Efektivitas Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Penyangga

mengindikasikan bahwa pulau Mantehage kekurangan luas ekosistem mangrove sebesar 43.6 ha atau sekitar 6.5 dari luas ideal ekosistem mangrove yang dibutuhkan. Pulau Bunaken dengan tinggi gelombang 130 cm memerlukan lebar mangrove ideal sebesar 520 m. Dengan lebar exisisting ekosistem mangrove 200 m, maka pulau ini kekuragan lebar 320 m atau 61.5 dari lebar ideal yang dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsinya sebagai zona penyangga. Dengan panjang garis pantai yang berpotensi bencana sebesar 17570 m dan panjang existing ekosistem mangrove hanya sebesar 3578.8 m maka pulau ini kekurangan panjang mangrove sebesar 13991.2 m atau 79.6 dari kebutuhan panjang ekosistem mangrove ideal. Berdasarkan data ini maka kekurangan luasan ekosistem mangrove ideal sebesar 842 ha atau 92 dari total luasan ekosistem mangrove ideal sebesar 913.6 ha. Pulau Manado Tua dengan tinggi gelombang 150 cm, membutuhkan lebar ideal ekosistem mangorove 600 m. Dengan lebar existing mangrove sebesar 50 m, maka kekurangan lebar ekosistem mangrove pulau ini sebesar 550 m atau sekitar 91.7 dari lebar ideal ekosistem mangrove. Pulau ini memiliki panjang garis pantai yang berpotensi bencana sebesar 12280 m dengan panjang ekosistem mangrove existing sebesar 1562.8 m maka kekurangan panjang ekosistem mangrove pulau ini sebesar 10717.2 m atau 87.3 dari kebutuhan panjang ekosistem mangrove. Dari hasil ini maka kekurangan luasan ekosistem mangrove pulau Manado Tua sebesar 729 ha atau 98 dari luas ideal ekosistem mangrove sebesar 736.8 ha. Pulau Nain dengan tinggi gelombang 120 cm memerlukan lebar mangrove ideal sebesar 480. Dengan kondisi existing lebar ekosistem mangrove 50 m, maka pulau ini kekurangan lebar sebesar 430 m atau 89.6 dari lebar ideal. Dengan panjang garis pantai yang berpotensi bencana 4623 m dan panjang ekosistem mangrove 888 m maka pulau ini kekurangan panjang ekosistem mangrove sebesar 3735 m atau 80.8 dari kebutuhan panjang ekosistem mangrove. Dengan luas exisiting ekosistem mangrove sebesar 4.4 ha, maka pulau ini kekurangan 217.5 ha atau sekitar 98 dari total luasan mangrove ideal sebesar 221.9 ha. Tabel 19. Luas dan Lebar Ideal Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Peyangga Berdasarkan Skenario Rekomendasi Kode satuan Pulau Mantehage Bunaken Manado Tua Nain Tinggi gelombang TG cm 100.0 130.0 150.0 120.0 Lebar ideal ekosistem mangrove LIEM cm 40000.0 52000.0 60000.0 48000.0 Lebar ekosistem mangrove existing LME cm 40000.0 20000.0 5000.0 5000.0 Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove KLIEM cm 0.0 32000.0 55000.0 43000.0 Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove KLIEM 0.0 61.5 91.7 89.6 Panjang garis pantai potensi bencana PGPPBcm 1673200.0 1757000.0 1228000.0 462300.0 Panjang ekosistem mangrove existing PEME cm 1564263.0 357880.0 156280.0 88800.0 Kekurangan panjang ideal ekosistem mangrove KPIEM cm 108937.0 1399120.0 1071720.0 373500.0 Kekurangan panjang ekosistem mangrove KPIEM 6.5 79.6 87.3 80.8 Kekurangan luas ekosistem mangrove KLUIEM ha 43.6 842.0 729.0 217.5 Kekurangan luasan ekosistem mangrove KLUIEM 6.5 92.2 98.9 98.0 Luas ekosistem mangrove existing LUMEha 1380.9 71.6 7.8 4.4 Total luasan ekosistem mangrove ideal TLIEM ha 1424.5 913.6 736.8 221.9 Sumber : Analisis data 2011 Dengan menggunakan skenario ini diprediksikan akan mengurangi ancaman abrasi dan rob hingga ke tingkat yang terendah. Beberapa skenario yang ditawarkan ini tentu memiliki keuntungan, kerugian, dan kendala untuk diaplikasikan pada suatu daerah. Tabel selanjutnya akan memperlihatkan matriks untung rugi ukuran lebar mangrove berdasarkan kondisi exisitng dan skenario yang telah dianalisa sebelumya. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan lahan untuk expansi, minim sumber air tawar, bathimetri perairan, konflik pemanfaatan lahan, pemanfaatan destruktif, laju degradsi lebih besar dari laju pertumbuhan, dan perubahan iklim global yang mempengaruhi pertumbuhan. Tabel 20. Matriks Kendala dan Untung-Rugi Ukuran Lebar Ekosistem Mangrove Lebar Mangrove Keuntungan ekologi Kerugian ekologi Kendala Kebutuhan Data Existing Kecil Tingkat Abrasi dan rob yang tinggi • Lahan expansi kecil. • Minim sumber air tawar. • Bathimetri perairan. • Konflik pemanfaatan lahan. • Pemanfaatan destruktif. • Laju degradsi lebih besar dari laju pertumbuhan. • Perubahan iklim global yang mempengaruhi pertumbuhan. Luas, Lebar, dan Panjang Pantai yang berpotensi kerusakan Keppres No.3292 Sedang Masih ada indikasi abrasi dan rob Tunggang pasut. Panjang garis pantai yang berpotensi kerusakan Skenario Rekomendasi Besar Minimalis. Lahan darat menyempit Tinggi gelombang Panjang garis pantai yang berpotensi kerusakan Mengingat banyaknya kendala pada skenario rekomendasi ini maka selanjutnya akan dianalisa lebar dan luas ekosistem mangrove yang sesuai dengan kapasitas realistis pada masing-masing pulau. Dari keempat pulau yang ada hanya pulau Mantehage yang dapat memenuhi lebar ideal dari skenario rekomendasi. Sedangkan tiga pulau lainnya mempunyai keterbatasan untuk memperlebar luasan ekosistem mangrove. Setelah dianalisa berdasarkan kondisi bathimetri dan topografi maka pulau Bunaken mampu mengekspansi lebar ekosistem mangrove hingga 300 m, Pulau Nain hingga 300 m, dan pulau Manado Tua hanya mampu diekspansi hingga 100 m. Tabel 21 berikut akan menyajikan lebar dan luasan ekosistem mangrove yang sesuay dengan kapasitas masing-maisng pulau dalam mengekspansi ekosistem mangrove. Tabel 21. Luas dan Lebar Ideal Ekosistem Mangrove Sebagai Zona Peyangga Berdasarkan Kapasitas Realistis Pulau Variabel Kode satuan Pulau Mantehage Bunaken Manado Tua Nain Tinggi gelombang cm TG 100.0 130.0 150.0 120.0 Lebar realistis ekosistem mangrove cm LIEM 40000 30000 10000 30000 Lebar ekosistem mangrove existing cm LME 40000.0 20000.0 5000.0 5000.0 Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove cm KLIEM 0.0 10000.0 5000.0 25000.0 Kekurangan lebar ideal ekosistem mangrove KLIEM 0.0 33.3 50.0 83.3 Panjang garis pantai potensi bencana cm PGPPB 1673200.0 1757000.0 1228000.0 462300.0 Panjang ekosistem mangrove existing cm PEME 1564263.0 357880.0 156280.0 88800.0 Kekurangan panjang ideal ekosistem mangrove cm KPIEM 108937.0 1399120.0 1071720.0 373500.0 Kekurangan panjang ekosistem mangrove KPIEM 6.5 79.6 87.3 80.8 Kekurangan luas ekosistem mangrove ha KLUIEM 43.6 455.5 115.0 134.3 Kekurangan luasan ekosistem mangrove dari luas ideal KLUIEM 6.5 86.4 93.6 96.8 Luas ekosistem mangrove existing ha LUME 1380.9 71.6 7.8 4.4 Total luasan realistis ekosistem mangrove ha TLIEM 1424.5 527.1 122.8 138.7 Sumber : Analisis data 2011 Melalui analisa ini maka pulau Mantehage adalah pulau yang memiliki ekosistem mangrove yang baik sehingga tidak perlu menambah lebar ekosistem mangrove. Lain halnya dengan pulau Bunaken yang kekurangan lebar ekosistem mangrove sebesar 100 m atau 33 dari lebar ideal. Dengan kondisi pulau yang memiliki panjang garis pantai yang berpotensi terkena bencana 17570 m, maka pulau ini masih membutuhkan ekosistem mangrove sebesar 455 ha atau 86.4 dari total luasan realistis ekosistem mangrove 527.1 ha. Pulau Manado Tua dengan lebar existing 50 m, kekurangan 50 m untuk memenuhi lebar ideal