20KPTS986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Tidak Bersusun; Perda Provinsi Jawa Barat No 22006 tentang Kawasan Lindung; Perda Kabupaten
Bogor No172000 dan No 192008 tentang RTRW Kabupaten Bogor. Berdasarkan hal tersebut kriteria kawasan permukiman secara garis besar adalah :
a berlokasi di kawasan budidaya b aman dari bahaya bencana dan; c kualitas tapak permukiman.
Parameter yang digunakan untuk mengukur ketiga kriteria adalah : a Kriteria permukiman berlokasi di kawasan budidaya : terdiri dari 6
parameter yaitu: kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, sempadan sungai, status hutan dan ketinggian tempat.
b Kriteria permukiman aman dari bencana alam terdiri dari 1 parameter yaitu longsor.
c Kriteria kualitas tapak permukiman terdiri dari 2 parameter yaitu kemiringan lereng dan ketinggian tempat.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap klasifikasi dari Van der Zee 1991, kesesuaian kawasan permukiman di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
sesuai, agak sesuai, dan tidak sesuai. Dalam hal ini lahan yang sangat sesuai dan sesuai untuk permukiman dijadikan satu klasifikasi dengan nama “sesuai”.
Penggabungan dilakukan dengan pertimbangan kedua klasifikasi tersebut tidak membutuhkan persyaratan tambahan untuk dijadikan kawasan permukiman,
sedangkan untuk klasifikasi agak sesuai dan tidak sesuai dibutuhkan persyaratan lain misalnya teknologi apabila akan dijadikan kawasan permukiman.
Untuk menganalisis kawasan sesuai permukiman digunakan sistem
informasi geografis SIG Ligtenberg et al. 2004; Syartinilia et al. 2006; Saroinsong et al. 2006, melalui perangkat lunak Arcview GIS 3.3 dengan fasilitas
geoprosesing Nuarsa 2005. Peta digital dari 7 parameter kesesuaian kawasan permukiman Lampiran 3,4,5,6,7,8 dan 9 dianalisis secara bertahap Bab V.
3.5.2. Analisis Status Keberlanjutan Permukiman
Dimensi keberlanjutan yang dianalisis adalah dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi ekonomi dan prasarana, dimensi kelembagaan dan dimensi
teknologi dan informasi. Indikator untuk mengukur keberlanjutan permukiman terdiri atas 45 atribut. Atribut-atribut tersebut adalah: 9 atribut dimensi ekologi; 9
atribut dimensi sosial; 10 atribut dimensi ekonomi dan prasarana; 10 atribut dimensi kelembagaan; dan 7 atribut dimensi teknologi dan informasi.
Analisis status keberlanjutan menggunakan metode penilaian cepat multi disiplin multi disiplinary rapid appraisal, yaitu Multi Dimensional Scaling
MDS dengan perangkat lunak Rapfish Pitcher 1999; Kavanagh dan Pitcher 2004; Fauzy dan Anna 2005. Prosedur analisis keberlanjutan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut: a mereview dan mendefinisikan atribut dari 5 dimensi keberlanjutan; b membuat skoring sesuai atribut dan acuan yang dipakai; c
menganalisis dengan metode MDS untuk menentukan posisi relatif terhadap ordinasi good dan bad; d melakukan simulasi Monte Carlo dan Leverage untuk
menentukan aspek ketidakpastian dan anomali dari atribut yang dianalisis Kavanagh dan Pitcher 2004.
3.5.3. Analisis Kelembagaan Institusi
Parameter yang dipakai dalam analisis kelembagaan terdiri atas 4 elemen yang dipilih dari 9 elemen yang dikembangkan oleh Saxena Eryatno 1999.
Elemen tersebut adalah : aLembaga yang terlibat dalam pengelolaan permukiman; b Kendala yang dihadapi; c Aktivitas atau program yang dibutuhkan;
dPerubahan yang diharapkan. Pemilihan ke 4 elemen tersebut didasarkan pada hasil penelusuran terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan penataan
ruang dan pengelolaan DAS Ciliwung, wawancara dengan para pakar dan hasil identifikasi terhadap permasalahan di DAS Ciliwung,
Analisis kelembagaan menggunakan metoda Interpretative Structural Modelling ISM. Metoda ISM dibagi dalam dua bagian, yaitu penyusunan
hierarki dan klasifikasi sub elemen Eriyatno dan Sofyar 2006. Secara garis besar tahapan metoda ISM adalah :
a. Penguraian setiap parameter menjadi beberapa elemen. b. Penetapkan hubungan kontekstual antar elemen.
c. Penyusunan Structural Self Interaction Matrix SSIM d. Pembuatan tabel Reachability Matrix RM
e. Penyusunan matriks Driver-Power-Dependence DPD untuk setiap elemen
3.5.4. Analisis Kebijakan dengan Model Dinamik
Analisis model dinamik terdiri atas: : a Tahap Analisis : analisis kebutuhan dan identifikasi sistem. Identifikasi sistem
dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai variabel yang berpengaruh secara nyata dalam sistem. Penentuan variabel yang berpengaruh dilakukan
setelah berdiskusi dengan pakar serta meneliti berbagai literatur yang berkaitan dengan penataan ruang dan permukiman di DAS Ciliwung hulu.
