Konflik pemanfaatan dan alih fungsi lahan

67 pasang tinggi mendorong lumpur yang berasal dari sungai Cisadane dan berkumpul di lekukan bibir pantai tersebut. Fenomena tersebut berjalan bertahun-tahun hingga daratan bertambah maju kearah laut dan menjadi tanah timbul lahan terbuka. Oleh masyarakat kini tanah timbul tersebut telah dimanfaatkan menjadi lahan tambak.

5.3 Permasalahan pengelolaan mangrove di kabupaten Tangerang

Dari hasil penelitian lapangan dan data sekunder yang relevan ditemukan beberapa permasalahan pokok yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan mangrove di wilayah penelitian.

5.3.1 Konflik pemanfaatan dan alih fungsi lahan

Pengelolaan mangrove terdiri atas dua fungsi utama yaitu Pertama sebagai fungsi lindung yang diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi pengaturan tata air, pencegahan intrusi air laut, polusi, perlindungan terhadap angin, abrasi pantai dan mempertahankan habitat biota akuatik dan terrestrial. Kedua , pengelolaan mangrove dengan fungsi pelestarian diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga kemurnian, keunikan keanekaragaman genetik, spesies dan ekosistem mangrove. Dalam kegiatan perlindungan dan pelestarian mangrove diupayakan dapat terintegrasi dengan kepentingan dan hak masyarakat sekitarnya. Permasalahan utama dalam pengelolaan mangrove yang berkaitan dengan upaya kelestarian fungsinya adalah perambahan mangrove dalam bentuk perubahan status kawasan untuk keperluan perluasan tambak yang dilakukan secara besar-besaran oleh pihak swasta. Luas kawasan mangrove di Tangerang kondisinya banyak mengalami tekanan berupa pencemaran dan perambahan. Selain itu belum ditemukan formula yang cukup memadai untuk menghentikan atau menghambat upaya perambahan yang dilakukan secara sistematis dan sporadis. Pemanfaatan lahan di wilayah pesisir Tangerang mengalami konflik antar stakeholder. Konflik pemanfaatan terjadi secara horizontal antar masyarakat dan pengusaha, dan konflik vertikal antar pemerintah daerah. 68 Konflik di Tangerang akibat belum memiliki status hutan yang jelas. Sosialisasi kebijakan bagi para petambak dan masyarakat kurang efektif sehingga tetap menimbulkan pola pemanfaatan yang berlebihan. Alih fungsi lahan terjadi karena tidak tegasnya penegakan hukum mengenai ketaatan terhadap rencana tata ruang yang telah disusun. Alih fungsi lahan terjadi khususnya untuk mangrove di Tangerang untuk kegiatan pertambakan. 5.3.2 Peraturan perundangan pengelolaan mangrove. 5.3.2.1 Peraturan yang terkait