5.3.3 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua 5.3.3.1 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Ekologi
Atribut penting yang mempunyai dampak negatif seperti tinggi gelombang, kecepatan arus, dan luas mangrove yang sangat kecil mengakibatkan
pulau ini memiliki indeks kerentanan yang tinggi. Akan tetapi untuk atribut yang berdampak posistif seperti tunggang pasut dan kemiringan lereng haruslah dijaga
kestabilannya mengingat sedimentasi dan abrasi dapat memperburuk atribut ini. Pulai ini memiliki kontur dan kemiringan lereng yang baik untuk memperkecil
dampak bahaya gelombang pasang dan kenaikan muka air laut. Untuk menurunkan tingkat kerentanan pulau ini pada dimensi ekologi diperlukan
penanganan yang serius untuk meminimalkan kecepatan arus dan tinggi gelombang yang dapat mengakibatkan abrasi dan bahaya rob. Hal ini dapat
diminimalkan dengan peningkatan penutupan mangrove sebagai sabuk hijau pantai dan sempadan pantai yang optimal untuk meminimalkan ancaman aksi laut
dan kenaikan muka air laut Gambar 45.
Gambar 45. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Ekologi
1 2
3 4
5 6
7 pantai
keterisolasian pulau luasan zona inti
luasan zona pemanfaatan luasan terumbu karang
luasan mangrove tunggang pasut
kemiringan lereng tinggi gelombang
kecepatan arus kualitas air
Degradasi mangrove Degradasi terumbu karang
Abrasi Rob
Erosi
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
5.3.3.2 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Sosial Ekonomi
Beberapa atribut yang mempunyai peran penting untuk menurunkan kerentanan seperti rendahnya partisipasi dan pemahaman masyarakat akan
pentingnya ekosistem mangrove, serta pendapatan penduduk yang rendah perlu untuk ditingkatkan lagi. Atribut ini sebagai faktor pengungkit yang dapat
meningkatkan kerentanan dimensi sosial pulau Manado Tua. Sedangkan untuk atribut kepadatan penduduk dan tingkat pendidikan harus tetap dijaga dan
ditingkatkan untuk menjaga bahkan menurunkan kerentanan. Peningkatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui sosialiasi dan peningkatan kapasitas
aparat desa untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian ekosistem pesisir khususnya ekosistem mangrove.
selanjutnya akan menyajikan atribut penting sebagai faktor pengungkit kerentanan pulau Manado Tua dimensi ekologi Gambar 46.
5.3.3.3 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Kelembagaan
Atribut yang memiliki peran penting yang bersifat negatif dalam dimensi ini adalah kesiapan infrastruktur, kualitas koordinasi, kualitas implementasi, dan
kualitas monitoring. Beberapa atribut tadi menjadi faktor pengungkit yang meningkatkan kerentanan pulau Manado Tua dimensi kelembagaan, sedangkan
Gambar 46. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Sosek
0,5 1
1,5 2
2,5 Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk Partisipasi Masyarakat
Pemahaman Masyarakat Tingkat Pendidikan
Pendapatan masyarakat Keterpencilan ekonomi
Dampak dari TNB kepadatan bangunan
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
atribut yang memberikan nilai positif dalam dimensi ini adalah kepatuhan terhadap aturan dalam pemanfaatan sumberdaya khususnya mangrove pulau ini
masih baik, hal ini perlu dijaga dan ditingkatkan. berikut ini akan memperlihatkan peran atribut penting yang mempengaruhi kerentanan pulau
Manado Tua pada dimensi kelembagaan Gambar 47. 5.3.4 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain
5.3.4.1 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Ekologi
Dimensi ini mendapat pengaruh negatif dari atribut luasan mangrove dan luas zona inti yang kecil, serta kecepatan arus yang kuat. Sedangkan atribut yang
bersifat posistif ialah kondisi kemiringan lereng dan kualitas air yang baik. Reboisasi mangrove dan optimasi zona kawaan PKK akan mampu mengangkat
dimensi ini kearah yang lebih baik. Sedangkan untuk kualitas air supaya tetap dijaga untuk menunjang pelestarian ekosistem pesisir yang ada. selanjutnya akan
menampilkan atribut yang mempunyai peran penting dalam mempengaruhi tingkat kerentanan pulau Nain dimensi ekologi Gambar 48.
