Hasil dan Pembahasan .1 Management model for sustainable settlement areas in the upper stream of Ciliwung Watershed, Bogor District

Provinsi Jawa Barat 11, Ditjen Penataan Ruang Dep. PU14, BKPRN 15. merupakan lembaga pemerintah pusat dan provinsi yang mengatur perencanaan ruang di DAS Ciliwung hulu. b Kelompok kedua terdiri dari 2 elemen yaitu : Dinas Cipta Karya DCK Kabupaten Bogor5; dan Dinas Tata Ruang DTR Kabupaten Bogor6. c Kelompok ketiga terdiri dari 3 elemen yaitu : merupakan pelaksana teknis dalam pembangunan permukiman sehingga perannya dalam pengelolaan permukiman dipengaruhi kebijakan kelompok pertama dan kedua. Pada kuadran III linkage terdapat 2 elemen yaitu : Kecamatan di DAS Ciliwung hulu 3, dan Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Bogor7. Dalam prakteknya instansi kecamatan dan Dinas Polisi Pamong Praja merupakan pelaksana teknis lapangan yang bekerja memberikan masukan dan melaksanakan hasil kajian instansi DTR dan DJCK kabupaten Bogor. Pada kuadran II Dependence terdapat 2 kelompok elemen dengan nilai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang berbeda, yaitu: a Kelompok pertama terdiri dari 4 elemen, yaitu : Dinas Pertanian kehutanan8, Bakorwil Bogor10, BP-DAS Citarum-Ciliwung12, dan Perguruan tinggi 17. Kelompok ini tidak berperan langsung dalam pengelolaan permukiman, akan tetapi memberikan masukan pada Bapeda, DTR, DCK, dan kantor pertanahan Kabupaten Bogor, berkaitan dengan informasi kehutan, pertanian, pengelolaan DAS, dan koordinasi wilayah. b Kelompok kedua terdiri dari 3 elemen ,yaitu: RT dan RW1, Desakelurahan 2, dan LSM16. Ketiga lembaga dipengaruhi oleh lembaga yang berada pada kuadran III Gambar 35. D R I V E R P O E R Dependence Gambar 35 Hubungan antara Driver Power dengan Dependence pada Lembaga yang Terlibat Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Peran setiap lembaga dalam pengelolaan permukiman sesuai dengan hierarkinya. Peran Bapeda Provinsi Jawa Barat11; Ditjen Penataan Ruang Dep PU 14; dan BKPRN15 pada jenjang 6, terhadap penataan ruang termasuk permukiman sangat besar dibandingkan Dinas Cipta Karya DCK Kabupaten Bogor5; dan Dinas Tata Ruang DTR Kabupaten Bogor6 yang berada pada jenjang 5 Gambar 36. Jenjang 1 Jenjang 2 Jenjang 3 Jenjang 4 Jenjang 5 Jenjang 6 Gambar 36 Struktur Hierarki Lembaga yang Terlibat Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu 1, 2, 16 3, 7 4, 6 5, 9, 13 8, 10, 12, 17 11, 14, 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 1 6 8 1 0 1 2 1 7 3 7 5 9 1 3 4 6 1 1 1 4 1 5 IV Independent III Linkage I Autonomous II Dependent 1 Kendala Pengelolaan Permukiman Terdapat tiga elemen dengan nilai kekuatan penggerak driver power tertinggi yaitu 11. Ketiga elemen tersebut merupakan elemen kunci dari kendala yang dihadapi penataan permukiman di DAS Ciliwung hulu yaitu: a. Elemen1, koordinasi antar instansi yang terlibat dalam pengelolaan permukiman masih lemah; b. Elemen 5, rencana tata ruang yang lebih terperinci belum ada; c. Elemen 6, petunjuk teknis operasional peraturan zonasi tentang penataan permukiman belum tersedia Tabel 42. Tabel 42. Reachability Matrix Final Kendala Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Elemen Elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Driver Power Ranks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 7 1 1 1 1 1 5 3 8 1 1 1 1 1 5 3 9 1 1 1 1 1 5 3 10 1 1 2 4 11 1 1 2 4 Dependence 3 6 6 6 3 3 9 9 9 11 11 Level 4 3 3 3 4 4 2 2 2 1 1 Sumber: Hasil analisis Berdasarkan grafik hubungan antara kekuatan penggerak driver power dengan ketergantungan dependence, ketiga elemen kunci tersebut terletak pada kuadran IV Independent mempunyai nilai penggerak yang tertinggi dan nilai ketergantungan terrendah. Artinya apabila koordinasi ditingkatkan, rencana tata ruang terperinci dan petunjuk teknis operasionalperaturan zonasi tersedia, maka akan menjadi penggerak positif peningkatan kualitas 3 elemen di kuadran III linkage yaitu: konsistensi pelaksanaan peraturan 2; pengawasan terhadap pelanggaran 3; dan pelaksanaan sanksi pidana 4. Ketiga elemen di kuadran III tersebut merupakan penghubung antara 3 elemen di kuadran IV dengan 5 elemen di kuadran II. Artinya perbaikanpeningkatan