Metode Analisis .1. Dimensi dan Atribut Keberlanjutan

kawasan terhadap pusat permukiman skala lokal dan regional; posisi ekonomi dalam lingkup regional; perekonomian masyarakat; dan sarana prasarana. d. Dimensi kelembagaan: meliputi aspek peraturan perundangan dan administrasi pengendalian permukiman yang dapat meningkatkan keberlanjutan pengelolaaan permukiman. Faktor yang relevan untuk dianalisis adalah rencana tata ruang, pengendalian tata ruang, dan pelaksanaan tata ruang. e. Dimensi teknologi dan informasi: berkaitan dengan teknologi yang dapat meminimalkan risiko degradasi lingkungan di DAS Ciliwung hulu dan informasi yang berkaitan dengan pembangunan permukiman. Faktor yang relevan untuk dianalisis adalah penggunaan teknologi konservasi air dan tanah, persampahan, pencegahan longsor, dan informasi basis data permukiman. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan kawasan permukiman untuk setiap dimensi dijabarkan menjadi berbagai atribut yang relevan. Secara keseluruhan terdapat 45 atribut yang terdiri atas: 9 atribut dimensi ekologi, 9 atribut dimensi sosial, 10 atribut dimensi ekonomi, 10 atribut dimensi kelembagaan dan 7 atribut dimensi teknologi Tabel 36.

6.3.2. Metoda dan Tahapan analisis

Analisis status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu dilakukan melalui metode Rapid Appraisal dengan teknik Multi Dimensional Scaling MDS menggunakan perangkat lunak Rapfish Rapid appraisal for fisheries yang dikembangkan oleh Rapfish Group Fisheries Centre University of British Columbia, Kanada Pitcher, 1999 ;Kavanagh and Pitcher, 2004; Fauzy dan Anna, 2005. Analisis mengunakan perangkat lunak Rapfish tersebut diberi nama RapCiwulu Rapid appraisal pengelolaan kawasan permukiman DAS Ciliwung hulu. Ordinasi terhadap sejumlah atribut RapCiwulu menggunakan teknik Multi Dimensional Scaling MDS, dilakukan terhadap masing-masing dimensi dan seluruh dimensi multi dimensi. Tahapan dalam analisis RapCiwulu adalah sebagai berikut: Tabel 36 Dimensi Keberlanjutan, Atribut, Kriteria dan Skor. Kriteria dan skor Nilai skor No Dimensi Atribut Keberlanjutan Permukiman Skor = 0 Skor = 1 Skor = 2 Skor =3 Baik Good Buruk Bad Kondisi Saat ini A Dimensi Ekologi 1 Kadar total Colliform jml100 ml 10.000 5.000-10.000 1.000-5.000 1.000 3 34.100 2 Kadar COD di hulu Sungai Ciliwungmgl 50 25-50 10-25 10 3 132 3 Kepadatan penduduk di permukimanorgha 150 100-150 50-100 50 3 83,07 4 Luas tutupan Lahan hutan 30 30-50 50-80 80 3 29,55 5 Laju perkembangan permukiman thn Diatas laju perk pddk laju per pddk di bawah laju perk pddk 2 22,92 6 Luas permukiman di zona lindung di kws rawan longsor 75 50-75 25-50 25 3 48,80 7 Luas lahan kritis di zona lindung 50 25-50 10-25 10 3 12,80 8 Kemampuan Pemda mengelola sampah 25 25-50 50-75 75 3 16,07 9 Nisbah Qmax-Qmin di hulu Sungai Ciliwung 100 50-100 50 2 4.274 B Dimensi Sosial 1 Pelayanan fas kesehatan jmlpddk 1 1-2 2 2 2,18 2 Pelayanan fas pendidikan jmlpddk 1 1-2 2 2 0,69 3 Partisipasi masyarakat pada penghijauan Tidak ada Ada ,terbatas Ada di seluruh DAS 2 Ada ,terbatas 4 Partisipasi masyarakat mengelola sampah Tidak ada Ada ,terbatas Ada di seluruh DAS 2 Ada ,terbatas 5 Persepsi masyarakat terhadap lingkungan Rendah Sedang Tinggi 2 Sedang 6 Pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan oleh Pemda Tidak ada Ada tetapi terbatas Ada di seluruh DAS 2 Ada ,terbatas Kriteria dan skor Nilai skor No Dimensi Atribut Keberlanjutan Permukiman Skor = 0 Skor = 1 Skor = 2 Skor =3 Baik Good Buruk Bad Kondisi Saat ini 7 Tingkat pendidikan penduduk 50 tmt SD 50 tmt SLP 50 tmt SLA 50 tmtPT 3 SD=52,21 8 Laju pertumbuhan penduduk thn di atas rata-rata nasional rata-rata nasional di bawah rata-rata nasional 2 3,14 9 Pencapaian KB 100 100 100 2 100 C Dimensi Ekonomi dan Prasarana 1 Jumlah penduduk miskin di atas rata-rata Kab. Bogor rata-rata kab Bogor di bawah rata-rata kab. Bogor 2 24,76 2 Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian 25 25-50 50-75 75 3 8,31 3 Ketersediaan angkutan Umum Tdk tersedia Angkutan pedesaan Angkutan pedesaan antar kota 2 Angkutan desa antar kota 4 Status ekonomi wilayah Bukan kws andalan Kws andalan Kabupaten Kws andalan provinsi 2 Kws andalan provinsi 5 Akses kawasan ke pusat Kegiatan Ke pusat kegiatan lokal saja Ke pusat kegiatan lokal dan wilayah Ke pusat kegiatan lokal, wilayah dan nasional 2 ke pusat lokal, wilayah nasional 6 Jumlah tenaga kerja di sektor jasa 25 25-50 50-75 75 3 44,65 7 Luas lahan yg dapat dikembangkan utk permukiman 25 25-50 50-75 75 3 19,89 8 Jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan 25 25-50 50-75 75 3 41,44 9 Jumlah pelanggan Listrik PLN 50 50-80 80 2 50,44 10 Desa penerima sambungan air bersih 50 50-80 80 2 43 Kriteria dan skor Nilai skor No Dimensi Atribut Keberlanjutan Permukiman Skor = 0 Skor = 1 Skor = 2 Skor =3 Baik Good Buruk Bad Kondisi Saat ini D. Dimensi Kelembagaan 1 Kerjasama antar Kabkota Belum ada Dalam proses Sudah ada Belum ada 2 Koordinasi perbaikan Lingkungan hidup Belum ada Ada, tdk terkoordinasi Ada sudah terkoordinasi 2 Ada, tdk terkoord 3 Lokasi permukiman tidak sesuai RTRW 75 50-75 25-50 25 3 46,84 4 Penerapan disinsentif Belum ada Sudah dilakukan 1 Belum ada 5 Ketersediaan rencana rinci tata ruang Belum ada Dalam proses Sudah tersedia 2 Belum ada 6 Ketersediaan peraturan zonasi Belum ada Dalam proses Sudah tersedia 2 Belum ada 7 Ketersediaan RTRW Belum ada Dalam proses Sudah tersedia 2 Belum ada 8 Penerapan sanksi pidana dalam pelanggaran tata ruang Belum ada Sudah dilakukan 1 Belum ada 9 Ketersediaan mekanisme perizinan pembangunan Belum ada Tersedia tdk lengkap Tersedia lengkap 2 Tersedia lengkap 10 Relokasi permukiman dari kawasan tidak sesuai Belum ada Sudah dilakukan 1 Belum ada

E. Dimensi Teknologi dan Informasi 1

Ketersediaan teknologi pencegahan longsor 1 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 Terrasering bronjong turap 2 Ketersediaan teknologi konservasi air 1 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 Sumur resapan, biopori, dam parit 3 Ketersediaan teknologi peningkatan kualitas air 1 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 WCseptic tank komnl, biodigester, sediment trap Kriteria dan skor Nilai skor No Dimensi Atribut Keberlanjutan Permukiman Skor = 0 Skor = 1 Skor = 2 Skor =3 Baik Good Buruk Bad Kondisi Saat ini 4 Ketersediaan teknologi konservasi lahan 1 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 Agro forestry, teraserring, 5 Ketersediaan teknologi pengolahan sampah 1 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 jenis teknologi 2 Pengompo san, incenerator 6 Ketersediaan basis data permukiman Tidak tersedia Tersedia, tdk terkoordinasi Tersedia, terkoordinasi 2 Tersedia, tdk terkoord 7 Ketersediaan informasi permukiman Tidak tersedia Tersedia terbatas Tersedia lengkap 2 Tersedia terbatas Sumber:: Bab IV, Bab V, pengamatan lapangan, penelusuran dokumen. a. Memeriksa review berbagai atribut pada setiap dimensi melalui kajian pustaka dan pengamatan lapangan. b. Pemberian skor terhadap atribut berdasarkan atas: hasil kajian pustaka, data yang tersedia, dan ketentuan rentang skor dengan teknik MDS. Dalam penelitian ini, rentang skor dipilih antara 0-3. Skor 0 adalah buruk bad dan 3 adalah baik good Tabel 39 c. Analisis dengan teknik MDS terhadap atribut yang telah diberi skor menggunakan perangkat lunak Rapfish untuk menentukan posisi status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu pada setiap dimensi dan multi dimensi. Status keberlanjutan dinyatakan dalam skala ordinasi yang berada diantara dua titik ekstrim yaitu buruk dan baik, dengan indeks 0 sampai 100. Penentuan status keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu didasarkan pada nilai skala ordinasi RapCiwulu untuk setiap dimensi dan multi dimensi sebagai berikut: • Nilai ordinasi 0,00 - 25,00 buruk tidak berkelanjutan; • Nilai ordinasi 25,01 – 50,00 kurang berkelanjutan; • Nilai ordinasi 50,01 - 75,00 cukup berkelanjutan; • Nilai ordinasi 75,01 – 100,00 baikberkelanjutan; d. Analisis pengungkit leverage dari atribut-atribut. Atribut pengungkit adalah atribut yang sensitif terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan. Penentuan atribut pengungkit berdasarkan pada urutan persentase perubahan root mean square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar nilai perubahan RMS maka semakin besar pula peranan atribut tersebut Kavanagh dan Pitcher, 2004 terhadap peningkatanpenurunan status keberlanjutan. e. Analisis Monte Carlo pada selang kepercayaan 95 . Analisis ini untuk menduga pengaruh galat random error dalam proses analisis statistik Kavanagh dan Pitcher, 2004. Hasil analisis Monte Carlo dibandingkan dengan hasil analisis MDS untuk mengetahui perbedaan diantara keduanya. Perbedaan yang kecil antara MDS dengan Monte Carlo menunjukkan kondisi sebagai berikut Kavanagh dan Pitcher,2004: efek dari kesalahan penentuan skoring relatif kecil; efek dari variasi skoring karena perbedaan penilaian terhadap setiap atribut relatrif kecil; proses MDS yang dilakukan berulang- ulang, stabil; kesalahan pemasukan data atau data yang hilang, relatif kecil. f. Menganalisis nilai Stress untuk menentukan goodness of fit dari hasil analisis menggunakan MDS. Kavanagh dan Pitcher 2004 merekomendasikan nilai stress yang dapat diterima adalah lebih kecil dari 0,25. g. Menganalisis koefisien determinasi R 2 untuk menentukan perlu tidaknya penambahan jumlah atribut agar dapat mencerminkan dimensi yang dikaji mendekati keadaan sebenarnya. Nilai R 2 mendekati 1 artinya jumlah atribut yang dipakai untuk mengkaji suatu dimensi sudah cukup akurat.

