perencanaan adalah DAS Ciliwung hulu dengan luas 14.876,37 ha. Wilayah perencanaan tersebut menggunakan batas DAS, karena DAS adalah satu kesatuan
ekosistem yang secara bio-fisik tidak dapat disekat-sekat oleh batas administrasi. Hal tersebut sesuai dengan UUPPLH No 322009 yang menyebutkan bahwa DAS
adalah suatu ekoregion. Batas DAS Ciliwung hulu diperoleh dengan cara mendeliniasi peta kontur
dan sungai di wilayah Kecamatan Cisarua, Megamendung, Ciawi, Sukaraja. Deliniasi dilakukan dengan menggunakan software ArcView 3.3. Berdasarkan UU
No 72004 tentang Sumberdaya Air, DAS didefinisikan sebagai kawasan yang dibatasi secara topografis oleh punggung bukit, yang mana bila air hujan jatuh
diatasnya akan dialirkan menuju suatu outlet tertentu. Berdasarkan hal itu, kriteria yang digunakan dalam pendeliniasian DAS adalah topografi berupa punggung
bukit, dan arah aliran sungai. Untuk itu digunakan peta kontur dan peta sungai yang berasal dari peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 10.000. Penentuan koordinat
DAS mengacu peta DAS Ciliwung hulu dari BPDAS Citarum-Ciliwung, PPLH- IPB dan Biotrop.
Ruang lingkup kawasan yang diteliti adalah kawasan permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan UUPP No 41992; UUPR No 262007. Kawasan permukiman terdiri dari kawasan perumahan rumah tinggal, villa, wisma, kawasan non
perumahan perdagangan, jasa, industri kecilrumah tangga, hotel, restoran dan sarana prasarana permukiman fasilitas permukiman, dan jaringan jalan.
Ruang lingkup pengelolaan permukiman pada penelitian ini difokuskan pada perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian.
Penurunan fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu diakibatkan oleh perkembangan permukiman yang pesat, sehingga
untuk mengatur dan mengendalikan perkembangan permukiman diperlukan perencanaan lokasi dan alokasi permukiman, evaluasi terhadap kawasan
permukiman yang ada eksisting dan rencana tata ruang serta kebijakan untuk mengendalikan perkembangan permukiman.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data sosial, ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data primer
adalah pakar, pejabat Pemda Kabupaten Bogor dan lokasi studi. Pakar ditentukan secara purposive sesuai dengan kriteria pakar yaitu bidang ilmu relevan dengan
pengelolaan permukiman dan memahami issu yang sedang diteliti, atau praktisi dalam hal pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Berdasarkan hal
tersebut, maka pakar dalam penelitian ini terdiri atas akademisi dan praktisi yang terkait dengan pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu yaitu permukiman,
penataan ruang, pengelolaan lingkungan, pengelolaan DAS, dan kelembagaan. Sumber data sekunder terdiri atas Bapeda Kabupaten Bogor, Dinas Tata
Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Dinas Cipta karya Kabupaten Bogor, Dinas Kependudukan Kabupaten Bogor, Kantor statistik Kabupaten Bogor,
Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Ciawi, BP DAS Citarum Ciliwung, UPT B P Sumberdaya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, PPLH IPB, Biotrop,
Bakosurtanal, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, perpustakaan , dan media elektronik.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer terdiri atas pendapat pakar dan observasi lapangan. Pengumpulan data primer untuk menggali pendapat pakar tentang kelembagaan
yang relevan dengan pengelolaan permukiman dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuestioner Lampiran 1. Pengumpulan data primer
untuk mengoreksi keakuratan hasil analisis citra dilakukan dengan observasi lapangan untuk mencatat koordinat titik-titik pengecekan yang mewakili 6
klasifikasi tutupan lahan menggunakan GPS. Titik-titik pengecekan berjumlah 49
titik, ditentukan secara purposive terdiri atas 6 klasifikasi tutupan lahan yang tersebar di Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung dan Sukaraja Lampiran 2.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri atas peta digital dan dokumen hard copy dan soft copy. Peta digital terdiri atas: Rupa Bumi Indonesia RBI, jenis tanah, curah
hujan, batas DAS Ciliwung hulu, tutupan lahan tahun 1992, 1995, 2000, Citra tahun 2006, hidrogeologi, indeks konservasi alami, lahan kritis tahun 2006,
kawasan rawan longsor, izin lokasi tahun 2005, serta RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dan 2005-2025. Dokumen terdiri atas: kependudukan, KB, hidrologi,
lingkungan, fasilitas sosial, perizinan, peraturan perundang-undangan, tugas pokok dan fungsi instansi terkait, kebijakan serta dokumen dan literatur yang relevan
dengan pengelolaan kawasan permukiman di DAS. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah dokumen dan literatur, serta mengunduh dari media
elektronik. Selain itu pengumpulan data sekunder tentang kebijakan permukiman diperdalam dengan cara diskusi dengan pejabat dari Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan, Bapeda, Dinas Cipta Karya dan Dinas Kependudukan KB pada Pemda Kabupaten Bogor. Selanjutnya uraian lebih lengkap tentang data sekunder
dapat dilihat pada Bab V, VI dan VII.
3.5. Metode Analisis 3.5.1 Analisis Kesesuaian Kawasan Permukiman
Penilaian kesesuaian
kawasan permukiman
menggunakan kriteria
kesesuaian lahan land suitability yang digunakan oleh Van der Zee 1990, maupun berdasarkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan penataan
permukiman yaitu : PP No 262008 tentang RTRWN; Perpres No 542008 tentang Penataan Ruang kawasan Jabodetabekpunjur; Keppres No 321990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung; SK Dirjen Reboisasi Rehabilitasi Lahan No 073Kpts1994 tentang Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai; SK Menteri Pekerjaan Umum No