12
Tabel 1 Hubungan sosial pemanfaatan sumberdaya alam Bentuk
pengaturan Hak Pemilikan
Milik perorangan
Milik bersama
Milik negara
Bebas akses Pembatasan
Tidak dibatasi
Pelaku Satu orang
Anggota Anggota
Anggota Terbuka
Pemanfaatan Individu
Dibatasi peraturan
Dibatasi peraturan
Tidak terbatas
Tidak terbatas
Sumber: Ostrom dan Stevenson 1991 dan Ellswotrh 2004
2.1.2 Batas Kewenangan
Menurut Schmid 1998 menyatakan bahwa batas kewenangan diartikan sebagai batas wilyah kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap sumberdaya alam. Karena mangrove memiliki karakteristik dapat dikonsumsi dan dirasakan manfaatnya secara bersama maka persoalan batas
kewenangan menjadi penting dalam merefleksikan keinginan pengguna. Batas kewenangan berperan mengatur alokasi sumberdaya alam yang
diindikasikan dengan kinerja tertentu.
2.1.3 Aturan Keterwakilan
Aturan keterwakilan mengatur siapa yang berhak terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya
terhadap kinerja yang ingin dicapai ditentukan oleh kaidah-kaidah
keterwakilan. Apabila pemerintah menginginkan perubahan alokasi dan distribusi secara keseluruhan dapat dilakukan dengan aturan keterwakilan.
Aturan keterwakilan mempengaruhi biaya membuat keputusan. Ongkos membuat keputusan akan mempengaruhi nilai output. Semakin besar biaya
transaksi mengakibatkan semakin menurun nilai output. Olehkarena itu perlu dicari mekanisme yang paling efisien yang dapat menetapkan biaya transaksi.
Tujun insitusi adalah mengurangi ketidakpastian, karena masing- masing pihak telah memberikan pengakuan bahwa hak seseorang merupakan
kewajiban orang lain. Hayami dan Kikuchi 1981 , menyatakan bahwa terdapat tiga manfaat dari institusi, yaitu : 1 pedoman bagi anggota
masyarakat untuk berprilaku dalam memenuhi kebutuhan hidup; 2 menjaga kebutuhan masyarakat atau kelompok sosial tertentu; 3 pedoman untuk
13
berprilaku. Apabila kerusakan ekosistem mangrove masih meningkat berarti bahwa institusi yang ada tidak mampu mengendalikan hubungan saling
ketergantungan antar manusia terhadap ekosistem mangrove. Kemungkinan penyebab adalah ketidakpastian hak pemilikan dan lemahnya sistem
pengawasan.
2.1.4 Kepastian Hak Pemilikan
Hak pemilikan merupakan ikatan atau kumpulan hak untuk mengawasi dan menggunakan sumberdaya alam oleh seseorang atau sekelompok orang.
Schmidt 1998 menyatakan bahwa kepastian hak menjadi sangat penting karena mempengaruhi kinerja ekonomi. Magrath 1998 dan Stevenson
1991 menyatakan bahwa apabila hak pemilikan terdefinisikan secara jelas, maka tindakan pengurasan sumberdaya alam menjadi tidak ekonomis
sehingga mendorong kearah pemanfaatan secara berkelanjutan. Kepastian hak penguasaan tanah dijelaskan oleh Harsono 1999, adalah serangkaian
wewenang, kewajiban dan atau larangan bagi pemegang hak untuk berbuat sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat mengenai tanah
yang menjadi haknya. Unsur kepastian hak penguasaan tanah terdiri atas hak katagoris dan hak konkrit.
Hak katagoris apabila hak penguasaan atas tanah belum dihubangkan dengan obyek dan suyeknya invidu atau badan hukum sebagai pemegang
haknya, contohnya adalah hak milik, hak guna usaha dan lain-lain. Unsur- unsur hak katagoris adalah:
1 Nama hak terkait dengan peraturan yang berlaku, 2 Isi yang menyangkut: a kewenangan, yaitu kekuasaan dan pembatasan
kekuasaan, serta pembeda, b kewajiban, yaitu memelihara potensi tanah, fungsi sosial tanah, fungsi ekologis tanah.
3 Subyek hak menyangkut: a persyaratan; b pengaturan umum dan c pengaturan khusus.
4 Obyek hak menyangkut pengaturan pokok dan pengaturan khusus. Menurut Stevenson 1991 bahwa hak pemilikan belum bermakna
apabila belum dihubungkan dengan bentuk fisik kongkrit dari sumberdaya alam. Hak kongkrit menurut Harsono, adalah apabila hak penguasaan tanah
14
sudah dihubungkan dengan obyek dan subyeknya individu atau badan hukum sebagai pemegang haknya. Unsur hak kongkrit adalah sebagai
berikut: 1 Penciptaan hak
2 Pembebanan dengan hak-hak lainnya 3 Peralihan hak
4 Hapusnya hak 5 Pembuktian hak
Hak atas lahan garapan mangrove dikatakan memberikan kapasitas apabila sistematika penciptaan sampai dengan penghapusan unsur-unsur hak
katagoris dan hak kongkrit adalah dalam jangka panjang memberikan jaminan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kepastian hak penguasaan
secara teoritis berfungsi sebagai alat koordinasi yang efektif karena mengarahkan perilaku pemegang haknya untuk mengendalikan kerusakan
mangrove.
2.1.5 Sistem Pengawasan