Kualitas Lingkungan Hidup DAS Ciliwung hulu

daerah aliran sungai menyatakan bahwa nisbah debit air sungai maksimum dengan debit air sungai minimum Q maksQmin antara 1-50 kondisi hidrologi DAS baik; 50-100 kondisi hidrologi DAS sedang dan 100 kondisi hidrologi DAS buruk. Tahun 1990 nilai QmaksQ min sebesar 28,92 artinya kondisi hidrologi DAS baik, sedangkan tahun 2005 nilai Q maks Q min meningkat menjadi 4.274, artinya kondisi hidrologi DAS buruk. Penurunan kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu dari baik menjadi buruk menunjukkan fungsi ekologis DAS sebagai pengatur tata air menurun. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu yang menurun juga diperlihatkan oleh debit banjir seratus tahunan yang cenderung meningkat, tahun 1973 sebesar 370 m3dtk tahun 2000 meningkat menjadi 570 m3dtk dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi 760 m3dtk Tabel 10. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu yang menurun disebabkan berbagai macam faktor seperti penggunaan lahan yang tidak tepat; perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan menjadi pertanian atau permukiman dan lahan pertanian menjadi permukiman; serta erosi dan sedimentasi. Selama tahun 2001 -2002 laju erosi cenderung meningkat demikian pula dengan sedimentasi Tabel 10. Tabel 10. Indikator Kondisi Hidrologi DAS Ciliwung Hulu Tahun No Indikator kondisi hidrologi A B Keterangan 1 Debit maksimumm 3 dtk 132,47 17.096 Data tahun 1990 Bendung Katulampa Kadar 2003 dan data 2005 di sub DAS Ciliwung hulu BP DAS Citarum Ciliwung 2005 2 Debit minimum m 3 dtk 4,58 0.004 Data tahun 1990 Bendung Katulampa Kadar 2003 dan data 2005 di sub DAS Ciliwung hulu BP DAS Citarum Ciliwung 2005 3 Q maksQmin 28,92 4.274 Data tahun 1990 dan 2005 Q maksQmin 50 baik 50-100 sedang 100 buruk 4 Direct run off 53 63 Data tahun 1990 dan 1996 di sub DAS Cibogo Sawiyo 2005 5 Kontribusi DAS Ciliwung hulu terhadap banjir di Jakarta 43,20 50,70 Data tahun 1981 dan 1999 Irianto 2000 6 Laju erosi tonhabln 44 74,7 Data tahun 2001 dan 2002 Qodariah et-al. 2004 7 Sedimentasi tonhatahun 19,70 36,96 Data tahun 2001 dan 2002 Qodariah et-al. 2004 Kualitas air sungai Ciliwung hulu dipengaruhi oleh penggunaan lahan DAS Ciliwung hulu, penelitian Taufik et al. 2004 menunjukkan sumber pencemar berasal dari limbah domestik akibat meningkatnya kawasan permukiman. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Taufik et al. 2004 menggunakan Indeks Storet menunjukkan kualitas air mengalami penurunan. Pada tahun 2000 indeks Storet -18 status baik, tahun 2002 indeks Storet menjadi -36 status buruk Selain itu penelitian Fachrul et al. 2005 menunjukkan water quality index WQI di Kecamatan Ciawi Gadog mengalami penurunan dari 95 pada tahun 1995 menjadi 70,65 pada tahun 2005. Penelitian KLH menunjukkan pada tahun 2007 kualitas air sungai Ciliwung di DAS Ciliwung hulu berstatus mutu D. Status mutu D menunjukkan DAS Ciliwung hulu telah tercemar berat sehingga tidak layak untuk dijadikan air minum, hanya layak untuk menyiram tanaman. Sumber pencemar air sungai Ciliwung berasal dari limbah domestik permukiman, pertanian, peternakan, dan industri. Tahun 2002 dan 2009 parameter kimia, biologi dan fisik sungai Ciliwung mengalami penurunan. Sebagian besar parameter kualitas air telah melampaui baku mutu air kelas I dan II, artinya air sungai Ciliwung tidak layak untuk dijadikan pasokan air minuman Tabel 11. Tabel 11 Kualitas Air di DAS Ciliwung Hulu Tahun 2002 dan 2009 BM Kondisi N o Parameter Kualitas Air I II 2002 2009 Parameter kimia 1 pH 6-9 6-9 6,1-7,28 7,4-8,19 2 BOD mgl 2 3 1,6-80,7 td 3 DO mgl 6 4 6-8 6-9,96 4 COD mgl 10 25 7,46-120,5 132-157 Parameter Biologi 1 Tot coliform mgl 1000 5000 110-2800 200-34.100 Parameter fisika 2 Residu terlarut TDSmgl 1000 1000 80 - 1.250 51-59,25 3 Residu tersuspensi TSS mgl 50 50 td 8-39,50 4 Kekeruhan - - 5-90 6-27,50 Keterangan : BM= baku mutu Sumber : Taufik et al 2004. Badan Lingkungan Hidup Pemda kab. Bogor 2009 Sumber timbulan sampah di DAS Ciliwung hulu umumnya berasal dari rumah tangga, perdagangan, pariwisata, perkantoran, dan industri rumah tangga. Pelayanan pengangkutan sampah terbatas, hanya sebagian kecil 9-27 yang sudah terlayani oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melalui dinas kebersihan dan dinas pasar. Sebagian besar penduduk mengelola sampah secara individual dengan membakar atau menimbun disekitar pekarangan rumah, bahkan sebagian masyarakat masih membuang sampah ke sungai atau lahan kosong Tabel 12. Tabel 12 Timbulan Sampah dan Kemampuan Pembuangan Sampah Permukiman di DAS Ciliwung Hulu tahun 2006 Pembuangan Sampah Dibakarditimbun Ke TPS No Kecamatan Asal Sampah Timbulan sampah m 3 hr m 3 hr m 3 hr Permukiman 160 142 88,75 18 11,25 1 Ciawi Pasar 30 30 100 Permukiman 200 182 91,00 18 9,00 2 Megamendung Pasar td td td td td Permukiman 200 146 73 54 27 3 Cisarua Pasar 45 45 100 4 Sukaraja td td td td Sumber: : Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor2006. Bencana tanah longsor di kawasan permukiman terjadi di beberapa desa di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua. Dari tiga kecamatan tersebut, Kecamatan Megamendung yang sebagian besar wilayahnya berada di bagian tengah DAS Ciliwung hulu merupakan daerah rawan longsor, selama tahun 2007- 2008 di Kecamatan Megamendung terjadi 11 kali longsor dan jumlah desa yang mengalami longsor berjumlah 12 desa Tabel 13. Tabel 13 Bencana Longsor Tahun 2007-2008 di Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung Tahun 2007 Tahun 2008 No Kecamatan Desa Frek. longsor Desa Frek. longsor 1 Ciawi 2 2 - - 2 Megamendung 12 11 4 3 3 Cisarua 6 3 2 4 4 Sukaraja td td td td Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor, 2007 – 2008. Berdasarkan peta rawan longsor BP DAS 2007, terdapat empat klasifikasi daerah rawan longsor di DAS Ciliwung hulu yaitu normal, potensial, bahaya dan sangat bahaya. Sebagian besar DAS Ciliwung hulu merupakan wilayah rawan longsor. Klasifikasi longsor sangat bahaya terdapat di bagian tengah DAS yaitu di Kecamatan Megamendung dan di perbatasan Ciawi dengan kota Bogor Tabel 14. Tabel 14 Klasifikasi Kawasan Rawan Longsor di DAS Ciliwung Hulu Luas NO Klasifikasi Kawasan Longsor ha 1 Normal 4,870.75 32,74 2 Potensial 3,115.26 20,94 3 Bahaya 6,249.93 42,01 4 Sangat Bahaya 640.42 4,30 Jumlah 14,876.37 100 Sumber: Peta Rawan Longsor BP DAS Citarum- Ciliwung 2007 Lahan kritis di DAS Ciliwung hulu dilihat dari prosentasenya tidaklah begitu besar, akan tetapi keberadaannya perlu menjadi perhatian karena tersebar disekitar kawasan hutan konservasi di bagian selatan DAS Ciliwung hulu yaitu di Kecamatan Cisarua Tabel 15. Tabel 15 Tingkat Kekritisan Lahan di DAS Ciliwung Hulu 2005 Luas No Tingkat Kekritisan Lahan ha 1 Tidak Kritis 13,782.65 92.65 2 Potensial Kritis 228.54 1.54 3 Agak Kritis 227.55 1.53 4 Kritis 382.25 2.57 5 Sangat Kritis 255.37 1.72 Jumlah 14,876.37 100.00 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor 4.5. Kelembagaan Penataan Ruang dan Permukiman 4.5.1. Peraturan Perundangan-Undangan Penataan Ruang dan Permukiman Penataan ruang di DAS Ciliwung, khususnya DAS Ciliwung hulu telah dimulai sejak tahun 1963 melalui Peraturan Pemerintah PP, Keputusan Presiden Keppres, Peraturan Menteri Permen, Peraturan Daerah Perda provinsi dan kabupaten, maupun Surat Keputusan SK Gubernur. Berbagai peraturan yang berkaitan dengan penataan ruang DAS Ciliwung hulu tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Peraturan Berkaitan dengan Penataan Ruang dan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Peraturan Perundangan Substansi 1. Perpres RI No. 13 tahun 1963 Mengatur ketertiban pembangunan baru disepanjang jalan antara Jakarta – Bogor – Puncak – Cianjur. 