b Rekayasa model: membuat diagram input output dan pembuatan model. Diagram input output terdiri dari peubah input, peubah output dan parameter-
parameter yang membatasi struktur sistem Eriyatno 1999. Input lingkungan adalah parameter yang berasal dari luar sistem mempengaruhi sistem secara
global. Input tidak terkontrol adalah parameter dari dalam sistem yang tak dapat dikendalikan. Input terkontrol adalah parameter yang berasal dari sistem
dan sangat berpengaruh pada sistem. Output yang dikehendaki adalah hasil yang diharapkan dari sistem. Output yang tidak dikehendaki adalah dampak
yang tidak diharapkan dari sistem, output ini perlu dikelola agar dapat menjadi input terkontrol untuk masuk kembali kedalam sistem. Causal loop tersebut
menggambarkan hubungan antar variabel dalam sistem pengelolaan
permukiman di DAS Ciliwung hulu, yang selanjutnya merupakan dasar bagi pembuatan model dinamik.
c Implementasi komputer : persamaan matematik menggunakan powersim.
d Validasi model: untuk mengetahui apakah model yang dikembangkan dapat diterima secara akademik. Untuk itu dilakukan uji validitas kinerja dan uji
validitas konstruksi Muhammadi et al. 2001. Uji validitas kinerja, selain
menguji kesesuaian antara perilaku output model dengan perilaku data empirik, juga untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam struktur model
yang dibuat. Uji validitas kinerja dilakukan dengan menggunakan uji statistik AME absolute means error, AVEabsolute variations error, Kalman Filter
KF dan Durbin Watson. e Verifikasi model : agar diperoleh keyakinan bahwa model yang dibuat sudah
mendekati kenyataan, dilakukan uji kestabilan struktur untuk melihat sejauh mana struktur model yang telah dibangun dapat menjelaskan struktur sistem
nyata yang berlaku. Untuk itu diukur kekuatan robutness struktur sistem dalam dimensi waktu. Selanjutnya dilakukan simulasi terhadap struktur model
agregat dan disagregat. Simulasi keduanya harus menghasilkan pola perilaku yang sama Muhammadi et al. 2001.
f Analisis sensitivitas: sensitivitas adalah respon model terhadap stimulus yang ditunjukkan oleh perubahan perilakukinerja model yang dalam hal ini diwakili
oleh levelstock Muhammadi et al. 2001. Uji sensitivitas dilakukan melalui intervensi terhadap parameter input intervensi fungsional atau struktur
sistem intervensi struktural, tujuannya mencari variabel dan faktor kunci. g Simulasi model: salah satu aspek penting dalam analisis kebijakan dengan
menggunakan model dinamik adalah simulasi model Muhammadi et al. 2001. Simulasi memberikan suatu deskripsi perilaku sistem sejalan dengan
bertambahnya waktu Tasrif 2004. Kondisi inisial initial condition diperlukan untuk membuat simulasi pada saat start pertamakali Guo et al.
2001. Simulasi dilakukan terhadap model dinamis dengan mengkombinasikan parameter hasil uji sensitivitas. Hasil simulasi terhadap kombinasi parameter
ditafsirkan dalam kebijakan nyata. Analisis kebijakan menggunakan simulasi: dilakukan melalui beberapa skenario. Skenario dibuat dengan model tetap
tetapi parameter dari fungsi-fungsi diubah. Langkah yang digunakan dalam
simulasi model adalah : imemilih parameter-parameter yang memiliki
sensitivitas tinggi; ii mengkombinasikan parameter terpilih; iii melakukan uji sensitivitas kombinasi parameter terpilih; iv menafsirkan kombinasi parameter
terpilih dalam pernyataan kebijakan di dunia nyata.
3.6. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 13 1. Analisis kesesuaian kawasan permukiman meliputi : a penilaian kesesuaian
kawasan untuk permukiman; b penilaian keselarasan antara kawasan untuk permukiman dengan RTRW; c penilaian keselarasan antara kawasan untuk
permukiman dengan tutupan lahan eksisting 2006, dan; d penilaian keselarasan antara RTRW dengan tutupan lahan eksisting; e penilaian
keselarasan antara tutupan lahan eksisting dengan RTRW dan kawasan sesuai permukiman hasil analisis. Analisis dilakukan pada Bab V.
2. Analisis status keberlanjutan DAS Ciliwung hulu sebagai kawasan permukiman. Analisis status keberlanjutan terdiri atas : dimensi ekologi,
dimensi sosial, dimensi ekonomi dan prasarana, dimensi kelembagaan , serta dimensi teknologi dan informasi. Analisis dilakukan pada Bab VI.
3. Analisis kelembagaan meliputi: kendala yang dihadapi, aktivitasprogram yang dibutuhkan, perubahan yang diharapkan, lembaga yang terlibat.
Analisis dilakukan pada Bab VII. 4. Perancangan model dinamis pengelolaan kawasan permukiman di DAS
Ciliwung hulu, menggunakan input hasil analisis butir 1,2 dan 3. Selanjutnya membuat skenario dan menilai alternatif kebijakan. Analisis
dilakukan pada Bab VIII.
3.7. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Daerah Aliran Sungai DAS: adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung
air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya melalui sungai dan anak-anak sungai ke danau atau ke laut secara alami. Batas di darat
berupa pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang yang masih terpengaruh aktivitas daratan PP 262008.
Gambar 13 Bagan Alir Tahapan Penelitian