Restorasi Kawasan Mangrove Mitigasi Melalui Restorasi dan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

masyarakat memiliki kapasitas dalam memperbaiki kualitas hidup mereka sendiri dan mampu mengelola sumberdaya mereka dengan baik. Yang dibutuhkan tinggal dukungan untuk mengatur dan mendidik masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berkelanjutan bagi tercapainya kebutuhan- kebutuhan mereka. Keuntungan utama dari PSWP-BM adalah keadilan dan efektivitas kesinambungannya sustainability.

2.12 Mitigasi Melalui Restorasi dan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

2.12.1 Restorasi Kawasan Mangrove

Restorasi dipahami sebagai usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur tangan manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahamidiingini manusia. Dengan demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi jalanpeluang kepada alam untuk mengaturmemulihkan dirinya sendiri. Kita manusia pelaku mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah dibanding kita memaksakan usaha penanaman mangrove secara langsung Field 1999. Secara umum, semua habitat bakau dapat memperbaiki kondisinya secara alami dalam waktu 15 - 20 tahun jika: 1 kondisi normal hidrologi tidak terganggu, dan 2 ketersediaan biji dan bibit serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi. Jika kondisi hidrologi adalah normal atau mendekati normal tetapi biji bakau tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka dapat direstorasi dengan cara penanaman. Oleh karena itu habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana restorasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atai tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan bakau Sudarmadji 2001. Berdasarkan data dan informasi dari hasil inventarisasi dan identifikasi lokasi yang dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengkajian untuk menyusun suatu rancangan teknis bagi kegiatan rehabilitasi mangrove meliputi: A. Tata letak berbagai fasilitas pendukung rehabilitasi Posisi Berbagai fasilitas pending seperti persemaian, jalan dan saluran air digambarkan di dalam peta dan bangunan fisik yang harus diselesaikan sebelum penanaman dilakukan. Rancangan tata letak itu sendiri terdiri dari : 1 luas dan letak calon lokasi penanaman; 2 pembagian petak tanam; 3 luas dan letak calon lokasi persemaian; 4 luas dan letak calon lokasi Base camp; 5 letak saluran air. B. Penetapan jenis tanaman Jenis tanaman mangrove memiliki batas habitat yang sangat jelas menurut tinggi air pasangm salinitas dan kondisi tanah. Oleh karena itu pemilihan jenis yang tidak sesuai dengan kondisi lahan dapat menyebabkan menurunnya daya hidup tanaman atau pertumbuhan tanaman. Pemilihan jenis tanaman mangrove didasarkan pada 3 faktor : 1 permudaan alam jenis mangrove yang dapat dijumpai di sekitar lahan rehabilitasi. Pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi tempat tumbuh jenis mangrove dan ketersediaan benih secara kuantitas; 2 pengukuran tinggi air pasang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jenis tanaman mangrove. Oleh karena itu penentuan tinggi air pasang harus dilakukan di lapangan; 3 Salinitas merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman di lapangan, untuk itu informasi tentang salinitas sangat diperlukan. Penanaman bakau dapat dilakukan dengan cara langsung menancapkan buahnya ke dalam tanah atau melalui persemaian terlebih dulu sebelum ditanam kemudian di lokasi yang lain. Agar dapat hidup baik maka buah harus ditanam langsung atau disemaikan paling lambat 10 hari setelah dipetik atau lepas dari pohonnya. Cara penanaman buah dengan disemaikan lebih dulu, mempunyai tingkat keberhasilan yang dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada ditanam