2 Keppres No 48 Tahun 1983 Penanganan Khusus Penataan Ruang dan Penertiban serta Pengendalian Pembangunan pada Kawasan Pariwisata Puncak dan Wilayah Jalur Jalan Jakarta-Bogor-Puncak- Cianjur. 3 Keppres No. 791985 Penetapan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Puncak. 4 SK Gubernur KDH Tk. I Jawa BaratNo.556.1SK.295-Huk 1985 Prosedur dan Tata Cara Pengendalian Kriteria Teknis Bangunan pada kawasan pariwisata jalur jalan Bogor – Puncak – Cianjur. 5 Perda Kab Bogor No.3 1988 RDTR Kawasan Puncak Bogor . 6 Permendagri No 221989 Tata laksana Pengendalian dan penertiban Kawasan Puncak. 7 Keppres No 321990 Pengelolaan kawasan Lindung • Kriteria Kawasan : hutan lindung, resapan air, sempadan sungai, sempadan danau, sempadan mata air. • Kriteria kawasan rawan bencana Kewenangan pengendalian kawasan lindung. 8 SK Gubernur Jabar No 413.12SK222-Huk1991 . Kriteria lokasi dan standar teknis pelaksanaan ruang di kawasan Puncak . 9 Perda Kab. Bogor No.31993 RDTR Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor : cakupan isi RDTR sama dengan RDTR Kawasan Puncak Bogor 1988 10 PP No 471997 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN. Kawasan Bopunjur ditetapkan sebagai kawasan yang memerlukan penanganan khusus dan mempunyai nilai strategis yaitu kawasan yang yang memberikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya yaitu wilayah provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Provinsi Banten. 11 Keppres No 1141999 Penataan Ruang Kawasan Bopunjur. • Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua yang berada di DAS Ciliwung Hulu ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama kawasan; • kegiatan budidaya tidak melampaui ketersediaan sumber daya alam dan energi 12 SK Bupati Kab .Bogor No 503KptsHuk1999 Susunan Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi • Mengkoordinasikan dinasinstansi terkait dlm rangka proses penerbitan izin lokasi, • Pembentukan tim pertimbangan, • Tugas dan tanggungjawab tim pertimbangan, • Susunan tim pertimbangan 13 Perda Kab. Bogor No.17 2000 RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Ciawi yang berada di DAS Ciliwung Hulu ditetapkan sebagai kawasan permukiman perdesaan, permukiman perkotaan, dan pengembangan perkotaan. Peraturan Perundangan Substansi 14 Perda Kab Bogor No 192000 Retribusi IPPT • Objek dan subjek retribusi; • Cara mengukur tingkat penggunaan jasa berdasarkan luas , jenis peruntukan dan lokasi; • struktur dan besarnya tarif, ketentuan perijinan. 15 Perda Kab Bogor No 232000 IMB : digunakan untuk pengawasan dan pengendalian pembangunan. 16 Perda Kab Bogor No 242000 Retribusi IMB • Dalam rangka pengawasan dan pengendalian IMB secara teknis dan administratif diperlukan biaya. • Penetapan besarnya retribusi IMB didasarkan pada kajian, pengawasan dan pengendalian mendirikan bangunan . 17 Keputusan Bupati No 192002 Juklak IMB :Persyaratan permohonan IMB dan Jangka waktu penyelesaian IMB. 18 Keputusan Bupati No 202002 Juklak Retribusi IMB: Kewajiban retribusi, tata cara perhitungan retribusi, tata cara pemungutan retribusi. 19 SK Bupati Kab. Bogor No 60266Kptshuk2002 Prosedur tetap pemrosesan dokumen adm pelayanan umum di bidang tata ruang dan lingkungan hidup • Memberikan kejelasan pd masyarakat dan sebagai standar pelayanan minimal SPM bagi instansi terkait, • Jenis perizinan dan pelayanan di bidang TRLH izin lokasi ,IPPT, Izin usaha HO, SIPAL, UKLUPL, Amdal • Instansi pemroses • Persyaratan administrasi • Mekanisme pemrosesan • Jangka waktu penyelesaian. 20 Perda Prov Jabar No 2 2003 RTRW Provinsi Jabar. • Das Ciliwung Hulu merupakan bagian dari Kawasan Andalan Bogor Puncak Cianjur Bopunjur dengan kegiatan utama agribisnis dan pariwisata. • Terdapat kawasan di DAS Ciliwung Hulu yang merupakan bagian dari kawasan hutan yang berfungsi lindung yang terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Bogor. 21 Keputusan Presiden no 342003 tentang Kebijakan nasional di bidang pertanahan • Kewenangan pemerintah di bidang pertanahan dilaksanakan oleh kabupatenkota. Kewenangan tersebut adalah : a Pemberian izin lokasidan izin membuka tanah; bpenyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan; c Penyelesaian masalah : sengketa tanah garapan, ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, tanah ulayat, tanah kosong; d Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, tanah ulayat; e Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten kota Peraturan Perundangan Substansi 22 Peraturan Bupati Kab. Bogor No 22006 Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang • Mengakomodasi dinamika pembangunan secara terkendali • Sebagai pedoman untuk pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan . 23 Peraturan Bupati No 142007 Pedoman Pengesahan Master Plan, Site Plan, dan Peta Situasi. Dalam upaya peningkatan pelayanan di bidang pengesahan rencana tapak guna mewujudkan tertib pemanfaatan ruang 24 UU No 262007 Penataan Ruang, ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 dari luas daerah aliran sungai. 25 PP No 262008 RTRWN. • Bopunjur merupakan kawasan Andalan • Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis nasional memperhatikan pola pengelolaan sumber daya air. • Kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur merupakan kawasan Strategis Nasional. 26 Perpres No 542008 Penataan ruang Jabodetabekpunjur • Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung hulu berada pada zona B3, B4 dan B5. • Kawasan budidaya di DAS merupakan kawasan prioritas • RTRW dijabarkan menjadi Rencana Detail yang ditetapkan dengan Perda • RTR Kawasan Jabodetabekpunjur memuat pengaturan zonasi, rencana teknik bangunan dan lingkungan dan persyaraan teknis lainnya. • Penyusunan rencana detail oleh daerah dikonsultasikan dengan daerah lainnya di bawah koordinasi Menteri. 27 Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 merupakan pedoman dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan tata ruang di wilayah Kabupaten Bogor. 28 Peraturan Bupati No 752008 Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang merupakan pedoman teknis untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian pembangunan

