VI STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU
6.1. Pendahuluan
Perkembangan permukiman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa keuntungan lokasi secara ekonomi akibat posisi
geografis kawasan dalam skala regional; ketersediaan fasilitas dan prasarana sosial ekonomi; kondisi sosial ekonomi penduduk; dan potensi sumberdaya alamjasa
lingkungan. Faktor eksternal dapat berupa kebijakan pengembangan wilayah, dan aksesibilitas terhadap pusat-pusat kegiatan dalam skala regional dan nasional.
Perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu tidak terlepas dari bekerjanya faktor internal dan eksternal tersebut. Posisi geografis dan potensi jasa lingkungan
pariwisata merupakan faktor penarik perkembangan kawasan permukiman. Aksesibilitas DAS Ciliwung hulu terhadap pusat kegiatan skala nasional Jakarta
maupun pusat kegiatan skala wilayah Kota Bogor dan Bandung dan kebijakan pengembangan wilayah Bopunjur Bogor-Puncak-Cianjur sebagai kawasan
andalan Provinsi Jawa Barat dalam sektor pariwisata dan agribisnis, merupakan faktor pendorong bagi berkembangnya permukiman di DAS Ciliwung hulu.
Perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu diperlihatkan oleh tutupan lahan permukiman. Pada kurun waktu 1997 tutupan lahan permukiman
adalah 3,96 pada tahun 2006 meningkat menjadi 20,17. Hasil analisis lokasi permukiman eksisting terhadap RTRW tahun 2000-2010 menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 53,14. Penyimpangan lokasi permukiman eksisting dari peruntukan permukiman pada RTRW tersebut menunjukkan perkembangan
permukiman cenderung tidak terkendali. Perkembangan permukiman yang tidak terkendali diduga berdampak
terhadap degradasi fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu sebagai pengatur keseimbangan tata air bagi keseluruhan DAS. Keseimbangan tata air yang
terganggu diperlihatkan oleh Koefisien rejim sungai KRS yaitu nisbah antara debit maksimum dengan debit minimum, yang cenderung membesar KRS100.
Beberapa hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu menunjukkan terdapat keterkaitan antara besarnya erosi dan sedimentasi dengan perubahan penggunaan lahan
Qodariah et al. 2004, serta perubahan aliran permukaan run off akibat perubahan penggunaan lahan Irianto 2000; Arifjaya dan Prasetyo 2004; Lukman
2006. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan pengelolaan kawasan
permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah mengurangi degradasi DAS akibat perkembangan permukiman yang tidak terkendali, dan meningkatkan dayaguna
kawasan secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut untuk memastikan keberlanjutan kawasan permukiman di masa yang akan datang, perlu menganalisis
status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Analisis status keberlanjutan kawasan permukiman merupakan masukan bagi pengelolaan
kawasan pemukiman dimasa yang akan datang. Salah satu alternatif pendekatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu secara menyeluruh adalah menggunakan metode penilaian cepat multi disiplin multi
disiplinary rapid appraisal. Salah satu teknik penilaian cepat adalah Multi Dimensional Scaling MDS menggunakan perangkat lunak Rapfish Pitcher 1999;
Kavanagh dan Pitcher 2004; Fauzy dan Anna 2005. Penilaian dilakukan terhadap berbagai dimensi yang merupakan pilar pembangunan berkelanjutan. Setiap
dimensi dalam pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan di DAS Ciliwung hulu mempunyai atribut yang merupakan indikator keragaan dan sekaligus
merupakan indikator keberlanjutan.
6.2 Data Status Keberlanjutan 6.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk analisis adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa kebijakan dan permasalahan pengelolaan permukiman. Sumber data
primer terdiri atas: observasi lapangan, wawancaradiskusi dengan pejabat Pemda Kabupaten Bogor dan hasil analisis bab V. Data sekunder berupa dokumen soft