konsistensi, kualitas pengawasan, pelaksanaan sanksi pidana akan mengurangi kendala pengelolaan permukiman yang diakibatkan oleh 5 elemen di kuadran II, yaitu: rendahnya partisipasi masyarakat7; kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi DAS8; rendahnya tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi9; tingginya nilai ekonomi lokasi10; dan tingginya minat masyarakat mendirikan rumah11 Gambar 37. D R I V E R P O E R DEPENDENCE Gambar 37 Hubungan Driver Power dengan Dependence pada Kendala Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan permukiman dapat diatasi secara bertahap sesuai dengan jenjang dalam hierarkinya. Artinya meningkatnya koordinasi yang di dukung oleh tersedianya rencana rinci tata ruang dan petunjuk teknisoperasionalperaturan zonasi jenjang 4 akan mengatasi kendala pada jenjang 3 yaitu konsistensi, pengawasan terhadap pelanggaran dan pelaksanaan sanksi, selanjutnya perbaikan pada jenjang 3 akan mengatasi kendala pada jenjang 2 yaitu partisipasi masyarakat, kesadaran masyarakat dan kesejahteraan sosial- ekonomi. Serta memperbaiki kendala pada jenjang 1 yaitu nilai ekonomi lokasi dan minat masyarakat mendirikan rumah Gambar 38. 1, 5, 6 2, 3, 4 7, 8, 9 10, 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 IV Independent II Dependent III Linkage I Autonomous jenjang 1 jenjang 2 jenjang 3 jenjang 4 Gambar 38 Struktur Hierarki Kendala Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu 2 Perubahan yang Diharapkan dari Pengelolaan Permukiman Hasil analisis dengan menggunakan ISM terhadap 9 elemen perubahan yang diharapkan dari pengelolaan permukiman, terdapat 3 elemen kunci perubahan yang diharapkan yaitu: a Elemen 7 peningkatan koordinasi antar instansi terkait tata ruang dan permukiman; b Elemen 8 peningkatan konsistensi dalan pelaksanaan peraturan perundangan yang terkait penataan permukiman khususnya di DAS Ciliwung hulu; c Elemen 9 peningkatan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pengelolaan permukiman. Ketidaksesuaian antara RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dengan tutupan lahan eksisting dan ketidaksesuaian antara RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dengan izin lokasi yang dikeluarkan tahun 2005, secara tidak langsung menunjukkan peran yang lemah dari ketiga elemen kunci tersebut dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Ketiga elemen kunci tersebut merupakan kesatuan karena peningkatan koordinasi antar instansi dalam bidang perencanaan, anggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi akan meningkatkan konsistensi dalam pelaksanaan peraturan perundangan serta meningkatkan partisipasi masyarakat Tabel 43. 10 11 7 8 9 2 3 4 1 5 6 Tabel 43 Reachability Matrix Final Perubahan yang Diharapkan dari Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Elemen Elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Driver Power Ranks 1 1 1 1 1 1 1 6 2 2 1 1 1 1 1 1 6 2 3 1 1 1 1 1 1 6 2 4 1 1 1 3 3 5 1 1 1 3 3 6 1 1 1 3 3 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 Dependence 6 6 6 9 9 9 3 3 3 Level 2 2 2 1 1 1 3 3 3 Sumber: Hasil analisis Berdasarkan grafik hubungan antara kekuatan penggerak dengan ketergantungan, ketiga elemen kunci tersebut terletak di kuadran IV. Artinya ketiga elemen kunci merupakan elemen penggerak bagi perubahan yang diharapkan dari pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Ketiga elemen penggerak pada kuadran IV tersebut, akan mempengaruhi 3 elemen pada kuadran III, yaitu : penurunan luas permukiman di kawasan yang tidak sesuai1; penurunan jumlah bangunan tidak sesuaitidak memiliki IMB2; dan penurunan luas lahan yang tidak sesuai izin lokasiIPPT3. Selanjutnya ketiga elemen pada kuadran III tersebut akan mempengaruhi 3 elemen di kuadran II yaitu: penurunan luas lahan yang mengalami degradasi 4; peningkatan kemampuan DAS Ciliwung hulu dalam meresapkan air 5; dan peningkatan daya dukung lingkungan DAS Ciliwung hulu6 Gambar 39. Secara hierarki perubahan yang diharapkan tersebut akan dimulai dari jenjang terbesar yaitu jenjang 3 ke jenjang 2 dan jenjang 1. Peningkatan koordinasi, konsistensi dan partisipasi masyarakat pada jenjang 3, akan menurunkan luas permukiman di kawasan yang tidak sesuai1 menurunkan jumlah bangunan tidak sesuaitidak memiliki IMB 2; dan menurunkan luas lahan yang tidak sesuai izin lokasiIPPT 3. Selanjutnya elemen-elemen pada level 2 akan mempengaruhi elemen-elemen pada level 1 yaitu degradasi lahan berkurang4; kemampuan lahan meresapkan air meningkat5; dan daya dukung lingkungan DAS meningkat6 Gambar 40. D R I V E R P O E R DEPENDENCE Gambar 39 Hubungan Driver Power dengan Dependence pada Perubahan yang Diharapkan dari Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Jenjang 1 Jenjang 2 Jenjang 3 Gambar 40 Struktur Hierarki Perubahan yang Diharapkan dari PengelolaanPermukiman di DAS Ciliwung Hulu 3 Aktivitas Program yang Dibutuhkan dalam Pengelolaan Permukiman Hasil analisis dengan menggunakan model ISM terhadap 17 elemen aktivitas program yang dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan permukiman, menunjukkan terdapat 5 elemen kunci. Kelima elemen kunci tersebut adalah: d Elemen 1 program penjabaran RTRW dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi; e Elemen 2 program pendataan penggunaan lahan yang tidak sesuai penataan ruang permukimanRTRW; 4 5 6 1 2 3 7 8 9 1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8, 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 IV Independent II Dependent III Linkage I Autonomous f Elemen 3 program pembuatan pedoman teknis operasional tentang pembangunan perumahan permukiman di DAS bagian hulu; g Elemen 4 program pengembangan sistem informasi yang berkaitan dengan penataan ruang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian yang dapat diakses dengan mudah murah oleh masyarakat luas; h Elemen 5 program pembuatan data dasar tentang karakteristik fisik, sosial dan ekonomi DAS Ciliwung hulu yang selalu up to date dan dapat diakses dengan mudah oleh instansi terkait pengelolaan permukiman . Kelima elemen kunci tersebut merupakan kesatuan yang akan mempengaruhi keberhasilan aktivitasprogram yang dilakukan pada pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu Tabel 44. Tabel 44 Reachability Matrix Final Aktivitas Program yang Dibutuhkan dalam Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Elemen Ele me n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 10 1 1 1 3 5 11 1 1 1 1 1 5 4 12 1 1 1 1 1 5 4 13 1 1 1 1 1 1 1 1 8 3 14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 3 15 1 1 1 1 1 1 1 1 8 3 16 1 1 1 3 5 17 1 1 1 3 5 D 5 5 5 5 5 9 9 9 9 17 14 14 12 12 12 17 17 L 5 5 5 5 5 4 4 4 4 1 2 2 3 3 3 1 1 Keterangan: DP = Driver Power; D = Dependence; L= level; R = Ranking; Sumber : hasil analisis Grafik hubungan antara kekuatan penggerak dan ketergantungan menunjukkan kelima elemen kunci yaitu program: penjabaran RTRW menjadi rencana rinci, pendataan penggunaan lahan, pembuatan pedoman teknis, pengembangan sistem informasi, pembuatan data dasar fisik, sosial, ekonomi, yang akan mendukung pengelolaan permukiman berada di kuadran IV. Artinya kelima elemen tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang sangat besar dan secara bersama-sama menggerakan elemen-elemen di kuadran III dan II. Terdapat 4 elemen pada kuadran III linkage yaitu: program peningkatan koordinasi6; program peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengawasan tata ruang7; program peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam perizinan pemanfaatan ruang dan pendirian bangunan8; program peningkatan konsistensi penerapan regulasi tata ruang9. Keempatnya mempengaruhi kelompok elemen dengan tingkat ketergantungan yang lebih tinggi yaitu 8 elemen di Kuadran II. Artinya apabila koordinasi, transparansi dan akuntabilitas dibidang pengawasan dan perizinan ditingkatkan, maka 8 elemen di kuadran II yaitu : program peningkatan kesadaran masyarakat terhadap fungsi DAS13; program peningkatan kesejahteraan ekonomi14; dan program peningkatan kesejahteraan sosial15; program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan pengendalian 11; program pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan rencana tata ruang. 