4.5.2. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Permukiman Di DAS Ciliwung Hulu

Peraturan perundangan yang berkaitan langsung dengan penataan ruang permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah PP No 262008, Perpres No 582008 dan Perda Kabupaten Bogor No 192008. Peraturan Pemerintah PP No 262008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan pedoman dalam pembuatan rencana tata ruang di seluruh Indonesia. Pada pasal 9 PP No 262008 disebutkan bahwa Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak- Cianjur Jabodetabekpunjur merupakan kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu. Untuk mewujudkan ketentuan dalam PP No 262008 tersebut dibuat Perpres No 582008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-CianjurJabodetabekpunjur. Tujuan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah : a mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai suatu wilayah perencanaan dengan memperhatikan kesejahteraan dan ketahanan; b mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir; c mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan berkelanjutan. Pasal 49 Perpres No 582008 menyebutkan bahwa rencana tata ruang wilayah RTRW provinsi, kabupaten dan kota yang berada di kawasan Jabodetabekpunjur harus disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan RTRK Jabodetabekpunjur. Oleh karena sebagian besar 99,41 dari DAS Ciliwung hulu merupakan wilayah Kabupaten Bogor sisanya 0,59 merupakan wilayah Kota Bogor, maka penataan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu harus berpedoman pada RTRW Kabupaten Bogor. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bogor telah disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam RTRK Jabodetabekpunjur dan diundangkan menjadi Perda Kabupaten Bogor No 192008 tentang RTRW Kabupaten Bogor. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perda Kabupaten Bogor No 192008 tersebut, Bupati Kabupaten Bogor telah mengeluarkan Peraturan Bupati Kabupaten Bogor No 752008 tentang pedoman operasional pemanfaatan ruang. Keterkaitan antar peraturan perundangan yang menjadi payung dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang dan kelembagaan. Perencanaan permukiman berdasarkan UUPR No 262007 tidak diizinkan berada di kawasan lindung. Kawasan lindung yang dimaksud UUPR No 262007 maupun Perpres No 582008 antara lain terdiri atas: hutan lindung; kawasan resapan air; sempadan sungaidanauwadukmata air; kawasan rawan bencana. Perda Kabupaten Bogor No 192008 tentang RTRW sebagai turunan dari UUPR No 262007 justru memperbolehkan permukiman perdesaan Pd2 dan permukiman perkotaan Pp3 berada di dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan. Permukiman perdesaan Pd2 dan permukiman perkotaanPp3 tersebut disyaratkan mempunyai kepadatan rendahjarang KDB 30 dan berorientasi pertanian dan pariwisataagrowisata. Permukiman di dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan yang dimaksud Perda Kabupaten Bogor No 192008 terdiri atas : sempadan sungaidanaumata air; kawasan resapan air; kawasan gerakan tanah tinggi Tabel 18 . Rencana pembangunan jalan baru kolektor primer III menuju Kecamatan Cisarua dan Megamendung dari kecamatan lain di luar DAS Ciliwung hulu, dan pembangunan jalan baru lokal primer Idi Kecamatan Megamendung dan Cisarua diperkirakan dapat berpengaruh terhadap perkembangan permukiman Tabel 17. Rencana pemanfaatan ruang untuk permukiman berdasarkan UUPR No 262007 dan Perpres No 582008 pengembangan permukiman dengan kepadatan rendah di kawasan pertanian. Dalam Perda Kabupaten Bogor No 192008 menjadi tidak jelas karena membolehkan pengembangan permukiman bercirikan perkotaan di kawasan yang berfungsi sebagai perdesaan Tabel 18. Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang diuraikan secara garis besar dalam UU No 262007 dan Perpres No 582008, dan dibahas lebih detail dalam Perda Kabupaten Bogor No 192008 Tabel 18. Pengendalian pemanfaatan ruang pada UUPR NO 262007 dan Perpres No 582008 terdiri atas : peraturan zonasi, perizinan, insentif disinsentif, serta sanksi, sedangkan dalam Perda Kabupaten Bogor No 192008 ditambahkan jasa lingkungan. Perpres No 582008 mengatur secara rinci tentang perizinan. UUPR No 262007 mengatur secara rinci sanksi administratif. Perda Kabupaten Bogor No 192008 tidak membahas perizinan dan sanksi administrarif secara rinci, tetapi membahas secara rinci partisipasi masyarakat dalam pengendalian permukiman Tabel 19. Koordinasi tidak disebutkan secara jelas dalam UUPR No 262007 tetapi Perpres No 582008 menyebutkan koordinasi teknis penataan ruang kawasan strategis nasional dilakukan oleh Menteri. Koordinasi kelembagaan dan kebijakan kerja sama antar daerah dilakukan danatau difasilitasi oleh badan kerja sama antar daerah. Perda Kabupaten Bogor No 192008 tidak membahas koordinasi secara jelas, pembahasan difokuskan pada pembentukan Badan atau Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD atau TKPRD, sebagai badan atau tim yang bersifat ad-hoc di daerah, berfungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah Tabel 20. Kerjasama antar daerah tidak dibahas dalam UUPR No 262007. Bidang yang dapat dibuat kerjasama antar daerah dibahas pada Perpres No 582008 yaitu persampahan, banjir, perencanaan dan pengembangan transportasi, listrik, air baku, penataan ruang dan jaringan komunikasi. Perda Kabupaten Bogor No 192008 tidak secara jelas membahas bidang yang dapat dibuat kerjasama antar daerah, tetapi memfokuskan diri pada perjanjian kerjasama dalam memanfaatkan jasa lingkungan. Kerjasama tidak hanya dilakukan antara daerah, tetapi juga dengan setiap penyedia jasa lingkungan perorangan atau lembaga. Bentuk kerjasama dan kesepakatan diatur melalui peraturan bupati Tabel 20. Tabel 17 Perencanaan Tata Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Komponen Perencanaan PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 2. Rencana Permukiman Kawasan permukiman 1. Berlokasi diluar kws lindung, berupa kws perkotaan atau perdesaan 2. Berlokasi di luar kws yg ditetapkan sebagai kws rawan bencana; 3. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kws; 4. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. 1. Zona B1 untuk perumahan dgn tingkat hunian padat 2. Zona B3 dan B4 untuk perumahan tingkat hunian rendah, dilakukan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun diatur Perda. 