Metode Analisis 1. Parameter dan Indikator Kinerja Model

Sub-model Parameter Indikator Kinerja Model lindung; laju limpasan permukiman; permukiman, laju sampah, kualitas lingkungan. non permukiman zona budidaya non permukiman dan zona lindung; volume sampah

8.3.2. Metode dan Tahap Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis sistem menggunakan model dinamik Forester 1976; Muhammadi et al. 2001. Tahap permodelan sistem dinamik Eriyatno 1999; Muhammadi et al. 2001 adalah: 1 Analisis Kebutuhan Secara umum stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu terdiri atas berbagai instansi pemerintah pusat maupun daerah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor, pengusaha pengembang perumahan, perkebunan, perdagangan, hotel, restoran serta masyarakat pendatang dan penduduk lokal. Berdasarkan hasil pengumpulan data primer maupun sekunder, kebutuhan yang berkaitan dengan pengelolaan permukiman adalah : kualitas lingkungan meningkat, koordinasi antar instansi yang terkait pengelolaan permukiman; konsistensi dalam penerapan peraturan; rencana tata ruang yang operasional; sistem informasi berkaitan dengan permukiman; pedoman teknis pembangunan permukiman; peraturan insentif dan disinsentif yang berkaitan dengan pembangunan permukiman; informasi mekanisme dan prosedur perizinan pembangunan perumahanpermukiman; lokasi kawasan yang diperbolehkan untuk pembangunan perumahanpermukiman; Koefisien dasar bangunan KDB yang diizinkan; dan ketentuan teknis pembangunan perumahanpermukiman di DAS Ciliwung hulu. 2 Perumusan Permasalahan Untuk meningkatkan fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu, pengendalian perkembangan permukiman membutuhkan konsistensi dalam menerapkan peraturan dan koordinasi antar instansi sehingga permukiman hanya berlokasi di kawasan yang sesuaidiperbolehkan untuk permukiman. Pengendalian perkembang an permukiman membutuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat akan meningkat apabila masyarakat mengetahui prosedur dan mekanisme perizinan pembangunan permukiman, lokasi kawasan yang diperbolehkan untuk membangun permukiman, KDB yang diizinkan serta ketentuan teknis pembangunan permukiman. Selain masalah koordinasi, konsistensi dan partisipasi masyarakat, pengendalian permukiman juga memerlukan pengendalian jumlah penduduk, karena laju pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat akan semakin meningkatkan kebutuhan lahan permukiman. Oleh karena luas kawasan yang sesuai untuk digunakan permukiman terbatas, maka kebutuhan lahan permukiman yang besar dan meningkat pesat tidak tertampung. Akibatnya kawasan yang tidak sesuai untuk permukiman kawasan lindung dan budidaya non permukiman dirambah oleh kawasan permukiman. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalahnya adalah seberapa besar dampak dari pengendalian penduduk terhadap kinerja DAS Ciliwung hulu; seberapa besar dampak dari pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan partisipasi dapat meningkatkan kinerja DAS Ciliwung hulu; seberapa besar dampak dari penguatan kelembagaan pemerintah melalui peningkatan koordinasi dan konsistensi terhadap kinerja DAS Ciliwung hulu; dan seberapa besar dampak dari pengendalian penduduk, pemberdayaan masyarakat dan penguatan kelembagaan pemerintah apabila dilakukan secara bersama-sama, terhadap kinerja DAS Ciliwung hulu. 3 Diagram Input-Output Sistem pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan di DAS Ciliwung hulu tersebut, digambarkan dalam diagram input-output, yang terdiri dari input terkontrol, input tidak terkontrol, output dikehendaki dan output tidak dikehendaki. Melalui mekanisme pengelolaan kawasan permukiman output yang tidak dikehendaki dirubah menjadi input terkontrol yang masuk ke dalam Sistem Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan Gambar 43. INPUT LINGKUNGAN Letak geografis, iklim Gambar 43 Diagram Input-Output Pengelolaan Kawasan Permukiman DAS Ciliwung Hulu 4 Identifikasi Sistem Pertambahan jumlah penduduk terjadi karena kelahiran dan migrasi masuk serta kematian dan migrasi keluar. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan permukiman meningkat. Komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat yang lemah menyebabkan perkembangan kawasan permukiman tidak terkendali sehingga merambah kawasan yang tidak sesuai untuk permukiman kawasan lindung dan pertanian. Hasil analisis menunjukkan permukiman eksisting yang berada di kawasan yang tidak sesuai permukiman seluas 1.737,33 ha, tersebar di zona budidaya non permukiman 41,21 dan zona lindung 16,70. Peningkatan kebutuhan lahan permukiman menambah luas lahan yang tidak kedap air Weng 2002; Mustafa et al. 2005, sehingga air limpasan dari kawasan permukiman semakin besar. Disisi lain semakin besar jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk, kepadatan permukiman dan jumlah sampah semakin besar pula. Akibat dari kepadatan penduduk dan kebutuhan ruang permukiman yang semakin besar, serta volume air limpasan dan sampah yang semakin besar, terjadi penurunan kualitas lingkungan DAS, yang berdampak pada laju kelahiran dan kematian penduduk. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan komitmen pemerintah dalam bentuk koordinasi antar-lembaga dan konsistensi dalam melaksanakan undang- undang, serta partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat diharapkan berpengaruh terhadap perubahan lahan dari kawasan lindung dan kawasan budidaya menjadi kawasan pemukiman, demikian pula permukiman yang berlokasi di kawasan yang tidak sesuai dapat dikurangi, diatur dan dibatasi perkembangannya. Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan kawasan permukiman berkelanjutan di DAS Ciliwung hulu diharapkan dapat mengendalikan jumlah penduduk dan kebutuhan lahan untuk permukiman, menurunkan luas permukiman di kawasan yang tidak sesuai, menurunkan volume air limpasan dan sampah permukiman. Hubungan keterkaitan antar elemen dalam sistem diperlihatkan Gambar 44. Gambar 44 Diagram Sebab Akibat Pengelolaan Permukiman DAS Ciliwung Hulu 5 Penyusunan Model: Model dinamik dibuat dengan menggunakan perangkat lunak powersim 2.5d constructor. Penyusunan model dinamik pengelolaan kawasan permukiman menggunakan asumsi yaitu : a Kawasan permukiman dibatasi sesuai alokasinya 2.958,93ha. b Kawasan kawasan budidaya non permukiman dibatasi sesuai alokasinya 3.369,82 ha. c Kawasan lindung dibatasi sesuai alokasinya 8.547,62ha. d Nilai lahan di lokasi tidak sesuai permukiman dan dilokasi sesuai dan agak sesuai permukiman dianggap sama, sehingga relokasi permukiman dari kawasan tidak sesuai permukiman ke kawasan sesuai dan agak sesuai permukiman dapat dilakukan. e Pertambahan penduduk dihitung berdasarkan lahir dan migrasi masuk per tahun dan serta kematian dan migrasi keluar per tahun. f Laju pengurangan penduduk karena kematian dan migrasi keluar diperkirakan sebesar 0,7 per tahun. Laju migrasi masuk diperkirakan 60 dari laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk DAS Ciliwung hulu selama 1997-2006 sebesar 3,14tahun, maka laju migrasi masuk diperkirakan 1,88tahun. Dengan menggunakan rumus pertambahan penduduk r = Kelahiran – Kematian + Migrasi masuk – Migrasi keluar, maka laju kelahiran diperkirakan sebesar 1.96tahun. Dengan demikian laju Kelahiran ditambah migrasi masuk adalah 3.84tahun. g Pertumbuhan permukiman disebabkan oleh pertambahan penduduk dan daya tarik kawasan DAS Ciliwung hulu Kawasan Puncak sebagai kawasan peristirahatan dan wisata. h Komitmen pemerintah diperhitungkan berdasarkan konsistensi terhadap penerapan peraturan yang berkaitan dengan penataan ruang RTRW dan koordinasi antara instansi yang terlibat dalam pengelolaan DAS Ciliwung. i Partisipasi masyarakat diwakili oleh Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Bogor. j Asumsi lain berkaitan dengan penyusunan model dinamik dapat diperiksa pada Lampiran 11. 6 Validasi Model Uji validitas model dilakukan dengan cara membandingkan output model dengan data empiris, menggunakan teknik statistik Muhammadi et al. 2001 : a Absolute Means Error AME: menjelaskan seberapa besar penyimpangan nilai rata-rata simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat ditolerir adalah 10 0,1. b Absolute Variation Error AVE: menjelaskan seberapa besar penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat ditolerir adalah 10 0,1 c Kalman Filter KF: menjelaskan kesesuaian fitting antara simulasi dengan aktual. Batas kesesuaian antara 47,5 -52 0,475 -0,525 d Durbin Watson DW: menjelaskan pola fluktuasi tajam atau landai antara hasil simulasi dengan aktual. Batas fluktuasi yang dapat diterima adalah 2 Tabel 47. Tabel 47 Rumus Perhitungan Uji Statistik Validitas Kinerja. Uji Statistik Rumus Keterangan Absolute Means Error AME AME = S i – A i A i S i = S i N ; A i = A i N A = nilai aktual; N = interval waktu pengamatan S = nilai simulasi Batas penyimpangan 5-10 Absolute Variation ErrorAVE AVE = Ss – Sa Sa Ss = deviasi nilai simulasi Sa = deviasi nilai aktual Batas penyimpangan 5-10 Kalman Filter KF= VsVs-Va Va= variansi nilai aktual Vs= variansi nilai simulasi Tingkat kecocokan fitting 4,75-52,50 Durbin– Watson DW= {A i - S i } t –{A i -S i } t-1 } 2 {{A i – S i } t } 2 t= waktu sekarang t-1= waktu lampau Pola fluktuasi hasil simulasi terhadap aktual yg dapat diterima adalah 0DW2 Bila DW2 tajam sekali, DW2 kurang tajam. 7 Verifikasi Struktur Model Struktur model diverifikasi melalui uji validitas konstruksi menggunakan teori Limit to growth Meadows et al. 2004. Selanjutnya untuk menguji kestabilan struktur model dilakukan simulasi dengan menggunakan skenario untuk jangka jangka waktu 20 tahun sesuai dengan ketentuan jangka waktu perencanaan dalam UU PR No 262007. 8 Uji Sensitivitas Model Uji sensitivitas model dilakukan dengan memberi perlakuan stimulus pada beberapa parameter model yaitu laju kelahiran dan migrasi masuk, koordinasi, konsistensi dan partisipasi masyarakat Tabel 48. Parameter-parameter model tersebut diintervensi dengan pertimbangan: a Parameter partisipasi masyarakat, koordinasi dan konsistensi diintervensi karena berdasarkan hasil analisis kelembagaan, merupakan elemen kunci yang menjadi penggerak perubahan dalam pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu. b Parameter laju kelahiran dan migrasi masuk diintervensi karena pertambahan lahan permukiman dipengaruhi oleh kelahiran dan migrasi masuk. Tabel 48 Nilai Intervensi pada Uji Sensitivitas Model No Parameter Tanpa intervensi Setelah Intervensi 1 Laju kelahiran dan migrasi masuk 3,84 2 2 Koordinasi 86,90 100 3 Konsistensi 46,86 100 4 Partisipasi masyarakat 67,90 80 Efek pemberian perlakuan diamati melalui perubahan nilai rujukan, reference mode. Nilai rujukan diwakili oleh level Muhammadi et al. 2001. Dalam penelitian ini perlakuan berupa intervensi yang diberikan terhadap parameter model, bersifat fungsional. Menggunakan fungsi step yang terdapat dalam perangkat lunak Powersim 2.5 d. Penggunaan fungsi step didasarkan pada antisipasi perubahan parameter yang mungkin terjadi dalam kondisi nyata. 9 Simulasi Model Simulasi model digunakan untuk membuat skenario pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Simulasi dilakukan untuk jangka waktu 20 tahun ke depan yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2030. Simulasi dilakukan melalui model tetap, dan nilai parameter yang telah diuji sensitivitasnya diintervensi. Selanjutnya hasil simulasi terhadap kombinasi parameter ditafsirkan dalam kebijakan nyata.

