Prediksi Luasan Ekosistem Mangrove

Kontribusi masing-masing dimensi terhadap pengelolaan ekosistem mangove PPK TNB dapat dilihat pada Gambar 56. Dari grafik ini terlihat bahwa pada semua skenario dimensi ekologi memiliki peran penting prioritas utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Hal ini mengandung arti bahwa Gambar 54. Decision score Pada Pola Pengelolaan Ekosistem Mangrove Gambar 55. Tradeoffs analysis Pola Pengelolaan Ekosistem Mangrove 0,2 0,4 0,6 0,8 1 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Decision Score Skenario C Skenario A Skenario B pengelolaan yang akan diterapkan ini bedasarkan Ecological Based Management EBM dimana ekologi penjadi perhatian pertama dalam pengelolaan. Sebagai negara yang berbasiskan sumberdaya sudah seharusnya kita mulai melakukan pengelolaan dengan menjunjung tinggi keberlanjutan dari sumberdaya tersebut. Kerusakan ekologi dirasakan akan berdampak negatif terhadap tatanan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Stakeholders sangat sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem sebagai sumberdaya yang sangat rentan terhadap degradasi akibat eksploitasi yang bersifat destruktif. Dimensi selanjutnya yang memberikan kontribusi terhadap pengelolaan adalah dimensi sosial ekonomi yang dirasakan sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya yang ada di PPK. Dimensi yang terakhir adalah dimensi kelembagaan. Dalam kasus ini yang menjadi permasalahan serius adalah rendahnya kualitas tatakelola pada kawasa konservasi ini. Sampai saat ini stakeholder masih berpendapat bahwa belum ada keterpaduan antar sektor dalam menangani masalah yang ada pada kawasan konservasi ini. Setelah melihat kontribusi dari level dimensi, selanjutnya menjelaskan tentang kontribusi masing-masing atribut terhadap pengelolaan ekosistem mangrove. Berdasarkan nilai prioritas pada atribut masing-masing atribut maka atribut peningkatan tutupan mangrove mendapat prioritas utama dalam pengelolaan, diikuti kualitas lingkungan mangrove, kualitas dan kuantitas zona inti, peningkatan pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan peningkakatan kualitas tata kelola. Enam dari dua belas atribut ini apabila dilakukan peerbaikan maka akan memberikan dampak nyata terhadap kualitas ekosistem mangrove PPK TNB. Selama ini kegagalan pengelolaan ekosistem mangrove yang ada pada kawasan ini adalah kurangnya pelibatan masyarakat langsung dalam menyusun dan merencanakan program, sehingga pada tahap implementasi dan monitoring serta evaluasi mengalami banyak kendala. Untuk mengetahui prioritas masing-masing atribut Gambar 58, Gambar 59 dan Gambar 60 akan menampilkan prioritas atribut pada setiap dimensi. Prioritas atribut ini akan menjadi acuan dalam strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang didasarkan pada kebutuhan dan program yang ada. Prioritas atribut ini akan sangat membantu dalam pengambilan kebijakan terutama untuk skala prioritas dimensi atau atribut mana yang menjadi sasaran utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi. Prioritas utama pengelolaan pada dimensi ekologi adalah tutupan mangrove yaitu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas mangrove yang ada melalui rehabilitasi dan restorasi ekosistem mangrove yang rusak Gambar 58. Selanjutnya adalah peningkatan kualitas lingkungan perairan ekosistem mangrove melalui pengendalian limbah dan bahan pencemar dari daratan dan mengurangi sedimentasi, hal ini tidak saja berdampak pada ekosistem mangrove sendiri melainkan pada ekosistem yang ada didepannya yaitu padang lamun dan terumbu karang. Atribut selanjutnya adalah peningkatan kualitas dari zona inti yang pada saat ini dirasakan belum optimal dari segi kuantitas dan kualitasnya. Begitu juga dengan zona pemanfaatan yang perlu dikaji lagi tentang luasan serta aturan yang harus diterapkan pada zona ini. Kesalahan persepsi mengakibatkan masyarakat mengangap bahwa zona pemanfaatan adalah zona yang bisa dieksploitasi tanpa batas toleransi atau memperhitungkan daya dukung. Prioritas selanjutnya adalah pada dimensi sosial ekonomi. Pada dimensi ini atribut pendapatan masyarakat menjadi prioritas utama dalam pengelolaan Gambar 59. Minimnya pendapatan masyarakat membuat mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk mengeksploitasi sumberdaya yang ada. Selain itu atribut selanjutnya ada tingkat pendidikan, yang masih berhubungan dengan pendapatan masyarakat sangat mempengaruhi tindakan seseorang dalam mengeksploitasi sumberdaya. Ketidaktahuan akan resiko akibat pemanfaatan yang melebihi daya dukung serta minimnya pengetahuan akan hukum dan peraturan membuat tekanan terhadap ekosistem pesisir terus meningkat. Atribut selanjutnya adalah parisipasi masyarakat dan pemahaman masyarakat akan fungsi dari ekosistem mangrove. Minimnya partisipasi masyarakat mengakibatkan beberapa program yang dicanangkan tidak berjalan dengan baik. Masyarakat masih bergantung pada bantuan pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat dalam menjaga ekosistem mereka. Belum terlihat adanya swadaya masyarakat dalam menjaga serta melestarikan ekosistem mangrove, serta rasa mengahargai atas jasa dari ekosistem mangrove terhadap manusia. Sampai saat ini ekosistem mangrove