Klasifikasi dan Partisipasi Kelembagaan

94 Analisis tugas pokok sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana kewenangan organisasi pemerintah daerah dalam pengelolaan mangrove sekaligus melihat sejauh mana kepentingan dan pengaruh organisasi dalam pengelolaan mangrove di Kabupaten Tangerang. Tugas pokok menentukan pola koordinasi antar organisasi karena berkaitan dengan hak dan tanggung jawab organisasi dan bentuk keterlibatan sebuah organisasi dalam kegiatan. Menurut Uphoff 1986 bahwa kinerja suatu lembaga dapat diukur melalui bagaimana lembaga dapat menyelesaikan tugas pokoknya. Tabel 19 Aspek pengelolaan mangrove berdasarkan tugas pokok No Aspek Lembagaorganisasi pengelolaan mangrove 1 Penetapan dan Pemantapan Bappeda, PU, DKP 2 Pengelolaan DKP, BLH, Perhutani 3 Pembinaan dan Pengawasan BLH, DPRD, Perhutani, Kepala desa, tokoh masyarakat, Sumber: Hasil penelitian 2013 Hasil identifikasi terhadap lembaga yang terkait dengan pengelolaan mangrove di Kabupaten Tangerang Tabel 19 menunjukkan terjadi tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan kawasan mangrove. Pada tugas pokok pengelolaan beberapa lembaga terlibat. Menurut Manan 2001 secara umum ketidakjelasan kewenangan yang terjadi dalam pengelolaan hutan disebabakan oleh; 1 terdapat lebih dari satu lembaga pemerintah yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan hutan 2 belum jelas dan tegasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Banyaknya kantor kantor pusat di daerah sangat mempengaruhi kewenangan otonomi.

5.4.3 Klasifikasi dan Partisipasi Kelembagaan

Hasil identifikasi kelembagaan terdapat 13 kelembagaan yang terlibat dalam pengelolaan mangrove di Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Lingkungan Hidup, Perum Perhutani, Penggrap, 95 Perguruan Tinggi, Kepala Desa, BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum, LSM, DPRD Kab Tangerang, Masyarakat Lokal, dan Tokoh Masyarakat. Secara umum stakeholder pengelolaan mangrove terdiri dari organisasi pemerintah dan non pemerintah dan masyarakat lokal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh IIED 2005 bahwa stakeholders dapat meliputi organisasi atau kelompok-kelompok sosial dan komunitas masyarakat lokal. Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya, Reed 2009 mengelompokkan stakeholder menjadi 4 bagian yaitu stakeholders subyek, stakeholder key player, stakeholder context setter dan stakeholder crowd. Menurut Hermawan 2005, tingkat pengaruh mengindikasikan kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Sedangkan tingkat kepentingan keterlibatan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholder. Dalam penelitian ini kepentingan dan pengaruh stakeholder diidentifikasi berdasarkan kewenangannya yang tertuang dalam tugas pokok dalam mengambil keputusan terkait dengan proses pengelolaan hutan mangrove. Adapun informasi tentang tingkat kepentingan keterlibatan dan tingkat pengaruh stakeholder disajikan pada Tabel 19. Klasifikasi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan keterlibatan dan pengaruhnya dalam pengelolaan mangrove dilakukan di wilayah Kabupaten Tangerang. Stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dianalisis pada 4 kelompok stakeholder. Selanjutnya stakeholder yang telah diklasifikasi berdasarkan pengaruh dan kepentingannya dimasukkan dalam matriks kuadran untuk menentukan subyek, pemain kunci key player, penghubung dan penonton. Hal ini dilakukan untuk menentukan stakeholder yang bisa melakukan kerjasama dan stakeholder yang memiliki resiko bagi ketidakberhasilan kegiatan. Matriks kuadran posisi stakeholder dapat dilihat pada Gambar 10. 96 Tabel 20 Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam Pengelolaan Mangrove di KabupatenTangerang Stakeholder Kepentingan Pengaruh Dinas Kelautan dan Perikanan Tinggi.Koordinator pengelola di daerah Tinggi. Pengambil kebijakan BLHD Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Koordinasi terhadap Pengawasan lingkungan Bupati Tinggi. Penyelenggara Tinggi. Pengambil kebijakan Perhutani Tinggi.Koordinator pengelola Tinggi. Pengambil kebijakan Penggarap Tinggi. Menerima manfaat dari sumberdaya mangrove Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan Perguruan Tinggi Tinggi. Tidak menerima dampak Rendah. Tidak bisa mempengaruhi keputusan Kepala Desa Tinggi. Sebagai Pembina masyarakat sekitar mangrove Tinggi. Koordinasi pemerintahan dan kontrol wilayah teritori BAPPEDA Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Kontrol implementasi perencanaan. Dinas PU Tinggi. Pemeliharaan infra- struktur seperti jalan Tinggi. Koordinasi penataan ruang LSM Rendah. Tidak menerima dampak Rendah. Tidak bisa mempengaruhi keputusan DPRD Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Dukungan proses pengambilan keputusan tingkat lokal Masyarakat lokal Tinggi. Menerima manfaat dari sumberdaya mangrove Rendah. Tidak mempunyai Akses terhadap kebijakan TokohMasyarakat Tinggi. Menerima manfaat dari keberadaa sumberdaya hutan Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan Sumber: Analisis Penelitian 2013 97 Gambar 10 Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder berdasarkan tugas pokok Berdasarkan matriks tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh yang menempati posisi kuadran A subyek di Kabupaten Tangerang terdapat stakeholder, dengan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat pengaruh yang rendah yaitu tokoh masyarakat, dan masyarakat lokal. Apabila kegiatan ini ingin melindungi kepentingan mereka, maka diperlukan inisiatif-inisiatif khusus terutama karena mereka adalah merupakan para pihak yang paling besar menerima dampak dari kegiatan ini. Peningkatan kemampuan dan peningkatan kesadaran terhadap mangrove sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk melibatkan stakeholder ini dalam kegiatan pengelolaan mangrove di Kabupaten Tangerang. Posisi kuadran B key players di Tangerang terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Bupati, Perhutani, Penggarap, Dinas PU dan Kepala Desa. Stakeholder ini merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki kepentingan dan pengaruh yang sama tinggi. Kuadran B ditempati oleh banyak stakeholder dibandingkan dengan Kuadran A, C dan D. Banyaknya pihak yang berperan sebagai pemain adalah potensi besar dalam rangka SUBYEK Masyarakat lokal Tokoh Masyarakat KEY PLAYER Dinas Kelautan dan Perikanan Bupati Perhutani Penggarap Dinas PU Kepala Desa CROWD Perguruan Tinggi LSM CONTEXT SETTER BLHD BAPPEDA DPRD PENGARUH K E P E N T I N G A N 98 pengelolaan mangrove. Perlu dilakukan kerjasama yang baik agar kegiatan pengelolaan mangrove dapat mencapai kinerja yang diharapkan. Posisi kuadran C context setter di Kabupaten Tangerang terdapat stakeholder, dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh yang tinggi yaitu BAPPEDA, BLHD dan DPRD. Kuadran D crowd di Tangerang terdapat stakeholder, dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh yang rendah yaitu Perguruan Tinggi dan LSM. Stakeholder ini tidak memerlukan pelibatan intensif dalam pencapaian tujuan kegiatan tetapi apabila memungkinkan, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui perkembangan kepentingannya. Dari hasil klasifikasi stakeholder tersebut maka untuk mencapai pengelolaan yang baik perlu ada optimasi fungsi dari kelembagaan terutama yang terlibat dalam kelompok key players.

5.5 Optimasi Fungsi Kelembagaan.