3. Pemanfaatan ruang pada Zona B3 intensitas lahan terbangun rendah dilakukan rekayasa teknis dan koef isien zona terbangun diatur Perda. 4. Zona B6 untuk permukiman dan fasilitasnya danpenyangga fungsi Zona N1. dilakukan rekayasa teknis koefisien zona terbangun 50. Permukiman terdiri atas permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. Permukiman perdesaan : a permukiman perdesaan di luar kws yang berfungsi lindung PD 1; b permukiman perdesaan yg berada di dalam kws lindung di luar kws hutan PD 2 PD 2 diarahkan utk hunian kepadatan rendah, bangunan tidak memiliki beban berat terhadap tanah, memiliki keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun terhadap potensi lingkungan pertanian, peternak an, kehutanan, pariwisata agrowisata. Permukiman perkotaan terdiri atas : permukiman perkotaan di luar kws lindung Pp1 dan Pp2 dan di dalam kws lindung diluar kws hutan Pp3 Pp 2 diarahkan utk permukiman sedang, industri berbasis tenaga kerja non polutan, jasa, dan perdagangan, Pp 3 diarahkan utk hunian rendah sampai sangat rendah jarang, merupakan bangunan tunggal, berorientasi lingkungan pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan, agro wisata dan pariwisata melalui rekayasa teknologi, bangunan tdk memiliki beban berat thd tanah, dan tersebar. 2. Rencana jaringan jalan baru Tidak diatur secara khusus Tidak diatur secara khusus 1. Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi kolektor primer III, merupakan jalan lingkar kabupaten dan jalan tembus antar wilayah kabupaten kota perbatasan: • Cigombong – Caringin – Ciawi – Megamendung – Cisarua; 2. Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi lokal primer I, meliputi ruas: • Cipayung – Megamendung; • Cibanon – Gadog – Cikopo Selatan – Cisarua – Jogjogan • Cilember – Batulayang – Ciburial – Tugu – Cisarua – Cibeureum – Taman Safari; • Pasar Cisarua – Kopo; • Sukagalih – Cibeureum Tabel 18 Rencana Pemanfaatan Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Komponen Pemanfaatan Ruang PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 1. Kawasan Permukiman Pemanfaatan ruang utk permukiman petani dannelayan 1. Di zona permukiman hunian rendah B3, B4, dilarang melakukan pembangunan yg mengurangi areal produktif pertanian dan wisata alam; mengurangi 1. Pengembangan permukiman bercirikan perkotaan dilakukan dgn memperhatikan fungsi kws sebagai kws perdesaan yang harus dijaga dan tidak mengganggu ekosistem kws. Komponen Pemanfaatan Ruang PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 dengan kepadatan rendah di kws peruntukan pertanian dan perikanan daya resap air; danatau mengubah bentang alam. 2. Kegiatan pembangunan permukiman yg diperkenan kan di zona B6 dilakukan berdasarkan hasil kajian mendalam dan komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari ketua badan yang tugas dan fungsi nya mengkoordinasikan penataan ruang nasional. 2. Pengembangan permukiman melalui sistem cluster utk menghindari penum pukan dan penyatuan antar kws permukiman, diantara cluster permukiman disediakan RTH 3. Pengembangan pemukiman khusus, melalui penyediaan tempat peristirahatan pada kws pariwisata, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, memperhatikan LH dan selaras dengan rencana tata ruang. 2. Peranserta Masyarakat Tidak diatur secara detail Tidak diatur secara detail 1. Masyarakat berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. 2. Bentuk peranserta masyarakat: dalam pemanfaatan ruang : • bantuan pemikiran dan pertimbangan • penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW dan rencana tata ruang kawasan. • perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW. • bantuan teknik dan pengelolaan dlm pemanfaatan ruang danatau kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Tabel 19 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Komponen Pengendalian PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 1. Pengendalian tata ruang Pengendalian pemanfaatan ruang melalui : 1. Peraturan zonasi sistem nasional; 2. Arahan perizinan; 3. Arahan pemberian insentif disinsentif; 4. Arahan sanksi. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui : 1. Peraturan zonasi, 2. Perizinan, 3. Pemberian insentif dan disinsentif, 4. Pengenaan sanksi. Pengendalian dilakukan melalui 1. Arahan peraturan zonasi; 2. Arahan perizinan; 3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif;

4. Arahan pemanfaatan jasa lingkungan, dan

5. Arahan sanksi. 2. Zonasi Peraturan Zonasi untuk kws peruntukan permukiman disusun dgn memperhatikan: 1. Penetapan amplop bangunan; 2.Penetapan tema arsitektur bangunan; 3.penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; 4.penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan. 1. Pembangunan di Zona B1 dilaksanakan melalui penerapan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun, diatur Perda. 2. Pembangunan di Zona B3 dan B4 dilaksanakan dgn intensitas rendah, menerapkan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun diatur Perda. 3. Pembangunan di zona B6 dilaksanakan dgn rekayasa teknis, koefisien zona terbangun Peraturan zonasi permukiman disusun dgn memperhatikan: 1. Penetapan amplop bangunan; 2. Penetapan tema arsitektur bangunan; 3. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; 4. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan Komponen Pengendalian PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 maksimal 50. 3. Perizinan 1. Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam PP ini. 2. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya. 3. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 4. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri. 1. Setiap pemanfaatan ruang harus sesuai dgn rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan. 2. Izin pemanfaatan ruang diatur oleh Pemerintah dan Pemda menurut kewenangannya. 3. Izin pemanfaatan ruang pd masing-masing daerah yg telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan PerPres ini tetap berlaku sesuai dgn masa berlakunya 4. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dgn. ketentuan PerPres ini : a. Apabila belum dibangun, izin disesuaikan dgn rencana rinci tata ruang b. Apabila telah dilakukan pembangunan, izin diberikan sampai habis masa berlakunya, c. Apabila telah dilakukan pembangunan dan tidak dpt dilakukan rekayasa teknis, izin dibatalkan, diberikan ganti rugi yang layak. d. Apabila izin sudah habis dan pemanfaatan ruang tdk sesuai, harus disesuaikan dgn rencana rinci dan peraturan zonasi. 5. Pemanfaatan ruang tanpa izin a. Apabila tdk sesuai PerPres, ditertibkan dan pemanfaat ruangnya disesuaikan rencana rinci dan peraturan zonasi b. Apabila pemanfaatan ruangnya sesuai PerPres, pengurusan izin dipercepat 6. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasar kan hak adat danatau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, karena RTR Jabodetabekpunjur ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai ketentuan peraturan perundangan 7. Sepanjang rencana tata ruang wilayah danatau 1. Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. 2. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya. 3. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Komponen Pengendalian PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 rencana rinci tata ruang berikut peraturan zonasi belum ditetapkan, RTR Kawasan Jabodetabek punjur merupakan acuan pemberian izin 4. Insentif dan disinsentif 1. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan peraturan zonasi yg diatur PP ini 2. Disinsentif dikenakan terhadap peman faatan ruang yg perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasar kan ketentuan dalam PP ini 3. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh Pemerintah kepada Pemda dan masyarakat. 4. Pemberian insentif dan pengenaan dis insentif dilakukan oleh instansi ber wenang sesuai dgn kewenangannya. 5. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Menteri. Insentif dan atau disinsentif diterapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai ketentuan perundang-undangan. 1. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dgn rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan peraturan zonasi yg diatur Perda ini. 2. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau di kurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan Perda ini, dan terhadap pemegang izin danatau perolehan lahan atas izin yg diberikan yg pd kurun waktu tertentu blm melaksanakan rencana pembangunan 3. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah kepada Pemda dan masyarakat. 4. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya. 5. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Bupati. 5. Sanksi administratif 1. Terhadap pemanfaatan ruang yg tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional; 2. Terhadap pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi sistem nasional; 3. Terhadap pemanfaatan ruang tanpa izin ; tidak sesuai izin, dan atau melanggar ketentuanyang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN; 4. Terhadap pemanfataan ruang yg meng halangi akses terhadap kws yg dinyatakan Melakukan tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi; Setiap orang yang melanggar RTRW dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang. Komponen Pengendalian PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 sbg milik umum berdasarkan UU 5. Terhadap pemanfaatan ruang yg izinnya diperoleh melalui prosedur yg tidak benar. 6. Sanksi pidana Tidak diatur Tidak diatur Tidak diatur 7. Peran serta masyarakat Tidak diatur 1. Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh bupatiwalikota berdasarkan arahan dan rekomendasi gubernur dengan melibatkan partisipasi masyarakat. 2. Penyelenggaraan pengawasan oleh pemerintah dan Pemda melibatkan partisipasi masyarakat. 3. Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dgn kondisi masyarakat setempat dan peraturan perundangan . 1. Masyarakat berhak berperan serta dalam pengendalian pemanfaatan ruang 2. Bentuk peran serta masyarakat : • Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, termasuk pemberian informasi atau laporan mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang; • Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkena an dengan penertiban pemanfaatan ruang 3. Peranserta masyarakat dapat disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Bupati danatau pejabat. 4. Pelaksanaan peranserta masyarakat dikoordinasikan oleh pemerintah daerah. Tabel 20. Kelembagaan Penataan Ruang yang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Komponen Kelembagaan PP No 262008 RTRWN Perpres No 542008 RTR Jabodetabekpunjur Perda Kab Bogor No 192008 RTRW Kab Bogor 2005-2025 1. Koordinasi Tidak diatur secara khusus Koordinasi teknis penataan ruang kws sebagai kws strategis nasional dilakukan oleh Menteri. Koordinasi kelembagaan dan kebijakan kerja sama antardaerah dilakukan danatau difasilitasi oleh badan kerja sama antar daerah. Untuk menunjang penataan dan pemanfaatan ruang, Pemerintah Daerah dapat membentuk BKPRD atau TKPRD. BKPRD atau TKPRD adalah badan atau tim yang bersifat ad-hoc di daerah, berfungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah. 2. Kerjasama antar daerah Tidak diatur secara khusus Di bidang perencanan dan sistem pengembangan pra sarana transportasi, persampahan, listrik, jaringan komunikasi , pengelolaan limbah, penyediaan air baku, pengelolaan banjir, dan penataan ruang 1 Pemda dapat mengadakan perjanjian kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan yg ada di dalam wilayahnya dengan pengguna jasa lingkungan di daerahnya danatau wilayah lain disekitarnya sesuai dengan peraturan perundangan. 2 Bentuk kerjasama dan kesepakatan lainnya dalam pemanfaatan jasa lingkungan diatur dgn Peraturan Bupati

4.5.3 Institusi yang Terlibat Dalam Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu

Pengelolaan DAS merupakan suatu upaya pengelolaan sumberdaya yang menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, sehingga keberhasilannya sangat ditentukan oleh berbagai pihak yang terlibat. Institusi yang terlibat dalam penataan ruang DAS Ciliwung hulu dapat dibagi menjadi institusi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Institusi yang berkaitan dengan penataan ruang maupun permukiman di DAS Ciliwung hulu meliputi pemerintah pusat, provinsi dan daerah. Sebagai bagian dari kawasan strategis nasional penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur dibuat dan dikontrol oleh pemerintah pusat melalui BKPRN dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep PU. Saat ini telah dikeluarkan Perpres No 582008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Dengan demikian segala bentuk penataan ruang di kawasan ini harus berpedoman pada Perpres tersebut. Rencana tata ruang yang dibuat pusat tersebut merupakan payung bagi perencanaan di tingkat provinsi dan kabupatenkota di kawasan Jabodetabekpunjur. Sehingga secara kelembagaan peran dari Pemda Kabupaten Bogor dalam penataan ruang maupun permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah mengoperasionalkan Rencana Penataan Ruang Jabodetabekpunjur untuk lingkup Kabupaten Bogor. Institusi di tingkat kabupaten Bogor yang paling banyak berperan adalah Dinas Tata Ruang dan Lingkungan hidup, Badan perencanaan Daerah Bapeda dan Dinas Ciptakarya bidang tata bangunan dan bidang perumahan. Keterlibatan institusi penataan ruang di DAS Ciliwung dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsi masing-masing institusi Tabel 21. Tabel 21 Tugas Pokok dan Fungsi Institusi Terkait Penataan Ruang dan Permukiman Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang Permukiman PUSAT 1.BKPRN 1. Perumusan dan Koordinasi di bidang : perencanaan, penanganan masalah, dan penyusunan peraturan tata ruang. 