Status Keberlanjutan Dimensi Sosial

masyarakat di bidang lingkungan; 9 Pelaksanaan Keluarga Berencana. Hasil analisis MDS menggunakan RapCiwulu menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi sosial untuk pengembangan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah 38,15. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan, angka tersebut menunjukkan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu termasuk kategori kurang berkelanjutan Gambar 24. Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial 38.15 Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 80 20 40 60 80 100 Real Fisheries Reference anchors Anchors Gambar 24 Indeks Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu Status kurang berkelanjutan tersebut disebabkan dari 9 atribut yang dianalisis, hanya 2 atribut yaitu pelayanan fasilitas kesehatan, dan pelaksanaan KB yang menunjukkan skor baik. Pelayanan fasilitas kesehatan per penduduk sudah cukup baik yaitu 2,18 per penduduk, artinya setiap penduduk dilayani oleh lebih dari 2 fasilitas kesehatan. Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua telah terlayani oleh 17 balai pengobatan, 3 puskesmas, dan 6 puskesmas pembantu, selain itu juga terdapat rumah sakit umum di Kota Ciawi dan rumah sakit khusus paru-paru di Cisarua. Pelaksanaan program KB untuk Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua tahun 2008 berhasil baik karena pencapaian peserta KB aktif telah melebihi 100 . Atribut yang menunjukkan skor buruk adalah laju pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan penduduk dan pelayanan fasilitas pendidikan. Laju pertumbuhan penduduk di DAS Ciliwung hulu sangat tinggi yaitu 3,14 tahun pada kurun waktu 1997-2006. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, disebabkan oleh tingginya migrasi masuk. Tingkat pendidikan penduduk di DAS Ciliwung hulu sebagian besar 57,21 adalah tamat SD, hal tersebut diduga berkaitan dengan pelayanan fasilitas pendidikan yang relatif masih kurang yaitu rata-rata 0,69 per penduduk . Analisis pengungkit leverage terhadap 9 atribut dimensi sosial menghasilkan 2 atribut sensitif yaitu tingkat pendidikan dengan perubahan RMS 6,00 dan laju pertumbuhan penduduk dengan perubahan RMS 5,72. Keduanya merupakan atribut sensitif bagi keberlanjutan pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu dari segi dimensi sosial. Penurunan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas penduduk akan meningkatkan keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu dari segi dimensi sosial Gambar 25 1.40 1.74 2.54 2.71 3.29 3.39 6.00 6.72 1 2 3 4 5 6 7 Perubahan Root Mean Square RMS Pelayana fas kesehatan Pelayanan fas. pendidikan Persepsi masyarakat terhadap lingkungan Pelaksanaan KB Partisipasi masyarakat pada penghijauan Partisipasi masyarakat mengolah sampah Tingkat pendidikan penduduk Laju pertumbuhan penduduk PengungkitLeverage dari Atribut-atribut Dimensi Sosial Gambar 25 Atribut Pengungkit Dimensi Sosial Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu C . Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi dan Prasarana Atribut yang digunakan untuk menganalisis dimensi ekonomi adalah :1 jumlah penduduk miskin; 2 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian;3 jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan;4 Jumlah tenaga kerja di sektor jasa; 5 akses ke pusat kegiatan ;6 ketersediaan angkutan umum; 7 status ekonomi wilayah; 8 Jumlah desa yang mempunyai fasilitas air bersih; 9 jumlah pelanggan PLN; 10 Luas kawasan yang dapat dikembangkan untuk permukiman. Hasil analisis MDS menggunakan RapCiwulu menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi ekonomi untuk pengembangan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah 62,50. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan, angka tersebut menunjukkan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu termasuk kategori cukup berkelanjutan Gambar 26. Status cukup berkelanjutan tersebut disebabkan dari 10 atribut yang dinilai, 4 atribut menunjukan skor baik, yaitu akses ke pusat kegiatan; status ekonomi wilayah; ketersediaan angkutan umum; dan jumlah penduduk miskin. Sisanya 3 atribut mempunyai skor buruk dan 3 atribut mempunyai skor sedang. Atribut dengan skor baik, yaitu akses kepusat kegiatan; status ekonomi wilayah; dan ketersediaan angkutan umum, merupakan faktor pendorong bagi perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Indek s K eberlanjutan D im ens i E k onom i dan P ras arana 6 2 .5 0 D ow n U p B ad G ood -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 R eal F is heries R eferenc e anc hors A nc hors Gambar 26. Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi dan prasarana Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Analisis pengungkit leverage terhadap 10 atribut dimensi ekonomi dan prasarana menghasilkan 2 atribut dengan perubahan RMS yang menonjol yaitu: atribut luas lahan yang dapat dikembangkan sebagai permukiman dengan perubahan RMS 7,72; atribut status ekonomi wilayah dengan perubahan RMS 7,56; atribut akses ke pusat kegiatan dengan perubahan RMS 6,96; dan atribut ketersediaan angkutan umum dengan perubahan RMS 6,66. Keempat atribut tersebut merupakan atribut-atribut sensitif dalam pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan Gambar 27. 0.76 0.82 2.50 2.86 4.86 5.05 6.66 6.96 7.56 7.72 1 2 3 4 5 6 7 8 Perubahan Root Mean Square RMS Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian Desa penerima sambungan air bersih Jumlah pelanggan PLN Jumlah penduduk miskin Jumlah tenaga kerja di sektor jasa Jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan Ketersediaan angkutan umum Akses ke pusat kegiatan Status ekonomi wilayah Luas lahan yg dapat dikembangkan utk permukiman PengungkitLeverage dari Atribut-atribut Dimensi Ekonomi dan Prasarana Gambar 27 Atribut Pengungkit Dimensi Ekonomi Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu Berdasarkan hasil analisis bab V, luas lahan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan permukiman terbatas yaitu 19,89 dari luas DAS Ciliwung hulu. Oleh karena itu pengembangan perumahan, perdagangan dan jasa harus mempertimbangkan keterbatasan tersebut agar tidak merusak fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu. Dari segi pengembangan ekonomi wilayah, DAS Ciliwung hulu merupakan bagian dari Kawasan Andalan Bopunjur dengan sektor unggulan pariwisata dan agribisnis. Akses dari kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu ke pusat kegiatan lokal Kota Ciawi maupun ke pusat kegiatan wilayah Kota Bogor dan ke pusat kegiatan nasional Jakarta mudah dilakukan. Angkutan umum perdesaan maupun antar kota melintasi kawasan permukiman DAS Ciliwung hulu. Ketiga atribut yaitu status ekonomi wilayah, akses ke pusat kegiatan dan ketersediaan angkutan umum merupakan faktor penarik kegiatan perekonomian jasa dan perdagangan serta migrasi masuk ke DAS Ciliwung hulu.

d. Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Atribut yang digunakan untuk menganalisis dimensi kelembagaan adalah: 1 kerjasama antar kabupatenkota;2 Koordinasi dalam perbaikan lingkungan hidup;3 lokasi permukiman tidak sesuai RTRW;4 penerapan disinsentif; 5 penerapan sanksi pidana terhadap pelanggaran penataan ruang; 6 ketersediaan RTRW;7 ketersediaan rencana rinci tata ruang; 8ketersediaan peraturan zonasi; 9 ketersediaan mekanisme perizinan; 10 pelaksanaan relokasi permukiman dari kawasan tidak sesuai untuk permukiman. Hasil analisis MDS menggunakan RapCiwulu menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan adalah 30,66. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan, angka tersebut menunjukkan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu termasuk kategori kurang berkelanjutan Gambar 28. Status kurang berkelanjutan tersebut karena dari 10 atribut yang dinilai, 6 atribut menunjukkan skor buruk, 1 atribut menunjukkan skor baik dan sisanya 3 atribut menunjukkan skor sedang. Atribut dengan skor buruk adalah atribut yang berkaitan dengan pengendalian permukiman yaitu ketersediaan rencana rinci tata ruang, ketersediaan peraturan zonasi, penerapan disinsentif, penerapan sanksi pidana, pelaksanaan relokasi dan kerjasama antar kabupatenkota. Atribut-atribut tersebut belum tersedia. In d e k s K e b e r la n ju t a n D i m e n s i K e le m b a g a a n 3 0 . 6 6 G o o d B a d U p D o w n - 6 0 - 4 0 - 2 0 2 0 4 0 6 0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 R e a l F is h e r ie s R e f e r e n c e a n c h o r s A n c h o r s Gambar 28 Indeks Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu Atribut dengan skor baik adalah ketersediaan RTRW. RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 telah diundangkan menjadi Perda Kabupaten Bogor No 192008 RTRW ini belum dapat dioperasionalkan dengan baik terutama dalam hal pengendalian tata ruang, karena ketidaktersediaan rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi. Analisis pengungkit leverage terhadap 10 atribut dimensi kelembagaan menghasilkan 4 atribut dengan nilai perubahan RMS yang menonjol yaitu: lokasi permukiman tidak sesuai RTRW dengan perubahan RMS 7,50; ketersediaan rencana rinci tata ruang dengan perubahan RMS 6,94; ketersediaan peraturan zonasi dengan perubahan RMS 6,23; dan penerapan disinsentif dengan perubahan RMS 6,17 . Keempat atribut tersebut merupakan atribut-atribut sensitif dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu, karena keempatnya merupakan alat koordinasi dalam pengelolaan permukiman dan pengendali perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu Gambar 29. 0.69 1.47 2.92 3.05 4.87 5.34 6.17 6.23 6.94 7.50 1 2 3 4 5 6 7 8 Perubahan Root Mean Square RMS Kerjasama antar kabkota Relokasi permukiman dari kawasan tdk sesuai Penerapan sanksi pidana Ketersediaan RTRW Koordinasi perbaikan Lingkungan hidup Ketersediaan mekanisme perizinan Penerapan disinsentif Ketersediaan peraturan zonasi Ketersediaan rencana rinci tata ruang Lokasi permukiman tidak sesuai RTRW PengungkitLeverage dari Atribut-atribut Dimensi Kelembagaan Gambar 29 Atribut Pengungkit Dimensi Kelembagaan Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu e . Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi dan Informasi Atribut yang digunakan untuk menganalisis dimensi teknologi dan informasi adalah: 1 teknologi pencegahan longsor;2 teknologi konservasi air;3 teknologi konservasi lahan; 4 teknologi peningkatan kualitas air;5 Jenis