1.2 Perumusan Masalah
Letak geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap bencana alam seperti tsunami, meletusnya gunung berapi, gelombang pasang, banjir dan
kekeringan menjadikan pulau-pulau kecil pada TNB rentan terhadap degradasi sumberdaya pesisir. Beberapa ancaman tadi ditambah naiknya permukaan air laut
dampaknya sudah mulai dirasakan masyarakat PPK TNB. Indikasi adanya rob dan abrasi serta perbedaan tunggang pasut dalam 20 tahun terkahir, mengindikasikan
bahwa PPK TNB telah terkena dampak dari perubahan iklim. Selain ancaman dari perubahan iklim, degradasi ekosistem juga terjadi akibat pemanfaatan yang tidak
lestari. Minimnya informasi tentang kerentanan vulnerability lingkungan PPK
TNB menjadikan kawasan ini rentan terhadap kerusakan. Selain itu laju degradasi ekosistem pesisir, khususnya ekosistem mangrove pada PPK TNB cukup besar
dan dikhawatirkan akan mengalami penurunan luasan pada masa yang akan datang. Mengingat pentingnya ekosistem mangrove yang mempunyai fungsi
ekologi sebagai pereduksi aksi laut, maka ekosistem ini penting untuk dikaji dalam rangka meminimalkan kerentanan pada PPK TNB.
Pada tahun 1982 luas hutan mangrove Indonesia mencapai 5 209 543 ha, dan menurun pada tahun 1987 menjadi 3 234 700 ha. Penurunan ini terus
berlangsung hingga pada tahun 1993 hasil survei menyatakan bahwa luasan hutan mangrove tinggal sekitar 2 496 185 ha. Hal ini dikarenakan pemanfaatan yang
bersifat destruktif yang diterapkan pada ekosistem mangrove sangat sulit dikendalikan Dahuri et al., 2004. Hal ini juga terlihat pada PPK TNB dimana
laju penuruanan luasan ekosistem mangrove cukup tinggi, terutama pada pulau Mantehage.
Sejak beberapa generasi masyarakat TNB telah menggunakan kayu mangrove sebagai bahan bangunan, kayu bakar, makanan dan obat-obatan.
Semua pemanfaatan ini bisa berkelanjutan sepanjang pemanfaatannya bersifat non-komersial. Seiring berjalannya waktu, terjadi perkembangan pasar komersial
untuk kayu mangrove sebagai kayu bakar dan bahan bangunan di Manado, serta untuk patok pertanian rumput laut. Akibatnya, terjadi tekanan
pemanfaatanpenebangan kayu mangrove di Pulau-pulau yang ada di TNB.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan gangguan ekosistem dan lingkungan seperti terjadinya abrasi, rob, sedimentasi, erosi, wabah penyakit, dan
hilangnya habitat bagi anakan ikan ekonomis, termasuk moluska dan udang. Pada tahun 1995, 8 000 meter kubik kayu mangrove diambil dari dalam TNB, untuk
keperluan : Budidaya rumput laut 38, dijual ke Manado 35, kayu bakar setempat 26, dan Sero 1. Kebutuhan mangrove tersebut sebagian besar
diambil dari Mantehage 85 dan 15 dari daerah Arakan-Wawontulap. Untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini digunakan
pendekatan DPSIR Drivers-Pressures-States-Impacts-Responses Gambar. 1. Faktor pendorong driving force yaitu pemanfaatan yang tidak lestari untuk
pemenuhan kebutuhan ekonomi, kebutuhan rumah tangga, peningkatan populasi penduduk, dan naiknya permukaan air laut. Pressure atau tekanan pada
ekosistem akibat faktor pendorong tersebut adalah meningkatnya kerentanan suatu pulau, degradasi ekosistem mangrove dan pencemaran lingkungan. States of
change merupakan indikator status yang menggambarkan kondisi sistem dan tipe maupun karakteristik secara fisik, kimiawi, dan biologi, dalam kasus ini adalah
adanya indikasi abrasi, erosi, sedimentasi, rob, polusi, dan degradasi sumberdaya pesisir. Impact yang merupakan akibat dari tekanan pada ekosistem yang pada
penelitian ini dibagi dalam tiga dimensi yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi, dimensi ini akan mengalami penurunan fungsi akibat dari tekanan yang ada.
Sedangkan Response adalah berbagai tindakan yang dilakukan oleh stakeholders untuk memitigasi kerusakan ekosistem dengan cara mengurangi, mencegah, dan
memperbaiki ekosistem yang terdegradasi.
Gambar 1. Pendekatan DPSIR dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Mitigasi
Drives D: Kebutuhan Rumah Tangga
Kebutuhan Ekonomi Peningkatan Populasi Penduduk
Sea Level rire Pressures P:
Peningkatan Kerentanan Degradasi mangrove
Pencemaran
State changes S: Abrasi, erosi,
Sedimentasi, rob, Degradasi sumberdaya,
Polusi.
Impact I: Ekologi
Sosial ekonomi
Responses R: Respon Ekologi
Respon Sosial Respon ekonomi
Respon Kelembagaan Minimalkan
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian