Kondisi Fisik DAS Ciliwung Hulu

kemiringan lereng antara 8-45 Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Batuan penyusun morfologi bergelombang landai adalah tufa dan breksi, dengan sungai berpola dendritik-paralalel Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Morfologi perbukitan terjal terdapat dibagian hulu DAS Ciliwung hulu, dengan kemiringan lereng berkisar antar 25 sampai lebih dari 70, tersusun dari satuan breksi dan tufa hasil erupsi G. Gede dan Pangrango Suhari et al.1991. Elevasi terendah pada morfologi perbukitan terjal adalah 1400 m dari muka laut dan elevasi tertinggi 1950 m dari muka laut. Sungai-sungai yang mengalir berpola subradial-subparalel Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003. Morfologi pegunungan merupakan bagian lereng daerah pegunungan, dengan puncak-puncaknya antara G. Talaga 1.608 m, G Gedogan 1.688 m, G Luhur 1.745 m, G Kencana 1.803 m G. Joglog 1.844 m, Bukit pasir Gegerbentang 2.042 m dan G Pangrango 3.019 m. Elevasi di kawasan ini berkisar antara 1.015 m dan 3.019 m dpl. dan kemiringan lereng 40. Satuan morfologi tersusun dari endapan volkanik, yaitu lava dan breksi, dengan sungai berpola dendritik Suhari et al. 1991. Daerah aliran sungai DAS Ciliwung hulu dibangun oleh formasi geologi volkanik, yaitu komplek utama G. Gede dan Komplek G. Pangrango. Litologi kawasan DAS Ciliwung hulu adalah batuan volkanik, breksi dan lava dari G. Kencana dan Limo berumur kuarter tua dan sebagian batuan tersebut ditutupi oleh batuan gunung api muda berkomposisi andesitik hasil erupsi G Pangrango dan G. Gede Suhari et al. 1991. Berdasarkan peta tanah tinjau Kabupaten Bogor skala 1 : 250.000, jenis- jenis tanah yang ada di wilayah DAS Ciliwung hulu meliputi jenis komplek Aluvial Kelabu, Andosol Coklat, Latosol Coklat, Regosol Coklat, dan Latosol Coklat Kemerahan. Bahan induk tanah di DAS Ciliwung hulu adalah tufa volkanik sebagai bahan dasar pembentuk tanah Latosol. Jenis tanah Latosol umumnya berbahan induk batuan volkanik yang bersifat intermidier, bersolum dalam, pH agak tinggi dengan kepekaan terhadap erosi rendah, sedangkan jenis tanah Regosol dan Andosol umumnya agak peka terhadap erosi.

4.1.2. Sifat Fisik dan Keteknikan Batuan dan Tanah

Terdapat 4 sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah di DAS Ciliwung hulu yaitu Suhari et al.1991 :

a. Batuan Lahar, Breksi Tufaan dan Lapili dari G. Salak Qvsb

Pada kelompok ini, batuan terdiri dari tufa dengan sisipan breksi. Umumnya tufa telah lapuk menjadi lempung atau lempung pasiran tebal yang sifatnya lunak dan rapuh. Daya dukung tanah 1 hasil lapukan batuan untuk menopang fondasi bangunan, rendah sampai menengah 15-25 kgcm 2 . Batuan menunjukkan sifat lunak sehingga mudah digali atau dipotong dengan peralatan sederhana. Tanah hasil pelapukan batuan top soil tipis 30 cm, dan bersifat agak lepas, akan tetapi cukup tahan terhadap erosi jika vegetasi diatasnya tidak terganggu. Nilai permeabilitasnya sedang sampai tinggi yaitu antara 10 -4 – 10 -3 cmdetik, sehingga secara umum endapan batuan mempunyai daya resap air sedang sampai tinggi. Breksi terdapat sebagai sisipan-sipan tipis dengan ketebalan 1 m dan sebarannya tidak menerus. Sisipan breksi terdapat pada kedalaman 1-5 m dari permukaan tanah setempat, berupa bongkahan dengan diameter 10 cm hingga lebih dari 50 cm, hubungan antar bongkah masih lepas, daya dukung terhadap fondasi sangat tinggi tekanan konus pada sondir 100 kgcm 2 dan mampu menopang fondasi bangunan berat.

b. Batuan volkanik G. Pangrango Qvpo:

Endapan breksi volkanik hasil erupsi G. Pangrango terdiri dari kerikil sampai bongkah yang tertanam dalam masa dasar tufa berbutir pasir, sifatnya lepas. Daya dukung tanah hasil lapukan batuan untuk menopang fondasi, sangat tinggi100 kgcm 2 . Batuan ini agak sulit dipotong atau digali, untuk pemotongan atau penggalian skala besar diperlukan peralatan mekanik. Tanah hasil pelapukan batuan, tipis berupa pasir kerikilan yang bersifat lepas dan mudah tererosi khususnya pada lereng terjal. Nilai permeabilitas batuan berkisar 1 Daya dukung tanah untuk fondasi diukur dari tekanan konus sondir. Daya dukung rendah tekanan konus sondir 20 Kgcm2; menengah 20-50 kgcm2; tinggi 50- 100 kgcm2 ; sangat tinggi 100 kgcm2 Suhari et al. 1991 antara 10 -4 – 10 -3 cmdetik, secara umum daya resap air dari endapan batuan adalah sedang sampai tinggi.

c. Lava Basal dari G. Geger Bentang Qvba:

Pada kelompok lava basal dari G. Geger BentangQvba, tufa umumnya telah lapuk menjadi lempung atau lempung pasiran tebal yang sifatnya cukup padu namun lunak, dan daya dukungnya untuk menopang fondasi rendah sampai menengah 15-25 kgcm 2 . Batuan menunjukkan sifat lunak sehingga mudah digali atau dipotong dengan peralatan sederhana. Tanah hasil lapukan Qvba tipis 40 cm sifatnya kohesif dan tahan terhadap erosi. Nilai permeabilitas antara 10 -5 – 10 -4 cmdetik sehingga secara umum daya resap air dari endapan batuan ini adalah rendah sampai sedang.

d. Breksi Volkanik dan Lava G Kancana dan G Limo Qvk :

Sifat fisik dan keteknikan breksi volkanik dan lava hampir sama, sifatnya padu dan keras. Daya dukung tanah hasil lapukan batuan, sangat tinggi 100 kgcm 2 dan mampu menopang bangunan berat. Batuan menunjukkan sifat kaku dan keras sehingga pemotongan atau penggalian dalam skala besar harus menggunakan peralatan mekanik. Tanah hasil lapukan kedua batuan secara umum relatif tipis 40 cm. Namun untuk batuan lava yang telah melapuk dapat mencapai tebal 200 cm dan untuk batuan volkanik dapat mencapai tebal 500 cm. Tanah lapukan tersebut berupa lempung pasiran kerikilan yang bersifat agak lepas sampai agak lengket sehingga tahan terhadap erosi. Nilai permeabilitas kedua batuan yang belum lapuk 10 -5 cmdetik, namun untuk breksi volkanik yang telah lapuk nilai permeabilitasnya antara 10 -4 – 10 -3 cmdetik sehingga secara umum daya resap air dari batuan ini adalah rendah sampai tinggi.

4.1.3 Kawasan Resapan Air Tanah

Kawasan resapan air tanah adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi aquifer yang berguna sebagai sumber air. Kemampuan lahan untuk meresapkan