8.4. Hasil dan Pembahasan

8.4.1. Hasil

Model dinamik Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu dibagi menjadi 4 submodel yaitu : Submodel Penduduk, Submodel Kebutuhan Ruang Permukiman, Submodel Pengendalian dan Kelembagaan, serta Submodel Fisik Lingkungan.

8.4.1.1. Model Dinamik Pengelolaan Kawasan Permukiman 1 Submodel Penduduk

Jumlah Penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi masuk, sehingga pertambahan penduduk merupakan selisih antara kelahiran ditambah migrasi masuk dengan kematian ditambah migrasi keluar. Hubungan antara laju pertambahan penduduk dengan jumlah penduduk membentuk loop positif reinforcing saling menguatkan karena semakin tinggi laju pertambahan penduduk maka jumlah penduduk akan semakin bertambah. Sebaliknya hubungan antara laju pengurangan penduduk dengan jumlah penduduk membentuk loop negatif balancing, karena semakin tinggi laju pengurangan penduduk maka jumlah penduduk akan menurun. Kualitas lingkungan akan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas penduduk dan dan tingkat mortalitas sehingga kualitas lingkungan yang meningkat akan meningkatkan laju kelahiran dan menurunkan laju kematian Gambar 45, dan 46 . Gambar 45 Diagram Sebab Akibat Sub-model Penduduk Gambar 46 Model Dinamik Penduduk 2 Sub-model Kebutuhan Ruang Permukiman : Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan perumahan, fasilitas sosial-ekonomi dan sarana prasarana permukiman. Hubungan antara pertambahan jumlah penduduk dengan pertambahan perumahan berikut fasilitas dan sarana prasarana adalah positif artinya semakin besar pertambahan penduduk maka pertambahan perumahan berikut fasilitas sosial-ekonomi dan sarana prasarana akan meningkat pula. Sebagai kawasan tempat peristirahatan dan pariwisata, meningkatnya rumah berikut fasilitas sosial-ekonomi dan sarana prasarana akan semakin meningkatkan daya tarik kawasan tersebut. Daya tarik kawasan dan pertambahan perumahan beserta fasilitas sosial ekonomi dan sarana prasarana akan meningkatkan kebutuhan ruang permukiman. Di lain pihak meningkatnya komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam mengendalikan pertambahan permukiman di kawasan yang tidak sesuai permukiman akan mengurangi daya tarik kawasan. Berdasarkan hal itu untuk mengendalikan pertumbuhan ruang permukiman, maka komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat harus semakin ditingkatkan agar masyarakat tidak tertarik untuk membangun permukiman di kawasan yang tidak sesuai untuk permukiman Gambar 47 dan 48.