12; program relokasi10; program pembuatan sumur resapan16; dan program kerjasama konservasi air dengan DAS tengah dan hilir 17, akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik Gambar 41. Keberhasilan akan dicapai apabila pelaksanaan kegiatan atau program dilakukan sesuai dengan hierarkinya. Artinya apabila program penjabaran RTRW menjadi rencana rinci, pendataan penggunaan lahan, pembuatan pedoman teknis, pengembangan sistem informasi, pembuatan data dasar fisik, sosial, dan ekonomi, jenjang 5 yang mendukung pengelolaan permukiman telah tersedia, maka koordinasi, transparansi dan akuntabilitas dibidang pengawasan dan perizinan jenjang 4 dapat ditingkatkan. Demikian pula apabila koordinasi, transparansi dan akuntabilitas dibidang pengawasan dan perizinan telah meningkat kearah yang lebih baik, maka program peningkatan kesadaran masyarakat terhadap fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat jenjang 3 lebih mudah dilaksanakan. Selanjutnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap fungsi DAS yang diikuti oleh program peningkatan sosial ekonomi sudah dirasakan manfaatnya dan melembaga dalam diri masyarakat, maka program pelibatan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian tata ruang jenjang 2 akan berjalan dengan lancar. Akhirnya apabila program pelibatan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian tata ruang telah berhasil dilakukan maka program berikutnya yaitu relokasi, pembuatan sumur resapan dan kerjasama antar daerah jenjang 1 akan berjalan lebih lancar Gambar 42. D R I V E R P O E R DEPENDENCE Gambar 41 Hubungan Driver Power dengan Dependence pada Aktivitas Program yang Dibutuhkan dalam Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Jenjang 1 Jenjang 2 Jenjang 3 Jenjang 4 Jenjang 5 Gambar 42 Struktur Hierarki Aktivitas Program Yang Dibutuhkan dalam Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu 1 0 1 6 1 7 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9 10, 16, 17 11, 12 13, 14, 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 I . Autonomus IV . Independent III . Linkage II . Dependent

7.4.2 Pembahasan

Keberhasilan pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu dapat dilakukan dengan menghilangkan kendala utama yaitu lemahnya koordinasi antar instansi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Karyana 2005 yang menyatakan bahwa koordinasi antar instansi di DAS Ciliwung masih lemah. Lemahnya koordinasi antar instansi berpengaruh terhadap konsistensi dalam menerapkan peraturan. Rencana tata ruang RTRW merupakan alat yang dapat digunakan untuk koordinasi antar pemerintah lokal, pemerintah provinsi wilayah dan antar provinsi, serta untuk berbagai sektor, dan para pemangku kepentingan Brackhahn dan Kärkkäinen 2001; Wirojanagud et al. 2005. Mekanisme penyusunan Rencana tata ruang wilayah RTRW untuk lingkup Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat maupun Jabodetabekpunjur, secara teoritis maupun praktis akan melibatkan berbagai instansi terkait dari tingkat pusat sampai daerah serta masyarakat sebagai pemangku kepentingan. Interaksi berbagai aktor pemerintah dan masyarakat yang terlibat, resources peraturan dan dana yang dipunyai dan tujuan yang akan dicapai perlu dikoordinasikan jika hasil yang diharapkan ingin dicapai Malone dan Crowstone 1994, Koordinasi antar instansi dilakukan antar instansi di pusat, provinsi dan di tingkat Kabupaten, maupun antara instansi tingkat pusat dengan tingkat provinsi dan kabupaten. Instansi pemerintah pusat yaitu BKPRN dan Ditjen Penataan Ruang Dep PU serta di tingkat provinsi adalah Bapeda Provinsi Jawa Barat , sangat dominan dalam penataan ruang DAS Ciliwung hulu termasuk dalam pengelolaan permukiman. Berdasarkan PP No 262008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, DAS Ciliwung hulu dalam lingkup nasional merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur dan untuk lingkup Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari Kawasan Andalan Bopunjur. Sebagai turunan dari PP No 262008, telah dikeluarkan Perpres No 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Berdasarkan Perpres No542008 tersebut koordinasi teknis penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur dilakukan oleh menteri Ps.63, kegiatan pemantauan, pelaporan dan evaluasi diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah Ps.59. Berdasarkan hal itu, pemerintah