secara langsung. Penanaman secara langsung tingkat keberhasilannya sekitar 20 – 30 . C. Pembibitan Pemahaman terhadap proses produksi bibit di persemaian sangat diperlukan dalam kegiatan rehabilitasi lahan. Dasar-dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi persemaian harus diperhatikan, seperti jarak dari lokasi persemaian harus dekat, topografi datar, kondisi tanah relatif stabil, berada pada zona dimana pengaruh air pasang masih ada. Di samping itu diperlukan pula informasi seperti penentuan luas areal persemaian dan pengadaan jenis sarana dan prasarana di persemaian. Secara sederhana proses pembibitan di persemaian meliputi : pengumpulan biji, penanganan biji, penyimpanan biji, penyemaian biji, penyiapan media, pemeliharaan bibit, pemilihan bibit siap tanam. Salah satu cara memperbaiki hutan bakau yang rusak adalah melakukan penanaman pohon baru di daerah hutan bakau tersebut. Tanaman baru harus ditanam pada tempat-tempat yang pertumbuhan bakaunya tidak cukup untuk proses regenerasi secara alamiah. Pengalaman menunjukkan bahwa penanaman bakau dapat berhasil dan dapat dikelola sehingga mendatangkan banyak manfaat dalam memantapkan kondisi pantai dan mencegah erosi. Penanaman bakau di daerah tertentu seringkali lebih berhasil melindungi pantai dalam jangka panjang daripada mendirikan struktur enjinering bangunan perlindungan pantai. Hal ini disebabkan penanaman bakau lebih fleksibel dan ekonomis serta mudah untuk memperbaiki kerusakan karena sebab alamiah. Dalam Field 1999, penanaman bakau di suatu kawasan hutan bakau perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor sebagai berikut: ¾ Jenis spesies yang tumbuh secara normal dan alamiah di tempatnya seharusnya akan menjadi spesies pilihan yang terbaik untuk rehabilitasi hutan bakau. ¾ Kertersediaan benih dan buah bakau. ¾ Tujuan penanaman bakau sumber kayu, perlindungan pantai. ¾ Spesies yang berasal dari tempat yang kondisi tanah dan airnya serupa dengan daerah yang akan ditanami. Salah satu jenis yang benihnya banyak disemaikan untuk penanaman baru adalah jenis Bakau atau Bakau-bakau Rhizophora spp. Jenis ini banyak dikembangkan karena manfaatnya yang beragam dan relatif lebih mudah dan cepat tumbuh. Benih yang dipakai berasal dari buah propagule yang sudah tua dengan kualitas yang baik. Jenis lain yang biasa ditanam adalah jenis Tancang Bruguiera spp. dan Api-api Avicennia spp.. Dalam menentukan pilihan jenis bakau yang akan ditanam dapat dimintakan saran dari pakarnya. Secara umum, tentunya pilihan disesuaikan dengan kondisi tanah, zonasi dan lain-lain persyaratan hidup. Rhizophora spp. sesuai untuk tanah berlumpur, pasir berlumpur dan kondisi laut yang agak berombak. Avicennia spp. sesuai untuk tanah atau pasir berlumpur di bagian terdepan pantai arah ke laut. Sonneratia spp. cocok untuk lokasi tanah berlumpur dipinggir pantai. Bruguiera spp.tumbuh baik di tanah yang lebih keras di pantai bagian daratan. D. Persemaian Untuk menyiapkan persemaian perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: ¾ Tersedia lahan yang datar dan cukup luas dan letaknya tidak berjauhan dengan lokasi yang akan ditanami bakau nantinya. ¾ Tanahnya subur mengandung humus, berada di daerah pasang surut dan setiap hari dapat terendam air waktu pasang, sehingga tidak perlu penyiraman. ¾ Perlu penahapan pembibitan yaitu lahan dibersihkan dari tanaman lain seperti rumput dan semak serta dari sampah, kemudian diberi pagar. Dibuatkan bedeng mengarah utara – selatan, dengan pinggiran dibatasi kayu atau batubata. Media bedengan adalah tanah lembek yang ada di sekitarnya ¾ Ukuran bedeng umumnya dibuat sebesar 1 x 5 m atau 1 x 10 m dengan jarak antara bedeng 0,5 m. ¾ Untuk keperluan pemeriksaan dibuatkan jalan selebar 1 m, diberi selokan di sebelah