Indeks nilai penting Faktor Pengungkit Kerentanan Pulau-pulau Kecil

dimensi akhir yang diperkecil tersebut merupakan kombinasi linier linear combination dari dimensi variabel awal Susilo 2005.

3.6 Proyeksi Kerentanan Pulau Kecil Berbasis Mitigasi

Proyeksi kerentanan PPK TN Bunaken dengan menggunakan skenario optimistik bertujuan untuk mengetahui nilai kerentanan masing-masing pulau apabila diberikan perlakuan untuk menurunkan tingkat kerentanan. Proyeksi ini dapat menginformasikan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat kerentanan yang diinginkan sesuai dengan besarnya perlakuan yang diberikan. Sedangkan untuk skenario pesimistik bertujuan untuk mengetahui prediksi waktu apabila terjadi kenaikan tingkat kerentanan pada suatu pulau. Untuk memprediksi indeks kerentanan pada waktu t menggunakan skenario optimistik dan pesimistik maka digunakan persamaan sebagai berikut: IK μ IK Skenario optimistik IK μ IK Skenario pesimistik IK t = Indeks kerentanan pada waktu t IK = Indeks kerentanan pada waktu awal μ = Laju perubahan indeks kerentanan t = waktu prediksi t = 1, 2, 3, … i = Nama pulau kecil

3.7 Efektivitas Ekosistem Mangrove Sebagai

Buffer Zone Efektifitas ekosistem mangrove sebagai buffer zone berbasis mitigasi dianalisa dengan pendekatan mencari nilai optimal lebar ekosistem mangrove sebagai zona penyangga. Menurut Keppres no.32 tahun 1990 Bab IV Pasal 27 tentang pengelolaan kawasan lindung, lebar hutan mangrove yang ideal adalah 130 kali tinggi tunggang pasut. Setelah mendapatkan hasil ini, langkah selanjutnya adalah menganalisa efektivitas mangrove sebagai pereduksi aksi laut dengan menggunakan tabel hasil modifikasi dari Harada dan Imamura 2003 diacu dalam Subandono dan Budiman 2009. Melalui hasil analisa ini langkah selanjutnya adalah membuat skenario pengelolaan ekosistem mangrove dengan berpedoman pada hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya dan proyeksi luasan mangrove. Analisa ini akan mendapatkan hasil lebar dan luasan ekosistem mangrove yang diperlukan masing-masing pulau sebagai zona penyangga yang ideal, baik menggunakan acuan dari Keppres No.32 Tahun 1990 ataupun hasil rekomendasi penelitian ini. Analisa lanjutan dari hasil ini adalah melihat seberapa besar efektivitas ekosistem mangrove setelah mendapatkan luasan ideal terhadap aksi laut. Beberapa skenario dibuat untuk melihat sejauh mana efektivitas ekosistem mangrove apabila terjadi perubahan pada lebar dan luasan ekosistem mangrove. Setelah mendapatkan lebar ideal ekosistem mangrove, hal ini coba diaplikasikan pada lokasi penelitian. Karakteristik pesisir yang berbeda akan mempengaruhi skenario ini. Kapasitas suatu lingkungan pesisir sangat menentukan seberapa besar ekspansi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan fungsi ekosistem mangrove sebagai zona penyangga. Untuk mendapatkan hasil ini dilakukan analisa terhadap karakteristik lingkungan PPK untuk mendukung skenario yang telah dibuat sebelumnya, dengan tujuan meminimalkan degradasi lingkungan PPK. Untuk mengetahui kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap karbon dan karbondioksida, pedoman yang digunakan adalah literatur Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2007 yang menyatakan bahwa dalam 1 km 2 ekosistem mangrove mampu menyerap 221.51 ton Cthn dan karbondioksida 810.75 ton CO 2 thn.