yang sesuai dengan kapasitas ekosistem mangrove sebesar 100 m. dengan panjang garis pantai yang berpotensi terkena bencana 12280 m, maka pulau ini kekurangan luasan mangrove 115 ha, atau 93 dari luas realistis ekosistem mangrove sebesar 122.8 ha. Pulau Nain dengan kondisi existing lebar mangrove sebesar 50 m, kekurangan 250 m atau 80.8 dari lebar ekosistem mangrove sesuai dengan kapasitas realistis 300 m. Dengan panjang garis pantai yang berpotensi bencana 4623 m, maka pulau ini kekurangan 134.3 ha atau 95.8 dari luas ideal yang sesuai dengan kapasitas pulau sebesar 138.7 ha. Dengan kondisi ini maka dapat dilihat kemampuan ekosistem mangrove untuk mereduksi aksi laut pada Tabel 18. Melalui kondisi ini terlihat bahwa pulau Manado Tua dengan kondisi ini belum bisa mereduksi aksi laut dengan baik, sedangkan pulau lain cukup baik dalam mereduksi aksi laut. Untuk meminimalkan hal ini maka dibutuhkan perlakuan terhadap ekosistem terumbu karang yang mempunyai fungsi ekologi sebagai peredam aksi laut. Peningkatan kapasitas ekosistem ini akan membantu mengurangi dampak aksi laut terhadap lingkungan pesisir PPK. Untuk memprediksikan waktu yang diperlukan mencapai luasan ekosistem mangrove ideal berdasarkan skenario yang telah dianalisa sebelumnya. Sesuai dengan luas ideal mangrove menurut Keppres 3290, Pulau Mantehage dengan luasan 1380.9 ha diprediksikan pada tahun 2011 dengan penambahan luasan mangrove sebesar 10 telah mencapai 1392.9 ha. Sedangkan untuk pulau Bunaken akan mencapai luasan 296.9 ha pada tahun 2025, pulau Manado Tua akan mencapai luasan 266.6 ha pada tahun 2047 dan pulau Nain akan mencapai luas 95 ha pada tahun 2043. Untuk skenario berdasarkan hasil rekomendasi dari penelitian ini maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama mengingat luasan yang akan dicapai lebih besar. Pulau Mantehage untuk mencapai luasan 1424.5 ha diprediksikan terealisasi tahun 2012, sedangkan untuk pulau Bunaken dengan luasan 913.6 ha dapat prediksikan tercapai pada tahun 2037. Pulau Manado Tua dan Nain dengan luasan masing-masing 736.8 ha dan 221.9 ha akan diprediksikan akan dicapai pada tahun 2058 dan 2051, dan yang terakhir berdasarkan kapasitas realistis luasan ekosistem mangrove, pulau Bunaken dengan luasan 527.1 ha akan dicapai pada tahun 2031, pulau Manado Tua dengan luas 122 ha dicapai pada tahun 2039, dan pulau Nain dengan luas 138.7 ha dicapai pada tahun 2046. Waktu yang diperlukan untuk mencapai luasan mangrove yang ideal tergantung pada besarnya perlakuan yang diberikan. Semakin besar perlakuan maka waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat. Tabel 22. Tahun Prediksi Luasan Mangrove Berdasarkan Skenario μ=10thn Variabel Mantehage ha Bunaken ha Manado Tua ha Nain ha Keppres 3290 1392.9 296.9 266.6 95.0 Tahun Prediksi 2011 2025 2047 2043 Rekomendasi 1424.5 913.6 736.8 221.9 Tahun Prediksi 2012 2037 2058 2051 Kapasitas realistis 1424.5 527.1 122.8 138.7 Tahun Prediksi 2012 2031 2039 2046 Sumber : Analisis data 2011 Proses fotosintesis mengubah karbon anorganik C0 2 menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai C0 2 . Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. Lalu evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. Penetapan pelestarian mangrove dalam upaya mitigasi pemanasan global yang tengah terjadi bukanlah tanpa berdasarkan pada fakta. Sumberdaya alam yang terdapat di daerah peralihan antara wilayah darat dan laut memang kurang banyak disentuh untuk dipikirkan lebih lanjut menjadi objek yang dapat dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang menaikkan suhu bumi sehingga terjadi pemanasan secara global. Tabel selanjutnya menunjukkan seberapa besar kontribusi ekosistem mangrove yang ada di PPK TNB untuk menyerap karbon sebagai tindakan mitigasi global untuk mengurangi emisi. Pada kondisi existing ekosistem mangrove PPK TNB mampu menyerap karbon 3244.39 ton Cthn dan karbondioksida 11875.09 ton CO 2 thn. Mari kita bandingkan apabila kita meningkatkan luasan ekosistem mangrove dengan menggunakan skenario luas dan lebar mangrove ideal menurut Keppres no.32 tahun 1990. Dengan luasan 20.51 km 2 maka ekosistem ini mampu menyerap karbon sebesar 4544.02 ton Cthn dan 16631.99 ton CO 2 thn. Sedangkan dengan luasan mangrove 32.97 km 2 maka ekosistem ini mampu menyerap 7302.63 ton Cthn dan 26729.05 ton CO 2 thn atau lebih besar 50 dari kondisi sekarang. Tabel 23. Prediksi Efektivitas Ekosistem Mangrove PPK TNB Sebagai Penyerap Karbon C dan Karbondioksida CO 2 Kondisi Skenario Luas Ekosistem Mangrove PPK TNB Penyerap km 2 ton Cthn ton CO 2 thn Existing 14.65 3244.39 11875.09 Keppres No.32 Tahun 90 20.51 4544.02 16631.99 Rekomendasi 32.97 7302.63 26729.05 Kapasitas realistis pulau 22.13 4902.06 17942.48 Sumber : Analisis data 2011; Kementrian Lingkungan Hidup 2007

5.6 Prediksi Luasan Ekosistem Mangrove

Prediksi degradasi ekosistem mangrove pada PPK TNB bertujuan untuk mengetahui laju kerusakan ekosistem mangrove masing-masing pulau serta memproyeksikannya dimasa yang akan datang. Prediksi ini dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk meningkatkan efektifitas ekosistem mangrove. Selain itu dengan prediksi ini kita dapat menentukan waktu dan besaran perlakuan yang dibutuhkan untuk mencapai luas ekosistem mangrove yang ideal. Berdasarkan skenario pesimistik kita dapat melihat laju kerusakan ekosistem mangrove apabila ekosistem ini tidak mendapat perhatian dari pengelola. Kondisi existing ekosistem mangrove sudah menunjukkan bahwa terjadi degradasi pada ekosistem mangrove PPK. Degradasi tertinggi terlihat pada pulau Bunaken degan laju degradasi sebesar 1.87thn, diikuti pulau Mantehage 1.32thn, pulau Nain 1.02thn, dan pulau Manado Tua 0.03. Berdasarkan kondisi dan laju degradasi existing hasil analisa menunjukkan bahwa pada tahun 2020 luas hutan mangrove yang ada pulau Mantehage tinggal 1176.9ha dari kondisi existing 1380.9ha dengan laju pengurangan sebesar 1.32thn. Selanjutnya berdasarkan hasil analisa melalui skenario pesimistik apabila terjadi kenaikan laju degradasi sebesar 4thn maka pada tahun 2020 luas hutan mangrove pulau Mantehage tinggal 846ha. Hal ini dapat diantisipasi melalui skenario optimistik yaitu dengan penambahan luasan ekosistem mangrove sebesar 2thn, dengan skenario optimistik ini maka pada tahun 2020 luas ekosistem mangrove menjadi 1751.3ha Gambar 53A. Hal ini juga berlaku terhadap pulau yang lain. Melalui prediksi ini diharapkan mampu untuk menjawab tantangan masa depan dengan mengantisipasi kerusakan yang ada. Selain itu hasil analisa ini dapat digunakan untuk memprediksi waktu yang dibutuhkan ekosistem mangrove pulau kecil untuk mencapai luasan yang ideal seperti yang telah dianalisa sebelumnya. Besar kecilnya perlakuan akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai luasan mangrove yang diinginkan. Semakin besar perlakuan yang kita berikan untuk meningkatkan tutupan ekosistem mangrove maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan, sebaliknya semakin kecil perlakuan yang diberikan maka semakin lama waktu untuk mencapai target yang diinginkan. 