Peraturan zonasi: ketentuan yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendaliannya yang disusun untuk setiap zonablok peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruangUUPR No 262007. 30. Prasarana lingkungan: kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkin kan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya UU PP No 41992 . 31. Rencana rinci tata ruang kawasan permukiman : terdiri atas rencana terperinci detail tata ruang dan rencana teknik ruang. Rencana terperinci detail tata ruang kawasan menggambarkan antara lain zonasi atau blok alokasi pemanfaatan ruang block plan. Rencana teknik ruang pada setiap blok kawasan menggambarkan antara lain rencana tapak atau tata letak site plan dan tata bangunan building lay out beserta prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum PermenPera No 332006 . 32. Sarana lingkungan: fasilitas penunjang yang berfungsi menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, perbelanjaan, tempat ibadah, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka, serta ruang terbuka hijau UU PP No 41992 . 33. Sub DAS: bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi menjadi sub DAS-sub DAS. 34. Tutupan Lahan: merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut Lillesand dan Kiefer 2000. 35. Wilayah : ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional UUPR No 262007 IV KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI DAS CILIWUNG HULU

4.1. Kondisi Fisik DAS Ciliwung Hulu

Luas DAS Ciliwung bagian hulu adalah + 14.876,37 ha. Curah hujan rata- rata tahun 1989-2001 adalah 3.636 mmtahun BP DAS Citarum-Ciliwung 2003. Tipe iklim DAS Ciliwung hulu menurut sistem klasifikasi Smith dan Ferguson yang didasarkan pada besarnya curah hujan, yaitu Bulan Basah 200 mm dan Bulan Kering 100 mm adalah termasuk kedalam Type A. Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di DAS Ciliwung hulu termasuk pada tipe iklim B2 yang mempunyai 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering, dan tipe iklim C1 yang mempunyai 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003 b . Tipe iklim B2 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung, sedangkan tipe ikllim C1 terdapat di Kecamatan Ciawi Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003 b . Suhu udara di DAS Ciliwung hulu berkisar antara 14,8 o – 26,6 o C. Hasil penelitian Fakhrudin 2003 menyebutkan curah hujan di Stasiun Katulampa kurun waktu 1972-1999 terbesar harian rata-rata114 mm.

4.1.1. Morfologi, Litologi dan Tanah

Berdasarkan kondisi lereng dan beda tinggi, serta kenampakan lapangan, DAS Ciliwung Hulu dikelompokkan menjadi 4 empat satuan morfologi yaitu, morfologi pedataran tinggi, morfologi bergelombang landai, morfologi perbukitan terjal dan morfologi pegunungan Suhari et al.1991. Morfologi pedataran tinggi terletak pada elevasi antara 600 – 1300 m dpl, kemiringan lereng kurang dari 8 akan tetapi pada lembah sungai kemiringannya lebih terjal Suhari et al. 1991. Batuan penyusunnya terutama tufa dan breksi hasil erupsi G. Gede dan G.Pangrango, dengan aliran sungai dendritik-paralel Suhari et al. 1991. Morfologi bergelombang landai berada pada elevasi 1000 m sampai 1500 m dari muka laut, umumnya merupakan kaki G. Gede dan G. Pangrango, dengan kemiringan lereng antara 8-45 Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Batuan penyusun morfologi bergelombang landai adalah tufa dan breksi, dengan sungai berpola dendritik-paralalel Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Morfologi perbukitan terjal terdapat dibagian hulu DAS Ciliwung hulu, dengan kemiringan lereng berkisar antar 25 sampai lebih dari 70, tersusun dari satuan breksi dan tufa hasil erupsi G. Gede dan Pangrango Suhari et al.1991. Elevasi terendah pada morfologi perbukitan terjal adalah 1400 m dari muka laut dan elevasi tertinggi 1950 m dari muka laut. Sungai-sungai yang mengalir berpola subradial-subparalel Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Morfologi pegunungan merupakan bagian lereng daerah pegunungan, dengan puncak-puncaknya antara G. Talaga 1.608 m, G Gedogan 1.688 m, G Luhur 1.745 m, G Kencana 1.803 m G. Joglog 1.844 m, Bukit pasir Gegerbentang 2.042 m dan G Pangrango 3.019 m. Elevasi di kawasan ini berkisar antara 1.015 m dan 3.019 m dpl. dan kemiringan lereng 40. Satuan morfologi tersusun dari endapan volkanik, yaitu lava dan breksi, dengan sungai berpola dendritik Suhari et al. 1991. Daerah aliran sungai DAS Ciliwung hulu dibangun oleh formasi geologi volkanik, yaitu komplek utama G. Gede dan Komplek G. Pangrango. Litologi kawasan DAS Ciliwung hulu adalah batuan volkanik, breksi dan lava dari G. Kencana dan Limo berumur kuarter tua dan sebagian batuan tersebut ditutupi oleh batuan gunung api muda berkomposisi andesitik hasil erupsi G Pangrango dan G. Gede Suhari et al. 1991. Berdasarkan peta tanah tinjau Kabupaten Bogor skala 1 : 250.000, jenis- jenis tanah yang ada di wilayah DAS Ciliwung hulu meliputi jenis komplek Aluvial Kelabu, Andosol Coklat, Latosol Coklat, Regosol Coklat, dan Latosol Coklat Kemerahan. Bahan induk tanah di DAS Ciliwung hulu adalah tufa volkanik sebagai bahan dasar pembentuk tanah Latosol. Jenis tanah Latosol umumnya berbahan induk batuan volkanik yang bersifat intermidier, bersolum dalam, pH agak tinggi dengan kepekaan terhadap erosi rendah, sedangkan jenis tanah Regosol dan Andosol umumnya agak peka terhadap erosi.