2. Pemaduserasian antara undang-undang penataan ruang dengan peraturan Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang Permukiman pemda; penatagunaan tanah dan SDA lainnya dengan rencana tata ruang 3. Pemantauan terhadap pelaksanaan RTRWN dan memanfaatkan hasilnya untuk penyempurnaan rencana tata ruang. 4. Penyelarasan RTRWN, RTRWP, RTRW KabKota dalam rangka pengembangan wilayah , serta pengembangan dan penetapan prosedur pengelolaan tata ruang. 5. Pembinaan terhadap kelembagaan dan SDM penyelenggara penataan ruang; penentuan prioritas terhadap kawasan-kawasan strategis nasional dalam rangka pengembangan wilayah; dan standardisasi perpetaan tata ruang. 2.Ditjen Penataan Ruang Dep PU Tugas :Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penataan ruang Fungsi: 1. Perwujudan dan pembinaan perwujudan tata ruang daerah; 2. Penjabaran rumusan kebijakan Departemen dalam mendukung sinkronisasi rencana dan pelaksanaan pembangunan di bidang pekerjaan umum berbasis penataan ruang; 3. Penyiapan rencana terpadu pengembangan infrastruktur jangka menengah sebagai bahan penyusunan rencana strategis sektor; 4. Perumusan norma, standar, pedoman manual, dan kriteria di bidang penataan ruang; 5. Penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional dan pulau; 6. Pemberian pembinaan teknis dan bantuan teknik penataan ruang wilayah propinsi, kabupatenkota, dan kawasan perkotaan dan perdesaan; 7. Penyiapan dukungan pelaksanaan koordinasi penataan ruang secara nasional. 3. Ditjen Cipta Karya Dep Pu Tugas : merumuskan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Cipta Karya. Fungsi : 1. Penyusunan kebijakan, program anggaran serta evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya. 2. Pembinaan teknis dan penyusunan NSPM untuk air minum, air limbah, persampahan, drainase, teriminal, apsar dan fasos-fasum lainnya. 3. Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan. 4. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Serta standarisasi bidang permukiman, air minum, penyehatan lingkungan permukiman dan tata bangunan. 5. Penyediaan infrastruktur PU bagi pengembangan kawasan perumahan rakyat. 6. Fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan. 7. Penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuhnelayan, perdesaan, daerah perbatasan, kawasan terpencil dan pulau-pulau kecil. 8. Penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air. 9. Pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan bangunan gedung dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara. 10. Penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan infrastruktur permukiman akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang Permukiman 4. BP DAS Citarum-Ciliwung Tugas dan Fungsi : 1. Penyusunan Rencana pengelolaan DAS, 2. Penyusunan dan Penyajian Informasi DAS, 3. Pengembangna model, Pengelolaan DAS, 4. Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan DAS, 5. Pemantauan dan Evaluasi PengelolaanDAS. PROVINSI : 1.Bakorwil Bogor. Perumusan kebijakan teknis kordinasi di bidang pemerintahan, perekonomian, kesejahteraan di wilayah. 2. Bapeda Prov Jabar Tugas : Merumuskan kebijakan perencanaan dan penilaian atas pelaksanaan nya; memfasilitasi dan mediasi perencanaan daerah; mengkoordinasi evaluasi dan pelaporan atas perencanaan daerah. Fungsi : 1. Menyusun RPJP, RPJM dan RPTRKPD. 2. Menyelenggarakan musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang penyusunan RPJP, RPJM dan RKPD 3. Menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencana an pembangunan antar kabupatenkota. 4. Melaksanakan pembinaan pada Bappeda kabupatenkota melalui pemberian pedoman dan standar mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, kualitas dan pengendalian. 5. Memberi bimbingan, supervisi dan konsultasi pada Bappeda Kabupaten kota. 6. Menyusun RTRW Provinsi. 7. Memfasilitasi musrenbang RKPD kabupatenkota . KABUPATEN 1.Bappeda Kab. Bogor Tugas dan fungsi: 1. Perumusan Kebijakan di Bidang Perencanaan Daerah. 2. Koordinasi Perumusan Kebijakan di Bidang Perencanaan Daerah. 3. Pelayanan Penunjang Kebijakan di Bidang Perencanaan Daerah. 2. Dinas Cipta Karya Kab. Bogor : a. Bidang Tata Bangunan Tugas dan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang tata bangunan. 2. Pengendalian dan pengawasan bangunan non perumahan. 3. Pelayanan perizinan IMB non perumahan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Bogor serta tercapainya PAD dari sektor IMB non perumahan. b. Bidang Perumahan Tugas dan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang perumahan dan prasarana lingkungan. 2. Pengelolaan perumahan dan pemukiman. 3. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan IMB perumahan serta tercapainya PAD dari sektor IMB perumahan. 4. Peningkatan kualitas lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat melalui program perbaikan perumahan dan permukiman. 3. Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kab.Bogor 1. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang penataan ruang dan lingkungan. 2. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang pembinaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. 3. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang pengembangan lingkungan. 4. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang pengendalian dan lingkungan. 5. Pemberian perizinan dan pelayanan umum bidang tata ruang dan Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang Permukiman lingkungan hidup. 6. Pelaksanaan tugas pembantuan bidang tata ruang dan lingkungan hidup. 4. Dinas Polisi Pamong Praja Kab. Bogor Tugas: Pelaksanaan penegakan peraturan daerah dalam lingkup wewenang polisi pamong praja. 5. BPN Kab Bogor Tugas : Melaksanakan administrasi pertanahan. 6. Dinas Pertanian Kehutanan Kab. Bogor Tugas: Melaksanakan kewenangan pemda di bidang pertanian dan kehutanan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan tugas pembangunan. Fungsi antara lain: 1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan. 2. Perumusan kebijakan teknis operasional. 3. Perizinan usaha. 4. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang pertanian dan kehutanan. Berbagai institusi tersebut ditinjau berdasarkan tugas pokok dan fungsinya mempunyai saling keterkaitan satu dengan yang lain dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang termasuk permukiman di DAS Ciliwung hulu.