pusat, dalam hal ini BKPRN sebagai perumus, pengkoordinasi dan penentu prioritas terhadap kawasan strategis nasional dan Ditjen Penataan Ruang Dep PU sebagai penyelenggara dan pelaksana koordinasi penataan ruang wilayah secara nasional, berperan sangat besar dalam hal koordinasi di kawasan Jabodetabekpunjur secara keseluruhan. Bapeda Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan antar kabupatenkota di Jawa Barat serta penyusun RTRW provinsi Jawa Barat peranannya berada dibawah pemerintah pusat. Selain di tingkat pusat dan provinsi, koordinasi di tingkat kabupaten dilakukan oleh Bapeda dan Dinas Tata Ruang DTR Kabupaten Bogor. Kedua instansi tersebut berperan sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat dan provinsi dalam hal penataan ruang DAS Ciliwung hulu. Berdasarkan lingkup tugas pokoknya, dua lembaga dibawah Pemda Kabupaten Bogor tersebut memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan permukiman di Kabupaten Bogor. Dalam prakteknya hal tersebut ditunjukkan oleh SK Bupati Bogor No 503KptsHuk1999 tentang Susunan Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi di Kabupaten Bogor, posisi Kepala Bappeda adalah Wakil ketua I, sedangkan Dinas Tata Ruang adalah anggota tetap. Selain itu, kedua lembaga tersebut juga memegang peranan penting dalam mekanisme perizinan. Izin peruntukan penggunaan tanah IPPT dan izin lokasi dikelola oleh Dinas Tata Ruang DTR Kabupaten Bogor, sedangkan izin mendirikan Bangunan IMB walaupun dikeluarkan oleh Dinas Cipta KaryaDCK Kabupaten Bogor akan tetapi melalui pengesahan tim teknis yang terdiri dari unsur Bapeda dan DTR Kabupaten Bogor. Rencana tata ruang Kawasan Jabodetabekpunjur maupun rencana tata ruang wilayah RTRW kabupaten Bogor adalah alat koordinasi dalam penataan ruang termasuk penataan permukiman, akan tetapi kedua rencana tersebut tidak dapat langsung diimplementasikan sebagai alat koordinasi karena secara teknis masih memerlukan rencana rinci dan pedoman teknis berupa peraturan zonasi. Rencana rinci dan peraturan zonasi terutama diperlukan dalam hal pemberian izin lokasi dan ketentuan pembangunan permukiman. Belum dibuatnya rencana rinci dan peraturan zonasi di DAS Ciliwung hulu menyulitkan pemberian izin lokasi maupun evaluasi terhadap izin-izin yang sudah dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut dalam rangka meningkatkan koordinasi antar instansi, maka RTRW Kabupaten Bogor perlu dioperasionalisasikan melalui rencana rinci tata ruang yang dilengkapi dengan pedoman teknis operasional atau peraturan zonasi. Untuk membuat rencana rinci dan peraturan zonasi dibutuhkan data dasar yang berkaitan dengan penataan ruang dan permukiman. Koordinasi antara pemerintah pusat-provinsi-kabupaten selain memerlukan operasionalisasi RTRW menjadi rencana rinci dan peraturan zonasi, juga memerlukan sistem informasi. Sistem informasi dibutuhkan agar rencana tata ruang yang bersifat makro tata ruang Jabodetabekpunjur dan RTRW Kabupaten Bogor maupun rencana tata ruang yang bersifat mikro rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi serta data dasar yang berkaitan dengan penataan ruang dan permukiman dapat diakses oleh semua instansi yang berkepentingan dengan pembangunan di DAS Ciliwung hulu. Peningkatan koordinasi antara instansi akan meningkatkan konsistensi dalam melaksanakan peraturan yang berkaitan dengan pembangunan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Konsistensi dalam melaksanakan peraturan sebagai suatu kekuatan normatif akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Etzioni 1961 yang menyatakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat selain melalui kekuatan pemaksaan Coercive dan renumeratif, yang paling penting adalah melalui kekuatan normatif. Koordinasi antara instansi, konsistensi terhadap peraturan dan partisipasi yang meningkat akan menjadi dasar untuk aktivitasprogram selanjutnya yaitu : peningkatan kesadaran masyarakat terhadap fungsi DAS bagian hulu; peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi; pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan rencana tata ruang; relokasi permukiman; pembuatan sumur resapan; dan kerjasama konservasi air dengan kabupatenkota di DAS tengah dan hilir.