kiri dan kanannya. ¾ Pembibitan dilakukan dengan menanamkan buah pada tanah yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik polibag, bumbung atau botol bekas minuman air mineral. Kantong plastik dan botol semaian harus diberi lubang agar dapat mengalirkan air siraman yang berlebih. Untuk jenis Bakau dan Tancang, sebaiknya buah disimpan lebih dulu di tempat yang teduh dan ditutup dengan karung basah selama 5 hari. Hal ini agar sewaktu ditanam dalam bedeng tidak dimakan serangga atau ketam. ¾ Biasanya benih akan mengeluarkan daun setelah ditanam selama 20 hari. Selama dalam masa persemaian di antara bumbung atau kantong berisi bibit ditancapkan dahan paku-pakuan yang sudah kering tetapi masih ada daunnya untuk menjaga bibit dari ketam dan sebagai peneduh. Untuk peneduh dapat juga dibuatkan atap bedeng dari daun nipah, intensitas matahari diatur agar masuk secukupnya, tidak terlalu panas terik dan tidak gelap. Atap perlu ibuka setelah bedeng semaian berumur 1,5 – 2 bulan. Bibit yang telah berumur 2 – 3 bulan siap ditanam di lokasi. E. Penanaman Kegiatan penanaman meliputi persiapan lahan, pengangkutan bibit dan penanaman. Kegiatan penanaman tersebut meliputi 1 persiapan lahan, yaitu menciptakan prakondisi untuk meningkatkan persentase hidup pertumbuhan tanaman; 2 pengangkutan bibit, dimana beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merancang pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman meliputi jumlah bibit yang diangkut, jenis alat angkut yang digunakan, wadah bibit yang dipakai, serta perlakuan bibit selama pengangkutan; 3 penanaman, dimana dpat dilakukan dengan menggunakan bibit dari persemaian atau penanaman secara langsung dengan biji. Lokasi penanaman dapat mengambil tempat di daerah pantai kawasan hutan bakau setempat atau di luarnya. Selain di daerah pantai yang masih terpengaruh pasang surut, lokasi dapat dipilih di pinggiran sungai ke sebelah kiri atau kanannya dengan jarak sampai 50 m dari tepi sungai. Lokasi penanaman lain yang biasa ditanami bakau adalah di sekitar tanggul tambak, di pinggiran saluran air di sekeliling tambak. Penanaman benih secara langsung adalah dengan menanamkan benih, tegak dengan bakal tunas daun menghadap ke atas, sedalam kira-kira sepertiga panjang buah. Penanaman dilakukan pada saat air surut sehingga mudah membuat lubang di tanah untuk benih. Agar benih dapat tetap berdiri, benih diikatkan ke tonggak ajir dari bambu yang ditancapkan di samping benih yang ditanam. Penanaman dengan menggunakan bibit dapat dilakukan dengan cara 1 buat lubang di tanah pada saat surut, ukuran lubang sedikit lebih besar dari ukuran kantong plastik atau botol tempat bibit agar bibit dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam lubang yang digali 2 lepaskan bibit semaian dari kantong plastik disobek atau dari botol bekas yang dipakai selama persemaian. Lakukan pekerjaan ini dengan hati-hati agar perakaran dan tanahnya tetap kompak tidak rusak 3 pindahkan bibit yang telah dilepas bersama dengan media tanah persemaiannya ke dalam lubang yang telah disiapkan dan 4 sela-sela lubang ditimbun dengan tanah sehingga akar semaian tertutup. F. Pemeliharaan tanaman Jenis tanaman yang ditanam perlu diperhatikan sifat silvikulturnya yang lebih difokuskan pada tindakan pemeliharaan seperti 1 penyulaman yaitu kegiatan penanaman kembali bagian yang kosong bekas tanaman yang mati atau rusak sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satuan luasan tertentu; 2 penyiangan yaitu memberikan ruang tumbuh yang lebih baik pada tanaman pokok sehingga meningkatkan pertumbuhannya; 3 penjarangan yaitu kegiatan penebangan sebagian pohon untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik bagi pohon tinggal.

2.12.2 Rehabilitasi Fisik Habitat Mangrove