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 Luas man g ro ve h a 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Lu a s mangrove h a 50 100 150 200 Luas man g ro ve h a 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 Luas man g ro ve h a A Pu A B C D 2 008 2 009 2 010 2 011 2 012 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2008 2009 2010 2011 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 Ga ulau Manteha 2 012 2 013 2 014 2 015 2 016 2 017 2 018 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 ambar 53. Pr age; B Pula 2 018 2 019 2 020 2 021 2 022 2 023 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2018 2019 2020 2021 2022 2023 rediksi Luasa au Bunaken; 2 024 2 025 2 026 2 027 2 028 2 029 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2024 2025 2026 2027 2028 2029 an Ekosistem ; C Pulau M 2 029 2 030 Deg Sken Sken Sken Sken 2029 2030 Deg Sken Sken Sken Sken 2029 2030 Degra Skena Skena Skena Skena 2029 2030 Degra Skena Skena Skena Skena m Mangrove Manado Tua Tahun Tahun Tahun Tahun gradasi existing 1,0 nario pesimistik 2 nario pesimistik 4 nario optimistik 4 nario optimistik 2 radasi existing 1,3 nario pesimistik 2 nario pesimistik 4 nario optimistik 4 nario optimistik 2 adasi existing 1,87 ario pesimistik 2 ario pesimistik 4 ario optimistik 4 ario optimistik 2 adasi existing 0,03 ario pesimistik 2 ario pesimistik 4 ario optimistik 4 ario optimistik 2 e a; D PulauN n prediksi n prediksi n prediksi n prediksi 02 2 4 4 2 32 2 4 4 2 7 3 Nain

5.7 Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Mitigasi

Pola pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi yang dilakukan melalui stakeholders analysis bertujuan mengetahui prioritas dan bentuk pengelolaan yang baik, serta dapat mengakomodir semua kepentingan yang ada. Pendekatan ini menggunakan metode partisipatif dalam menentukan pola pengelolaan yang baik. Terdapat tiga skenariopilihan yang ditawarkan terhadap stakeholders. Skenario A adalah pengelolaan yang berbasiskan pada pemerintah, sedangkan skenario B adalah pengelolaan dengan berbasiskan pada pola pengelolaan kolaboratif dengan bentuk Co-Management pada kawasan konservasi dan pemerintah sebagai leading sector, dan yang terakhir adalah skenario C merupakan pola pengelolaan yang berbasiskan pada privatisasi manajemen oleh pihak swasta yang bertanggung jawab langsung terhadap pemerintah. Dari decision score yang dianalisa menggunakan teknik SMART Simple multi atribute rating technique dengan menggunakan software Criterium decision plus Criplus Version 3.0 S mendapatkan hasil skenario B adalah skenario terbaik yang dipilih sebagi pola pengelolaan dalam kawasan konservasi TNB khususnya terhadap pengelolaan ekosistem mangrove PPK. Skenario B mendapat nilai 0.792, diikuti skenario A 0.612 dan yang terendah adalah skenario C 0.502 Gambar 54. Untuk melihat kekonsistenan digunakan tradeoffs analysis terhadap masing-masing skenario, hasil yang sama ditunjukkan pada Gambar 55. skenario B berada pada titik teratas dibandingkan skenario yang lain. Hal ini telah diuji coba terhadap beberapa decision score dari masing-masing atribut dan mendapatkan hasil yang sama yaitu skenario B adalah skenario terbaik yang dipilih stakeholders untuk pengelolaan eksosistem mangrove PPK TNB. Kontribusi masing-masing dimensi terhadap pengelolaan ekosistem mangove PPK TNB dapat dilihat pada Gambar 56. Dari grafik ini terlihat bahwa pada semua skenario dimensi ekologi memiliki peran penting prioritas utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Hal ini mengandung arti bahwa Gambar 54. Decision score Pada Pola Pengelolaan Ekosistem Mangrove Gambar 55. Tradeoffs analysis Pola Pengelolaan Ekosistem Mangrove 0,2 0,4 0,6 0,8 1 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Decision Score Skenario C Skenario A Skenario B