7.5. Kesimpulan

Pengelolaan permukiman akan melibatkan berbagai instansi yang terkait permukiman dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat 8 lembaga yang merupakan elemen kunci yang terdiri atas 3 lembaga dalam hal perencanaan, dan 5 lembaga dalam hal pelaksanaan dan pengendalian. Tiga lembaga yang merupakan elemen kunci dalam perencanaan tata ruang termasuk permukiman di DAS Ciliwung hulu yaitu BKPRN, Ditjen Penataan Ruang Dep PU, dan Bapeda Provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional, Jabodetabekpunjur, maka perencanaan tata ruang dikoordinasikan oleh BKPRN, penyelenggara perencanaan tata ruang adalah Ditjen Penataan Ruang Dep PU, dan koordinasi perencanaan antar kabupatenkota dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat untuk DAS Ciliwung yang berada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Lima lembaga kunci dalam hal pelaksanaan dan pengendalian tata ruang termasuk permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah Bapeda Kabupaten Bogor yang melaksanakan penyusunan RTRW dan merekomendasi perizinan lokasi; Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor yang menyusun rencana detail, peraturan zonasi dan merekomendasi perizinan lokasi; Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor yang melakukan pengendalian melalui IMB, Kantor pertanahan melakukan pengendalian melalui rekomendasi perizinan lokasi berdasarkan status lahan; dan Ditjen Cipta Karya Dep PU membuat standar teknis permukiman dan perumahan sebagai instrumen pengendali. Namun saat ini terjadi kendala dalam mengelola permukiman sehingga terjadi kerusakan lingkungan di DAS Ciliwung hulu Berbagai kendala dihadapi oleh pengelola permukiman di DAS Ciliwung hulu. Tiga elemen kunci yang menjadi kendala yang dihadapi, adalah: a koordinasi yang lemah, b rencana rinci tata ruang belum tersedia dan c petunjuk operasional penataan permukimanperaturan zonasi belum tersedia. Ketiga elemen kunci tersebut saling kait-mengait karena rencana rinci yang dilengkapi petunjuk operasional penataan permukimanperaturan zonasi, merupakan media koordinasi antar instansi perencana, pelaksana, dan pengendalipengawas. Koordinasi antar instansi perencana, pelaksana dan pengendalipengawas sulit dilakukan apabila hanya memakai RTRW yang sifatnya makro, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan kearah yang lebih baik. Kebijakan pengelolaan kawasan permukiman diharapkan dapat melakukan perubahan kearah yang lebih baik dalam pengelolaan permukiman di masa depan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat 3 elemen kunci dari perubahan yang diharapkan melalui pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu yaitu : akoordinasi meningkat, bkonsistensi terhadap peraturan meningkat dan cpartisipasi masyarakat meningkat. Ketiga elemen kunci saling kait mengait, koordinasi antar instansi yang meningkat, mempengaruhi tingkat konsistensi dalam melaksanakan kebijakan, dan selanjutnya apabila pemerintah konsisten dalam melaksanakan kebijakan, maka masyarakat terpacu untuk berpartisipasi. Oleh karena itu ketiga elemen kunci tersebut merupakan modal dasar bagi pengelolaan permukiman yaitu dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kawasan permukiman. Untuk menuju perubahan yang diharapkan, pengelolaan permukiman membutuhkan aktivitasprogram. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat 5 elemen kunci aktivitas program yang dibutuhkan yaitu program penjabaran RTRW menjadi rencana rinci; program pendataan penggunaan lahan yang tidak sesuai RTRW; Program pembuatan pedoman teknis perumahan dan permukiman di DAS bagian hulu peraturan zonasi; program pengembangan sistem informasi; program pembuatan data dasar sosial-ekonomi-fisik. Kelima program tersebut bertujuan memperkuat koordinasi antar instansi, meningkatkan konsistensi dalam melaksanakan peraturan dan memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang termasuk permukiman.