dimensi atau atribut mana yang menjadi sasaran utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi.
Prioritas utama pengelolaan pada dimensi ekologi adalah tutupan mangrove yaitu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas mangrove yang ada
melalui rehabilitasi dan restorasi ekosistem mangrove yang rusak Gambar 58. Selanjutnya adalah peningkatan kualitas lingkungan perairan ekosistem mangrove
melalui pengendalian limbah dan bahan pencemar dari daratan dan mengurangi sedimentasi, hal ini tidak saja berdampak pada ekosistem mangrove sendiri
melainkan pada ekosistem yang ada didepannya yaitu padang lamun dan terumbu karang. Atribut selanjutnya adalah peningkatan kualitas dari zona inti yang pada
saat ini dirasakan belum optimal dari segi kuantitas dan kualitasnya. Begitu juga dengan zona pemanfaatan yang perlu dikaji lagi tentang luasan serta aturan yang
harus diterapkan pada zona ini. Kesalahan persepsi mengakibatkan masyarakat mengangap bahwa zona pemanfaatan adalah zona yang bisa dieksploitasi tanpa
batas toleransi atau memperhitungkan daya dukung. Prioritas selanjutnya adalah pada dimensi sosial ekonomi. Pada dimensi ini
atribut pendapatan masyarakat menjadi prioritas utama dalam pengelolaan Gambar 59. Minimnya pendapatan masyarakat membuat mereka tidak
mempunyai pilihan lain untuk mengeksploitasi sumberdaya yang ada. Selain itu atribut selanjutnya ada tingkat pendidikan, yang masih berhubungan dengan
pendapatan masyarakat sangat mempengaruhi tindakan seseorang dalam mengeksploitasi sumberdaya. Ketidaktahuan akan resiko akibat pemanfaatan yang
melebihi daya dukung serta minimnya pengetahuan akan hukum dan peraturan membuat tekanan terhadap ekosistem pesisir terus meningkat. Atribut selanjutnya
adalah parisipasi masyarakat dan pemahaman masyarakat akan fungsi dari ekosistem mangrove. Minimnya partisipasi masyarakat mengakibatkan beberapa
program yang dicanangkan tidak berjalan dengan baik. Masyarakat masih bergantung pada bantuan pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat dalam
menjaga ekosistem mereka. Belum terlihat adanya swadaya masyarakat dalam menjaga serta melestarikan ekosistem mangrove, serta rasa mengahargai atas jasa
dari ekosistem mangrove terhadap manusia. Sampai saat ini ekosistem mangrove
masih dirasakan sebagi ekosistem yang kurang produktif dibandingkan ekosistem terumbu karang yang mampu menghasilkan nilai ekonomi yang lebih nyata.
Sedangkan untuk dimensi kelembagaan prioritas utama terlihat adalah perbaikan tatakelola kawasan konservasi TNB Gambar 60. Peningkatan
tatakelola yang dimaksud adalah peningkatan kualitas dari tahap perencanaan program, koordinasi, implementasi, dan kontrol yang didalamnya termasuk
evaluasi dan monitoring terhadap program yang dibuat. Pelibatan masyarakat serta sosialiasi yang baik akan mampu memperbaiki kualitas dari elemen-elemen
diatas tadi. Selanjutnya adalah atribut peningkatan kualitas infrastruktur sperti jalan, listrik, selokan, ketersedian air bersih dan saran penunjang restorasi atau
reboisasi ekosistem mangrove. Atribut selanjutnya adalah pengembangan sumberdaya manusia pihak pengelola yang perlu dievaluasi serta ditingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi khususnya terhadap ekosistem mangrove. Sedangkan atribut yang terakhir adalah peningkatan peran
institusi lokal dalam meningkatakan dan mengembangkan kawasan konservasi ini menjadi lebih baik untuk kedepannya dengan mengakomodir semua kebutuhan
sekarang tanpa mengurangi kebutuhan masa yang akan datang. Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisi dan permasalahan exisiting,
tingkat kerentanan masing-masing pulau, efektvitas ekosistem mangrove, dan pola pengeloaan yang efektif untuk meminimalkan kerentanan serta meningkatkan
efektivitas mangrove, sub bab selanjutnya akan menyajikan implikasi strategi pengelolaan ekosistem mangrove berbasiskan mitigasi. Strategi ini terdiri dari
tiga dimensi yaitu ekologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi dari ekosistem mangrove baik fungsi
ekologi, sosial, dan ekonomi. Diharapkan melalui strategi ini dapat meminimalkan kerentanan pulau kecil melalui pengelolaan ekosistem mangrove yang baik.
Gambar 56. Prioritas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Tingkat Dimensi
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
Skenario B Skenario A
Skenario C
Ekologi Sosek
Kelembagaan
Gambar 58. Prioritas Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dimensi Ekologi Gambar 57. Prioritas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Tingkat Atribut
Gambar 59. Prioritas Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dimensi Sosial Ekonomi
Gambar 60. Prioritas Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dimensi Kelembagaan
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
Skenario B Skenario A
Skenario C
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
Skenario B Skenario A
Skenario C
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
Skenario B Skenario A
Skenario C
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30
Skenario B Skenario A
Skenario C
Level:Atribut Tutupan Mangrove
Kualitas Lingkungan Mangrove Kualitas dan Kuantitas Zona inti
Kualitas dan Kuantitas Zona Pemanfaatan Pendapatan masyarakat
Tingkat Pendidikan Masyarakat Others
Tutupan Mangrove Kualitas Lingkungan Mangrove
Kualitas dan Kuantitas Zona inti Kualitas dan Kuantitas Zona Pemanfaatan
Kualitas Tatakelola Kesiapan Infrastruktur
Pengembangan SDM Peran Institusi lokal
Pendapatan masyarakat Tingkat Pendidikan Masyarakat
Partisipasi masyarakat Pemahaman Masyarakat
5.8 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Mitigasi
Pelestarian ekosistem mangrove merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan
sikap akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada di sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi
kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat yang
sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove, diberikan porsi yang lebih besar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat
sebagai komponen utama penggerak pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem mangrove perlu untuk
diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya ekosistem mangrove.
Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian mangrove, terdapat beberapa konsep yang dapat diterapkan untuk memberikan legitimasi dan pengertian bahwa
mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari. Konsep tersebut adalah: 1 perlindungan hutan mangrove, dengan
menunjuk suatu kawasan ekosistem mangrove untuk menjadi kawasan hutan konservasi, dan sebagai suatu bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi
sungai, dan 2 rehabilitasi hutan mangrove, dengan melakukan penghijauan terhadap hutan-hutan yang telah gundul sehingga dapat mengembalikan nilai
estetika dan nilai fungsi ekologis kawasan ekosistem mangroveyang telah rusak. Selain kedua konsep di atas, faktor yang juga sangat berkaitan dengan pola
pengelolaan dan merupakan titik sentral dalam pembangunan berbasis masyarakat adalah prilaku manusia. Karena melalui perilakulah manusia berinteraksi dengan
manusia lain dan lingkungan sekitarnya, dimana banyak prilaku manusia dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan sumberdaya alam. Untuk itu diperlukan
suatu strategi pengelolaan dengan keterlibatan masyarakat sebagai subyek pembangunanpengelolaan kawasan pesisir terutama kawasan mangrove sehingga
segenap permasalahan yang terdapat di TNB yang dapat mengancam keberlanjutan pengelolaan dan kelestarian ekosistem mangrove di wilayah
tersebut.
Adapun strategi dan implementasi yang perlu dikembangkan kaitannya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan sumberdaya
ekosistem mangrove di TNB dalam upaya penanganan permasalahan yang terdapat di TNB antara lain yaitu:
A. Rehabilitasi dan Pelestarian Ekosistem mangrove TN Bunaken dengan
Melibatkan Masyarakat -
Melakukan inventarisasi sebaran dan kondisi ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan.
- Melakukan berbagai kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan
menanami daerah-daerah yang telah rusak sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan.
- Mengkaji ulang dan mengembangkan kriteria pengkajian dan pengawasan
kegiatan pelestarian ekosistem mangrove yang praktis dan mudah. -
Melakukan kajian terhadap pembukaan lahan untuk tambak, pemukiman dan pertanian.
- Menyusun dan menyebarluaskan panduan teknik rehabilitasi penanaman dan
pelestarian ekosistem mangrovesecara lestari dan bijaksana. -
Menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kegiatan rehabilitasi dan pelestarian ekosistem mangrove dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat
sekitar kawasan TNB . -
Menyebarluaskan informasi dalam melakukan pemanfaatan secara lestari terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang bernilai ekonomis dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan.
B. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove dengan melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan dengan materi yang mudah dipahami meliputi: manfaat dan
fungsi hutan mangrove, pengenalan ragam jenis tumbuhan mangrove dan kegunaannya, teknik pemilihan buah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
dan penebangan. -
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem mangrove dengan melakukan
berbagai penyuluhan dan pemberian materi panduan tentang undang-undang dalam pengelolaan hutan mangrove.
- Membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM dalam rangka
menjalankan program pelestarian ekosistem mangrove, penyerbarluasan informasi peraturan perundang-undangan, teknik rehabilitasi dan pelestarian
ekosistem mangroveserta pemanfaatannya. Mengingat pola pengelolaan yang telah dikaji sebelumnya, maka strategi
pengelolaan ekosistem mangrove yang dilakukan haruslah bersifat kolaboratif dengan pihak pemerintah sebagai motor penggeraknya. Adapun beberapa arahan
startegi pengelolaannya adalah :
A. Meningkatkan peran pemerintah melalui kegiatan sosialisasi, pembinaan
dan penyuluhan kepada masyarakat.
Strategi ini harus ditempuh, mengingat kata kunci : sumber daya manusia, sebenarnya merupakan persoalan yang sangat mendasar untuk segera dibenahi.
Pemerintah, baik pemerintah kotakabupaten maupun pemerintah pusat harus segera turun tangan untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat. Selama ini
diketahui bahwa peran pemerintah sangat rendah bahkan tidak ada dalam menjaga kesadaran masyarakat dalam hal lingkungan hidup utamanya mangrove. Selain itu
faktor pengetahuan dan ketrampilan masyarakat juga perlu dibenahi. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan penyuluhan sekaligus
memfasilitasi masyarakat agar terorganisir dalam kelompok-kelompok sosial yang melakukan pengamanan swakarsa dengan membuat kesepaktan bersama yang
memuat ketentuan yang mengatur wewenang, tanggung jawab serta sanksi untuk menjaga kelestarian hutan mangrove.
Karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat maka pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya tambak yang sejalan dengan perlindungan
ekosistem mangrove sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku sangat minim. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam usaha
pelestarian dengat melibatkan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan serta pelatihan kepada masyarakat dalam usaha pengelolaan dan pelestarian ,
dimana dalam pemberian pelatihan ini masyarakat perlu didampingi oleh tenaga
ahli agar masyarakat benar-benar paham dan sadar akan pentingnya ekosistem mangrove dalam kehidupan mereka.
B. Meningkatkan pendidikan non formal masyarakat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove.
Dalam rangka mengimplementasikan strategi tersebut diperlukan sebuah program sesuai dengan potensi unggulan daerah dan keinginan masyarakat,
sehingga disatu sisi, aspek ekonomi maupun aspek konservasi didapatkan dan dijalankan bersama-sama. Dana bisa didapatkan dan diperjuangkan dari
pemerintah, swasata maupun bantuan luar negeri atau dana lainnya untuk membiayai kegiatan kegiatan seperti : pelatihan ketrampilan usaha berbasis
mangrove, sistem magang kerja di daerah yang identik dan pengiriman pendidikan pelatihan pengelolaan mangrove.