6.4. Hasil dan Pembahasan

6.4.1 Hasil

6.4.1.1. Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Atribut yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu dari segi dimensi ekologi adalah : 1 kadar total colliform di hulu Sungai Ciliwung; 2 kemampuan pengelolaan sampah oleh Pemda Kabupaten Bogor ; 3 Nisbah Q max-Q min di hulu Sungai Ciliwung; 4 laju perkembangan permukiman; 5 tutupan lahan hutan; 6 luas lahan kritis di zona lindung; 7luas permukiman di zona lindung di kawasan rawan longsor; 8 kepadatan penduduk di permukiman; 9 kadar COD di hulu Sungai Ciliwung. Hasil analisis MDS dengan Rap Ciwulu menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi ekologi untuk pengembangan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah 25,98. Berdasarkan klasifikasi status keberlanjutan, angka tersebut menunjukkan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu termasuk kategori kurang berkelanjutan Gambar 22. Status kurang berkelanjutan tersebut disebab kan dari 9 atribut yang dinilai, 6 atribut yaitu kadar colliform, COD, kemampuan pengelolaan sampah, laju perkembangan permukiman, tutupan lahan hutan, dan nisbah Q max-Qmin mempunyai skor rendah buruk bagi keberlanjutan ekologi, dan 3 atribut sisanya mempunyai skor sedang. Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi 25.98 Good Bad Up Down -60 -40 -20 20 40 60 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Real Fisheries Reference anchors Anchors Gambar 22 Indeks Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung hulu. Hasil pengujian kualitas air oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor pada Desember 2009 untuk parameter colliform dan COD di hulu Sungai Ciliwungdi Jembatan Gadog menunjukkan kadar COD =132 mgl dan total coliform = 34.100100 ml, telah melebihi baku mutu. Sebagian besar sampah permukiman dibakar, ditimbun atau dibuang ke sungai, karena kemampuan Pemda Kabupaten Bogor mengangkut sampah ke TPS di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung rata-rata per hari pada tahun 2006 adalah 16,07 dari total sampah. Kondisi pembuangan sampah seperti itu diperkirakan ikut memperburuk kualitas air Sungai Ciliwung di bagian hulu. Data KLH tahun 2008 mengenai kualitas air di hulu Sungai Ciliwung Segmen I menunjukkan mutu air termasuk kelas IV dengan kondisi status mutu D tercemar berat. Hal tersebut menunjukkan air Sungai Ciliwung sudah tidak layak dikonsumsi. Laju perkembangan permukiman selama kurun waktu 1992-2006 sangat tinggi yaitu 22,92tahun. Perkembangan permukiman diduga berdampak terhadap menurunnya tutupan lahan hutan. Tutupan lahan hutan menurun dari 41,62 1992 menjadi 29,55 2006. Berkurangnya tutupan lahan hutan menyebabkan run off meningkat, dan infiltrasi berkurang, akibatnya pada saat curah hujan tinggi debit sungai membesar dan pada saat tidak terjadi hujan debit sungai mengecil. Nisbah debit maksimum dengan debit minimumQ maxQmin di