Gambar 47. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Manado Tua Dimensi Kelembagaan
1 2
3 4
Kualitas Perencanaan Kualitas koordinasi
Kualitas Implementasi Kualitas Monitoring
Kualitas Evaluasi Kepatuhan aturan
Kesiapan Infrastruktur Peran Perguruan tinggi
Pendampingan Masyarakat
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
5.3.4.2 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Sosial Ekonomi
Beberapa faktor yang mempengaruhi indeks ini ke arah negatif adalah kepadatan penduduk yang tinggi, tingkat partisipasi yang rendah dan pemahaman
masyarakat yang masih rendah tentang fungsi ekosistem mangrove. Sedangkan untuk atribut yang memberikan konteribusi positif yaitu pendapatan masyarakat yang baik
dibandingkan pulau yang lain. Masyarakat pulau ini menggantungkan ekonominya terhadap hasil rumput laut, akan tetapi perlu diingat bahwa untuk meningkatkan
produksi dari rumput laut masyarakat pulau ini menggunakan kayu mangrove untuk membuat meja sebagai tempat untuk menjemur rumput laut tersebut. Hal ini harus
diminimalkan untuk mencegah keruskan ekosistem mangrove pulau ini khususnya dan kawasan TNB umumnya. selanjutnya akan menampilkan atribut penting yang
mempengaruhi kerentanan pulau Nain dimensi kelembagaan Gambar 49. Gambar 48. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Ekologi
Gambar 49. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Sosial Ekonomi
2 4
6 8
10 12
Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk
Partisipasi Masyarakat Pemahaman Masyarakat
Tingkat Pendidikan Pendapatan masyarakat
Keterpencilan ekonomi Dampak dari TNB
Kepadatan bangunan
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
1 2
3 4
5 6
pantai keterisolasian pulau
luasan zona inti luasan zona pemanfaatan
luasan terumbu karang luasan mangrove
tunggang pasut kemiringan lereng
tinggi gelombang kecepatan arus
kualitas air Degradasi mangrove
Degradasi terumbu karang Abrasi
Rob Erosi
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
5.3.4.3 Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Kelembagaan
Kerentanan dimensi kelembagaan dipengaruhi oleh atribut kualitas koordinasi, implementasi dan monitoring yang sangat buruk, sedangkan satu-
satunya indeks yang baik adalah indeks kepatuhan terhadap aturan. Jaraknya yang jauh dari daratan dan minimnya sarana transportasi membuat pulau ini seperti
kuarang diperhatikan oleh pihak pengelola. Hal yang cukup membanggakan bahwa kesadaran masyarakat pulau ini masih baik dalam melestarikan mangrove
yang mereka miliki. Membutuhkan energi yang besar untuk menurunkan kerentanan dimensi ini ke keadaan yang lebih baik. Yang diperlukan sekarang
adalah keterlibatan semua pihak dalam memperbaiki sistem pengelolaan yang belum optimal pada pulau ini. selanjutnya akan menampilkan atribut penting
yang mempengaruhi kerentanan dimensi kelembagaan pulau Nain Gambar 50.
Gambar 50. Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau Nain Dimensi Kelembagaan
2 4
6 8
10 12
Kualitas Perencanaan Kualitas koordinasi
Kualitas Implementasi Kualitas Monitoring
Kualitas Evaluasi Kepatuhan aturan
Kesiapan Infrastruktur Peran Perguruan tinggi
Pendampingan Masyarakat
Perubahan root mean square RMS jika suatu atribut dihilangkan
Leverage of Attributes
5.4 Proyeksi Kerentanan Pulau-pulau Kecil Berbasis Mitigasi
Proyeksi perubahan indeks kerentanan melalui skenario optimis adalah pendekatan yang digunakan untuk memprediksi indeks kerentanan pada masing-
masing pulau apabila diberikan perlakuan posisitif. Proyeksi ini dapat disesuaikan dengan program dan anggaran dari pengelola TNB untuk beberapa tahun kedepan.
