114
implisit tampak bahwa skenario optimis merupakan cerminan kepentingan stakeholders untuk mencapai suatu kondisi wilayah pesisir yang ideal pada
masa depan. Pada ekstrim yang lain, skenario sangat pesimis menunjukkan bahwa jika kondisi seperti saat ini terus berlangsung, tidak diperlukan upaya
perbaikan, dan sistem akan menjadi lebih buruk daripada kondisi saat ini. Sebagai kompromi dari kedua skenario ekstrim di atas, perwakilan
stakeholders juga merumuskan skenario moderat dan pesimis. Kedua skenario kompromis ini merupakan cerminan dari kepentingan stakeholders
dengan mempertimbangkan kemampuan memperbaiki berbagai variabel penentu Brown 2001. Upaya logis yang dapat diajukan oleh perwakilan
stakeholders secara nyata dapat dirumuskan dalam implikasi strategis dan aksi antisipatif.
5.8 Implikasi Strategis dan Aksi Antisipatif
Dari kombinasi kondisi variabel dan skenario yang mungkin terjadi ke depan, selanjutnya perwakilan stakeholders melakukan diskusi
terstruktur dan menyusun implikasi strategis dan aksi antisipatif. Rencana aksi yang dapat disusun oleh para stakeholders adalah mempersiapkan diri
untuk menghadapi situasi di masa datang proaktif. Selain itu, eksplorasi kondisi masa datang juga dapat membantu dalam menyiapkan aksi yang
bersifat reaktif. Melalui identifikasi dan perbandingan skenario, para pengambil keputusan dan stakeholders dapat lebih mampu merencanakan
masa depan suatu wilayah Godet dan Roubelat 1998. Pada akhirnya sebagai kesimpulan konsensus, dapat dirumuskan
implikasi strategis alternatif kebijakan dan aksi antisipatif yang harus diakomodasi dalam rencana pengelolaan mangrove pesisir Tangerang, yaitu
sebagai berikut : 1 Sumberdaya manusia
Salah satu kunci keberhasilan dalam upaya melestarikan ekosistem mangrove sekaligus mensejahterakan masyarakat adalah melalui
kebijakan pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat sekitar ekosistem mangrove. Hal ini diperlukan mengingat masyarakat pesisir
115
merupakan komunitas yang sebahagian besar pola hidupannya sangat tergantung kepada sumberdaya mangrove. Masyarakat di sekitar
mangrove yang pertama kali akan merasakan dampak dari kerusakan ekosistem mangrove. Pengelolaan lingkungan memerlukan keterlibatan
dan peranserta atau partisipasi aktif masyarakat mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Strategi pemberdayaan masyarakat ditujukan
bagi masyarakat lokal supaya dapat mengakses sumberdaya informasi, politik, ekonomi, teknologi, dan sosial untuk kesejahteraannya dan untuk
pemeliharaan kualitas lingkungan. Agar terbangun rasa memiliki akan sumberdaya yang ada maka upaya yang dilakukan perlu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan potensi sumberdaya lokal sehingga akan terbangun rasa kepemilikan sumberdaya.
2 Penegakan hukum Dalam mendukung penegakan hukum perlu dilakukan kebijakan
penegakan hukum yang meliputi penyediaan perangkat hukum yang tepat, melaksanakan penegakkan hukum melalui cara pemberian sangsi
yang konsisten serta reward. Agar tidak terjadinya ketimpangan dan konflik kepentingan serta aktualisasi pelaksanaan kebijakan dan strategi
dalam pengelolaan maka perlu ada koordinasi dan singkronisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan di pusat dan di daerah
dengan memperhatikan hukum adat dan kearifan lokal. Penegakkan hukum diperlukan untuk menjamin terlaksananya kebijakan yang telah
ditetapkan dan dapat dilakukan secara konsisten sehingga dapat menghindari konflik kepentingan.
3 Koordinasi kelembagaan Pengelolaan terpadu dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan yang bersifat lintas sektor dan multistakeholder. Pengelolaan lingkungan untuk menjaga ekosistem kelautan dilakukan
secara terpadu dan komprehensif integrated management dari berbagai aspek pembangunan sehingga terwujud suatu mekanisme pengelolaan
lingkungan yang optimal dan berkelanjutan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan. Keterpaduan mencakup pengelolaan keterpaduan
116
antar stakeholder yakni masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan lembaga swadaya masyarakat.
4 Peningkatan kapasitas kelembagaan diarahkan dalam rangka kerjasama yang harmonis diantara semua institusi serta kemampuan dalam
pengelolaan lingkungan di wilayahnya masing-masing. Penguatan kapasitas kelembagaan meliputi kelembagaan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Kelembagaan ini perlu ditingkatkan baik kualitas maupun peransertanya dalam pembangunan.
Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk menegaskan mekanisme kerjasama antar lembaga guna menghindari konflik kewenangan dan
konflik pemanfaatan.
5.9 Strategi implementasi kebijakan pengelolaan