4.5.4. Mekanisme dan Prosedur Perizinan Pembangunan Permukiman

Mekanisme dan prosedur perizinan pembangunan permukiman dilakukan melalui izin lokasi atau Izin Peruntukan Penggunaan Tanah IPPT dan izin mendirikan bangunan IMB. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN No 21999 tentang izin lokasi, menyebutkan bahwa izin lokasi merupakan izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. Izin lokasi diberikan apabila pemanfaatan ruang yang akan dilakukan sesuai dengan RTRW Kabupatenkota. Luas penggunaan lahan oleh suatu perusahaan atau satu grup perusahaan untuk pengembangan perumahanpermukiman dalam satu provinsi maksimum 400 ha. Izin lokasi tersebut diberikan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan luas lahan. Izin lokasi berlaku satu tahun untuk luas lahan sampai 25 ha. Izin lokasi berlaku dua tahun untuk luas lahan antara 25-50 ha. Izin lokasi berlaku tiga tahun diberikan untuk luas lahan lebih dari 50 ha. Tenggang waktu berlakunya izin lokasi dapat diperpanjang 1 tahun apabila pembebasan lahan telah mencapai 50 . Apabila tidak selesai dalam tenggang waktu yang diberikan maka terhadap bidang-bidang tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan sebagai berikut : a. Dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman modal dengan penyesuaian mengenai luas pembangunan, dengan ketentuan bahwa apabila diperlukan masih dapat dilaksanakan perolehan tanah sehingga diperoleh bidang tanah yang merupakan satu kesatuan bidang. b. Dilepaskan kepada perusahaan atau pihak lain yang memenuhi syarat Gambar 14. Gambar 14. Prosedur Izin LokasiPMNAKBPN No 21999 Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan aspek penguasaan tanah dan tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, serta kemampuan tanah. Surat keputusan izin lokasi dikeluarkan setelah dilakukan rapat koordinasi. Rapat koordinasi disertai konsultasi dengan masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon. Konsultasi meliputi empat aspek yaitu : a. Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan tanah serta penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan tanah tersebut. b. Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah untuk memperoleh penjelasan tentang rencana penanaman modal dan mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemui. c. Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh data sosial dan lingkungan yang diperlukan. d. Peran serta masyarakat berupa usulan tentang alternatif bentuk dan besarnya ganti kerugian dalam perolehan tanah. Pemegang izin lokasi mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut : a. Diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal izin lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan dengan cara jual beli, pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah atau cara lain sesuai ketentuan yang berlaku. b. Sebelum tanah dibebaskan, semua hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah tersebut tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah untuk memperoleh tanda bukti hak sertifikat, dan kewenangan untuk menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi atau usahanya sesuai rencana tata ruang yang berlaku, serta kewenangan untuk mengalihkannya kepada pihak lain. Pemegang tanah yang bersangkutan dibebaskan dari pihak-pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan, dan tidak menutup atau mengurangi aksebilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi, dan menjaga serta melindungi kepentingan umum. c. Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan pihak lain, maka kepada pemegang izin lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya. Berdasarkan Keputusan Presiden no 342003 tentang Kebijakan nasional di bidang pertanahan, kewenangan pemerintah di bidang pertanahan dilaksanakan oleh kabupaten. Kewenangan tersebut berupa : a. Pemberian izin lokasi; b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan; c. Penyelesaian sengketa tanah garapan; d. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan; e. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee; f. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; g. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; h. Pemberian izin membuka tanah; i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten Sesuai dengan Keppres No 342003 dan PMNAKBPN No 21999, di Kabupaten Bogor, Surat keputusan pemberian izin lokasi ditandatangani oleh Bupati, setelah diadakan rapat koordinasi antar instansi terkait, yang dipimpin oleh Bupati atau oleh pejabat yang ditunjuk secara tetap. Susunan Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi di Kabupaten Bogor berdasarkan SK Bupati Bogor No 503KptsHuk1999 adalah sebagai berikut: Penanggung Jawab : Bupati dan Wakil Bupati Ketua : Sekretaris Daerah Wk Ketua I : Ketua Bappeda Wk Ketua II : Kepala Kantor Pertanahan Sekretaris : Asisten Tata Praja Wk Sekretaris I : Kepala Seksi Tata Guna Tanah Kantor Pertanahan Wakil Sekretaris II : Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah. Anggota tetap : Kepala Dinas Tata Ruang Lingkungan Hidup, Kepala Bagian Hukum, Kepala Bagian Ketertiban, Kepala Bidang Fisik Bapeda. Anggota tidak tetap : Kepala Dinasinstansi sesuai kepentingan permohonan izin lokasi, Camat dan Kepala Desa terkait Penilaian pertimbangan sesuai dengan tupoksi masing-masing dinasinstansi. Selain Izin lokasi, di Kabupaten Bogor terdapat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah IPPT. Menurut Perda Kabupaten Bogor No 192000 tentang Retribusi IPPT, IPPT adalah izin yang diberikan oleh Pemda kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sifat IPPTadalah sebagai keterangan pemanfaatan ruang advice planning yang harus ditempuh sebelum melakukan suatu kegiatan pemanfaatan ruang. Luasan IPPT adalah ≤ 25 ha untuk usaha pertanian dan ≤ 1 ha untuk usaha bukan pertanian. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah IPPT terdiri dari izin perencanaan dan rekomendasi perencanaan. Izin perencanaan merupakan salah satu persyaratan administrasi untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan IMB. Segala ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam izin perencanaan dimaksudkan sebagai pedoman di dalam pelaksanaan pembangunan fisik sehingga sesuai dengan arahan rencana tata ruang. Di kabupaten Bogor setiap orang atau badan hukum yang mengajukan permohonan memperpanjang masa pemakaian tanah milikdikuasai Pemerintah Daerah, rencana tapak lahansite plan dan pemasangan reklame, harus mendapatkan izin perencanaan terlebih dahulu dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. Permohonan IPPT ditolak apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang serta persyaratan yang telah ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. Selain itu IPPT yang telah dikeluarkan dapat dicabut apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya. Izin peruntukan penggunaan tanah IPPT dikelola oleh Dinas Tata Ruang