Besarnya perubahan yang diinginkan akan mempengaruhi waktu dari perubahan indeks kerentanan tersebut. Sebagai contoh Pada Gambar 51. indeks kerentanan
akan turun apabila di berikan skenario optimis 15, pada pulau Nain yang merupakan pulau dengan indeks kerentanan tertinggi 0.7 dengan perlakuan
sebesar 15 pada masingmasing dimensi pada tahun 2012 dapat turun ke tingkat kerentanan sedang, dan pada tahun 2014 apabila masih mendapat perlakuan yang
sama maka akan turun sampai pada level kerentanan rendah. Hal ini juga berlaku pada pulau yang lain. Sebaliknya pada Gambar 52. memperlihatkan bahwa
apabila terjadi kenaikan tingkat kerentanan sebesar 5 maka dapat dilihat prediksi indeks kerentanan pada waktu tahun tertentu. Pulau Nain yang pada
tahun 2011 berada pada tingkat kerentanan yang tinggi apabila terjadi kenaikan 5 pada indeks ini maka pada tahun 2013 sudah berada pada level kerentanan
sangat tinggi. Sama halnya dengan proyeksi menggunakan skenario optimis, besarnya kenaikan dipengaruhi laju kenaikan indeks kerentanan dan waktu.
Hal ini berarti semakin rendah tingkat kerentanan yang menjadi tujuan maka perlakuan yang diperlukan akan semakin besar. Beberapa atribut yang dapat
diberikan perlakuan adalah peningkatan luasan mangrove, luas terumbu karang, dan kualitas air untuk meminimalkan abrasi, rob, dan sedimentasi. Sedangkan
untuk atribut yang tidak bisa diberikan perlakuan langsung maka perlakuan yang diberikan adalah mempertahankan fungsinya untuk menunjang keberlanjutan
pengelolaan. Pada dimensi sosial ekonomi dimana semua atribut dapat dikendalikan
maka perlakuan dapat diberikan terhadap seluruh atribut kerentanan. Untuk menurunkan tingkat kerentanan pada dimensi ini diperlukan peningkatan pendapat
masyarakat, tingkat pendidikan, pemahaman masyarakat, partisipasi masyarakat dan insentif dari TNB, sedangkan untuk atribut pertumbuhan penduduk,
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, dan keterpencilan ekonomi harus
0,0 0,2
0,4 0,
0, 1,0
1,2 1,4
1, 1,
2,0
Inde ks
Ke rent
anan
dapat kerent
semua kualita
kepatu pendam
Indeks K ere
nta nan
2 4
6 8
2 4
6 8
2011 2012
2013 2014
ditekan d tanan pada
a atribut yan as koordinas
uhan aturan mpingan ma
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
2011 2012
2013
Gambar
Gambar
2014 2015
2016 2017
2018
dan dikenda dimensi ke
g mempenga si, kualitas i
n, kesiapan asyarakat.
2014 2015
2016 2017
2018
r 51. Proyek Sken
r 52. Proyek Ske
2018 2019
2020 2021
2022
alikan. Sed lembagaan
aruhinya ant mplementas
n infrastruk
2018 2019
2020 2021
2022
ksi Perubahan nario Optim
ksi Perubahan enario Pesim
2023 2024
2025 2026
202
dangkan unt dapat dilak
tara lain pen si , kualitas m
ktur, peran
2023 2024
2025 2026
n Indeks Ker mistik
μ=15
n Indeks Ker mistik
μ=5
2027 2028
2029 2030
tuk menuru kukan denga
ninkatan kua monitoring, k
n perguruaa
2027 2028
2029 2030
rentanan Me
rentanan Me
Tahun Proyek Manteha
Bunaken Manado
Nain
unankan tin an meningka
alitas perenca kualitas eval
an tinggi,
Tahun Proyek Mantehag
Bunaken Manado T
Nain
elalui
elalui
ksi age
n Tua
ngkat atkan
anan, luasi,
dan
ksi ge
Tua
5.5 Efektivitas Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Penyangga
Hasil analisis terhadap kondisi existing ekosistem mangrove PPK TNB memperlihatkan bahwa pulau Mantehage adalah pulau dengan ekosistem
mangrove terluas dengan lebar rata-rata sebesar 400 m, dan menutupi garis pantai sepanjang 15642.63 m. Dengan kondisi ini ekosistem mangrove pulau mantehage
termasuk pulau dengan lebar mangrove yang ideal sebagai zona penyangga. Lebar mangrove pulau ini bahkan telah melebihi lebar mangrove ideal sebesar
289.50 m. Kebutuhan lebar mangrove ideal hanya sebesar 110.50 m dengan kondisi tunggang pasut sebesar 85 cm Keppres 3290.
Pulau Bunaken dengan tunggang pasut sebesar 130 cm membutuhkan lebar ideal mangrove sebesar 169 m. Pada kondisi existing pulau ini telah
memiliki lebar mangrove sebesar 200 m, yang berarti telah melewati kondisi ideal sebesar 31 m atau sekitar 18 dari lebar ideal.
