Sistem Pengawasan Kelembagaan dan Peran Kelembagaan

14 sudah dihubungkan dengan obyek dan subyeknya individu atau badan hukum sebagai pemegang haknya. Unsur hak kongkrit adalah sebagai berikut: 1 Penciptaan hak 2 Pembebanan dengan hak-hak lainnya 3 Peralihan hak 4 Hapusnya hak 5 Pembuktian hak Hak atas lahan garapan mangrove dikatakan memberikan kapasitas apabila sistematika penciptaan sampai dengan penghapusan unsur-unsur hak katagoris dan hak kongkrit adalah dalam jangka panjang memberikan jaminan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kepastian hak penguasaan secara teoritis berfungsi sebagai alat koordinasi yang efektif karena mengarahkan perilaku pemegang haknya untuk mengendalikan kerusakan mangrove.

2.1.5 Sistem Pengawasan

Permasalahan utama dalam pengelolaan hutan mangrove adalah bagaimana mengatur hutan mangrove dalam keadaan lestari, pada sisi lainnya juga harus mengakomodasikan keinginan yang beragam dan sekelompok orang yang ingin memanfaatkan hutan mangrove guna memenuhi kepentingannya. Pengalaman beberapa negara bahwa hak pemilikan tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk menyelesaikan seluruh permasalahan sumberdaya alam. Hal ini karena tidak ada karakteristik sumberdaya alam yang benar-benar sempurna sebagai barang privat dan barang publik Stevenson 1991; Ostrom 1999; McKean 2000. Magrath 1989, menyatakan bahwa untuk pengaturan pengelolaan sumberdaya alam yang dapat mengendalikan pemanfaatan berlebihan adalah melalui : 1 pendekatan pengaturan langsung yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan tanpa bantuan mekanisme pasar; 2 pendekatan mekanisme pasar; 3 gabungan antara peraturan dengan mekanisme pasar. Magrath 1989 Stevenson 1991 dan Ostrom 1999, menyatakan bahwa mengaplikasikan hak pemilikan tanpa diikuti dengan sistem pengaturan yang efektif dapat 15 menciptakan permasalahan penghamburan sumberdaya alam dan memaksimalkan keuntungan, sehingga menghasilkan kerugian ekonomi dan sosial. Schmid 1987 dalam Kartodihardjo 1998 menyatakan bahwa institusi memiliki implikasi terhadap inisiatif dan kemampuan suatu organisasi untuk menjalankan penegakan peraturan guna mengatasi permasalahan komitmen, efisiensi, dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Pengaturan yang efektif adalah membatasi pemanfaatan dan orang- orang yang memanfaatkan, serta mendefinisikan secara jelas hak, kewajiban dan memiliki kewenangan untuk mengecualikan orang-orang atau kelompok orang yang tidak memiliki hak Stevenson 1991, Alikodra 2002, menyatakan bahwa terdapat 27 buah peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan hutan mengrove yang kesemuanya mengarah kepada konservasi, namun dalam implementasinya banyak menghadapi hambatan karena perbedaan persepsi, ego sektor dan sulitnya penegakan hukum. Menurut Hirakuri 2003, pengaturan sumberdaya hutan di Brasil melalui peraturan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, ternyata tidak efektif mengendalikan kerusakan hutan. Apabila hak pemilikan tidak diaplikasikan dalam pengelolaan hutan mangrove, maka secara teoritis kinerja sangat bergantung kepada efektivitas pengawasan. Keberhasilan hanya dimungkinkan apabila lembaga pengawas bertindak dalam kerangka kepentingan kepentingan publik, memahami bekerjanya sistem ekologis, serta memiliki kemampuan dan kapasitas mengajak penggarap untuk berperilaku memanfaatkan ekosistem mangrove secara optimal. Apabila prasyarat tersebut tidak terpenuhi maka perilaku aktor cenderung berperilaku untuk selalu mengambil keuntungan tanpa memberikan kontribusi apa-apa terhadap pengelolaan hutan, sehingga terjadi pemborosan sumberdaya hutan yang berakibat menimbulkan kerugian secara sosial dan ekonomi. Persekongkolan antara pencuri, cukong dan oknum aparat sebagaiamana digambarkan Kartodihardjo dan Soedomo 2005, merupakan bukti empiris bahwa kebanyakan aktor menginginkan keuntungan tanpa memberikan kontribusi apa-apa. Perilaku tersebut adalah pilihan yang rasional bagi aktor, namun menimbulkan permasalahan ketika sebagian besar 16 berprilaku seperti itu. Tidak terkendalinya perilaku mengambil keuntungan tanpa berkontribusi terhadap pengelolaan sumberdaya alam adalah indikasi terjadinya kegagalan pemerintah dalam mengelola sumberdaya alam. Bertitik tolak dari teori-teori tersebut maka sistem pengawasan yang efektif adalah yang memberikan peran kepada penggarap untuk mengendalikan dirinya sendiri untuk tidak melakukan pemanfaatan secara berlebihan. Selain itu peningkatan kapasitas pengawasan sangat diperlukan guna memantau aktivitas pemanfaatan mangrove.

2.1.6 Konsep Perilaku dan Kapasitas Penggarap