Lingkungan Hidup. Pada prinsipnya IPPT ini merupakan saringan awal bagi setiap kegiatan pemanfaatan ruang agar sesuai berpedoman kepada rencana tata ruang yang ada RTRW. Substansi pokok dari IPPT adalah : a Informasi rencana pemanfaatan ruang pada lokasi yang akan dimanfaatkan dibangun sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku; b Ketentuan teknis : Jenis bangunan; KDBBCR dan KLB maksimum; Garis sempadan GSB, GSP, GSS; dan informasi yang dianggap perlu Gambar 15. Selain IPPTIzin lokasi, untuk mendirikan bangunan diperlukan Izin Mendirikan Bangunan IMB. IMB adalah izin yang diberikan pemda kepada perorangan atau badan untuk membangun. Mendirikan bangunan adalah suatu kegiatan membangun, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, dan memperluas bangunan. Gambar 15 Mekanisme Pemberian Izin Lokasi dan IPPT Kabupaten Bogor Selain IPPTIzin lokasi, untuk mendirikan bangunan diperlukan Izin Mendirikan Bangunan IMB. IMB adalah izin yang diberikan pemda kepada perorangan atau badan untuk membangun. Mendirikan bangunan adalah suatu kegiatan membangun, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, dan memperluas bangunan. Di Kabupaten Bogor, IMB diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Cipta Karya atau kepada Camat melalui Kepala Cabang Dinas Cipta Karya. Pembinaan pelaksanaan IMB dilakukan oleh Bupati Kabupaten Bogor yang secara teknis operasional dilaksanakan oleh Kepala Dinas Cipta Karya. Pelaksanaan pengawasan terhadap IMB dan tertib bangunan dilaksanakan oleh Dinas Cipta Karya, Camat, KadesLurah dan masyarakat. Mekanisme dan prosedur pemberian IMB tertera Gambar 16. Gambar 16. Mekanisme Pemberian IMB Berdasarkan Perda Kabupaten Bogor No 232000 tentang IMB dan keputusan Bupati No192002 tentang petunjuk pelaksanaan Perda kabupaten Bogor No 232000, untuk pengesahan IMB selain izin lokasi atau IPPT diperlukan pengesahan Master Plan dan atau Site Plan serta peta situasi. Objek Master plan adalah kawasan non perumahan dan perumahan yang luas lahannya 50 ha yang rencana pembangunannya dilakukan secara bertahap dan atau lebih dari satu fungsi. Objek Site plan adalah setiap rencana tapak pembangunan di suatu lokasi yang memiliki bangunan tidak tunggal danatau memiliki lebih dari satu fungsi, baik kegiatan perumahan maupun non perumahan. Mekanisme pengesahan Master Plan dan Site Plan tertera pada Gambar 17. Gambar 17 Mekanisme Pengesahan Master Plan dan Site Plan di Kabupaten Bogor Objek peta situasi adalah setiap rencana pendirian bangunan dan atau beberapa bangunan di suatu lokasi dengan kriteria luas lahan 3000 m 2 , mempunyai satu fungsi kegiatan perumahan atau non perumahan dan bangunan bersifat tunggal. Mekanisme pengesahan peta situasi tertera pada Gambar 18. Gambar 18 Mekanisme Pengesahan Peta Situasi Kabupaten Bogor Terdapatnya berbagai mekanisme dan prosedur perizinan pembangunan di Kabupaten Bogor tersebut, menunjukkan bahwa dari segi peraturan perundangan , pengendalian pembangunan permukiman dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada. V KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

5.1. Pendahuluan

Pembangunan berkelanjutan bertumpu pada kemampuan daya dukung lingkungan Rees 1996; Khanna et al. 1999; Richard 2002. Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang sering dipakai untuk menentukan daya dukung lingkungan Rees 1996; Richard 2002. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan meningkatkan kebutuhan lahan permukiman, sehingga luas lahan permukiman semakin membesar, sedangkan luas lahan yang sesuai untuk permukiman terbatas, akibatnya daya dukung lingkungan terlampaui Daerah aliran sungai DAS bagian hulu berfungsi sebagai pengatur tata air bagi keseluruhan DAS. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan untuk menjamin berlangsungnya fungsi ekologi DAS. Berdasarkan karakteristik fisik lingkungan, diperkirakan daya dukung lingkungan DAS Ciliwung hulu untuk permukiman terbatas. Hal tersebut ditunjukkan oleh penelitian Syartinilia et al.2006 di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua luas lahan yang tidak potensial untuk dijadikan kawasan lindung non potential protection area atau kawasan yang dapat dijadikan kawasan budidaya sebesar 15,70 dari luas tiga kecamatan tersebut. Oleh karena itu sejalan dengan tujuan pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu, maka pengembangan kawasan permukiman harus diselaraskan dengan daya dukung lingkungan DAS untuk permukiman. DAS Ciliwung hulu mengalami perkembangan permukiman yang pesat, luas lahan permukiman meningkat 5 kali lipat dari 3,96 tahun 1992, menjadi 20,17 tahun 2006. Perkembangan permukiman di DAS Ciliwung hulu selain pesat juga cenderung kurang terkendali, permukiman tidak hanya berlokasi di kawasan permukiman, tetapi juga di kawasan yang seharusnya berfungsi lindung yaitu di hutan lindung dan sempadan sungai. Perkembangan kawasan permukiman di DAS Ciliwung yang pesat dan kurang terkendali, dikhawatirkan akan melampaui daya dukung lingkungan DAS. Pembangunan permukiman yang melebihi daya dukung dapat menjadi pemicu terjadinya degradasi DAS. Salah satu penyebab terjadinya degradasi DAS adalah pemanfaatan lahan dari segi lokasi maupun alokasi tidak sesuai dengan daya dukung DAS Weng 2002: Loi 2006. Degradasi DAS diperlihatkan oleh longsor, lahan kritis, erosi dan limbah permukiman. Longsor antara lain di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua tahun 2007, tahun 2009 terjadi longsor di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung dan tahun 2010 kembali terjadi longsor di Desa Megamendung dan Desa Cipayung Kecamatan Megamendung serta di Desa Leuwimalang Kecamatan Cisarua. Lahan kritis sebesar 4.119,90 ha di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung tahun 2001 Sabar 2004; erosi sebesar 247,28 tonhatahun 2001 menjadi 443,21 tonhatahun pada tahun 2002 Qodariah 2004. Akibat mengalami degradasi, fluktuasi debit sungai Ciliwung membesar, dan sedimentasi meningkat. Fluktuasi debit sungai Ciliwung di Bendung Katulampa cenderung membesar dari 127,90 m 3 detik tahun 1990, menjadi 518,82 m 3 detik tahun 2002 Kadar 2003. Sedimentasi 19,7 tonhatahun 2001 menjadi 36,96 tonhatahun 2002 Qodariah et al. 2004. Dampak selanjutnya adalah banjir pada saat musim hujan dan pasokan air berkurang pada saat musim kemarau, serta kualitas air menurun akibat pencemaran oleh limbah permukiman. Kontribusi DAS Ciliwung hulu terhadap banjir di wilayah Jakarta sebesar 43,2 tahun 1981, meningkat menjadi 50,7 tahun 1999 Irianto 2000. Kualitas air menurun dari 95 WQI tahun 1995 menjadi 70,65 WQI tahun 2005 Fachrul et al. 2005. Konsep daya dukung sebagai operasionalisasi konsep pembangunan berkelanjutan, selain memperhitungkan seberapa besar populasi yang dapat didukung oleh suatu sumberdaya, juga memperhitungkan dimana mereka akan dialokasikan Khanna et al. 1999. Oleh karena itu, untuk mengetahui daya dukung lingkungan DAS, perlu dianalisis alokasi lahan permukiman dan lokasi