Lain halnya dengan pulau Manado Tua, dengan tunggang pasut sebesar 167 cm lebar mangrove ideal yang dibutuhkan adalah sebesar 217.1 m, sedangkan
lebar existing ekosistem mangrove pulau ini hanya sebesar 50 m. Hal ini mengindikasikan bahwa pulau ini kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove
sebesar 167.1 m atau sekitar 77 dari lebar ideal. Ekosistem mangrove pulau Nain dengan tunggang pasut sebesar 158 cm
membutuhkan lebar ideal ekosistem mangrove sebesar 205.40 m. Lebar existing ekosistem mangrove rata-rata pulau ini hanya sebesar 50 m. Dengan kondisi ini
maka pulau Nain kekurangan lebar ideal mangrove sebesar 155.40 m atau sebesar 75.7 dari lebar ideal.
Tabel 17. Luas dan Lebar Ideal Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Peyangga Berdasarkan Keppres No.32 Tahun 1990
Variabel Kode
satuan Pulau
Mantehage Bunaken Manado
Tua Nain
Tunggang pasut TP cm
85.0 130.0
167.0 158.0
Lebar ideal ekosistem mangrove LIEM cm
11050.0 16900.0
21710.0 20540.0
Lebar ekosistem mangrove existing LME cm
40000.0 20000.0
5000.0 5000.0
Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove KLIEM cm
+28950.0 +3100.0
16710.0 15540.0
Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove KLIEM
+262.0 +18.3
77.0 75.7
Sumber : Analisis data 2011
Tabel 18. Prediksi Efektivitas Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Penyangga
Kondisi Skenario
Variabel Pulau
Mantehage Bunaken Manado
Tua Nain
Existing Lebar Ekosistem mangrove m
400 200
50 50
Tinggi gelombang cm 100
130 150
120 Tinggi genangan rob
51 84
83 Arus penyebab abrasi
35 56
55 Gaya hidrolis
3 43
41 Keppres
No.32 Tahun1990
Lebar Ekosistem mangrove m 110
169 217
205 Tinggi gelombang cm
100 130
150 120
Tinggi genangan rob 64
57 48
50 Arus penyebab abrasi
43 38
34 34
Gaya hidrolis 17
8 4
2 Rekomendasi
Lebar Ekosistem mangrove m 400
520 600
480 Tinggi gelombang cm
100 130
150 120
Tinggi genangan rob Arus penyebab abrasi
Gaya hidrolis Kapasitas
Realistis Lebar Ekosistem mangrove m
400 300
100 300
Tinggi gelombang cm 100
130 150
120 Tinggi genangan rob
27 70
26 Arus penyebab abrasi
21 45
20 Gaya hidrolis
2 24
1 Sumber : Analisis data 2011; Modifikasi dari Harada dan Imamura 2003 diacu dalam Subandono dan Budiman 2009
Setelah mendapatkan hasil analisa lebar dan luasan ideal dari ekosistem mangrove ini dilanjutkan dengan analisa efektivitas ekosistem mangrove sebagai
zona penyangga berdasarkan analisa sebelumnya. Hasil menunjukkan bahwa dengan menggunakan lebar ideal dari Keppres No.32 Tahun 1990 lebar ekosistem
mangrove belum mampu untuk mereduksi secara total aksi laut yang mempunyai potensi untuk menimbulkan bencana seperti rob dan abrasi yang menjadi masalah
PPK TNB. Tabel 18. memperlihatkan bahwa dengan lebar ekosistem mangrove 110.5 m pada pulau Mantehage yang memiliki tinggi gelombang 100 cm maka
tinggi genangan rob masih tersisa 64, arus 43, dan gaya hidrolis 17. Hal yang sama terlihat pada pulau Bunaken, dengan menggunakan lebar
ideal hasil analisis tadi, maka lebar mangrove Pulau Bunaken apabila hanya mencapai 169 m, maka tinggi genangan rob tersisa sebesar 57 dan arus
penyebab abrasi masih tersisa 38, diikuti oleh sisa dari gaya hidrolis sebesar 8. Pada kasus kedua pulau ini, kondisi exisitng masih jauh lebih efektif dalam
mengatasi abrasi dan rob dipulau ini. Lain halnya dengan pulau Manado Tua, dengan lebar ekosistem mangrove
sebesar 217.1 m, dan tinggi gelombang 150 m, lebar ekosistem mangrove ideal berhasil menurunkan tinggi genangan rob hingga tersisa 48, arus tersisa 34,