Persepsi Petani Mengenai Manfaat

VIII. PERSEPSI PETANI DESA SUKAGALIH TERHADAP USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

Karakteristik responden yang dilihat dalam persepsi usahatani metode SRI adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, status penguasaan lahan, dan lama bertani. Persepsi dalam hal jenis kelamin tidak dapat dilihat karen responden adalah laki – laki semua. Adapun persepsi yang dilihat adalah manfaat yang dirasakan terhadap usahatani padi metode SRI, keuntungan yang dirasakan setelah melakukan usahatani padi dengan metode SRI, dan mudah tidaknya usahatani padi dengan menggunakan metode SRI.

8.1. Persepsi Petani Mengenai Manfaat

Persepsi petani mengenai manfaat yang dirasakan setelah adanya metode SRI dalam usahatani padi dibedakan mejadi dua kategori yaitu bermanfaat dan tidak bermanfaat. Karakteristik responden terhadap manfaat yang dirasakan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Karakteristik Responden dan Persepsi Mengenai Apakah Ada Manfaat yang Dirasakan Setelah Adanya Usahatani Padi Metode SRI Manfaat yang Dirasakan terhadap Usahatani Padi Meteode SRI Manfaat Tidak Bermanfaat No Karakteristik Rsponden Jumlah Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Umur

• 40 tahun 18 10 55,56 8 44,44 40 tahun 3 3 100,00 0,00 Jumlah 21 13 8

2 Tingkat Pendidikan

Lulus SLTA dan PT 7 5 71,43 2 28,57 Lulus SRSD dan SMP 14 8 57,14 6 42,86 Jumlah 21 13 8

3 Tingkat Pendapatan

• 1.0 00.000 8 5 62,50 3 37,50 1.000.000 13 8 61,54 5 38,46 Jumlah 21 13 8 4 Jml Tanggungan Keluarga • 4 orang 12 4 33,33 8 66,67 4 orang 9 9 100,00 0,00 Jumlah 21 13 8 5 Status Kepemilikan Lahan Penyakap 12 5 41,67 7 58,33 Pemilik Penggarap 9 8 88,89 1 11,11 Jumlah 21 13 8 6 Lama Bertani • 15 tahun 16 9 56,25 7 43,75 15 tahun 5 4 80,00 1 20,00 Jumlah 21 13 8 Dilihat dari umur, memperlihatkan bahwa proporsi responden yang berumur diatas 40 tahun menyatakan bermanfaat sebesar 55,56 persen dan yang dibawah 40 tahun sebanyak 100 persen. Proporsi yang menyatakan tidak bermanfaat diatas 40 tahun sebanyak 44,44 persen dan yang dibawah 40 tahun sebanyak 0 persen, jadi baik responden yang berumur diatas 40 tahun atau dibawah 40 tahun sebagian besar menyatakan bermanfaat mengenai adanya usahatani metode SRI. Artinya dilihat dari umur, persepsi mengenai manfaat yang dirasakan tidak ada hubungannya dengan umur responden, selain itu dibuktikan juga dari ÷ 2 -test, dimana H diterima. Hasil ÷ 2 -test membuktikan H diterima, mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat yang dirasakan tidak ada hubungannya dengan umur responden, dan untuk melihat berapa eratnya hubungan antara umur dan manfaat yang dirasakan digunakan perhitungan koefisien kontingensi, maka dapat dilihat bahwa antara jenis umur dan manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang lemah . Seperti pada Lampiran 15. Tingkat pendidikan menunjukkan bahwa proporsi responden yang berpendidikan lulus SLTA dan PT menyatakan bermanfaat sebesar 71,43 persen dan yang lulus SD dan SMP sebesar 57,14 persen, proporsi yang menyatakan tidak bermafaat untuk yang berpendidikan lulus SLTA dan PT sebesar 28,57 persen sedangkan yang berpendidikan lulus SD dan SMP sebesar 42,86 persen. Jadi bedasarkan tingkat pendidikan hampir semua responden menyatakan bermanfaat mengenai adanya usahatani padi metode SRI, artinya dilihat dari tingkat pendidikan maka persepsi mengenai manfaat tidak ada hubungannya dengan tingkat pendidikan. Selain itu dibuktikan juga dari ÷ 2 -test, dimana H diterima. Hasil ÷ 2 -test membuktikan H diterima, mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat tidak ada hubungannya dengan tingkat pendidikan, dengan menggunakan koefisien kontingensi, maka dapat dilihat bahwa antara jenis tingkat pendidikan dan manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang sangat lemah seperti yang terdapat pada Lampiran 16. Dilihat dari tingkat pendapatan, memperlihatkan bahwa 62,5 persen responden yang berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,00 menyatakan bermanfaat, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan dibawah Rp 1.000.000,00 sebesar 61,54 persen menyatakan bermanfaat dan proporsi responden yang menyatakan tidak bermanfaat sebesar 37,50 adalah responden yang berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,00 sedangkan yang berpenghasilan dibawah Rp 1.000.000,00 sebesar 38,46 persen, dari persepsi tingkat penghasilan terungkap bahwa kebanyakan responden menyatakan bermanfaat. Hasil ÷ 2 -test membuktikan H diterima, mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat tidak ada hubungannya dengan tingkat pendapatan, dalam perhitungan koefisien kontingensi, maka dapat dilihat bahwa antara jenis tingkat pendapatan dan manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang sangat lemah seperti yang terdapat pada Lampiran 17. Adapun persepsi untuk jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat bahwa responden yang berjumlah tanggungan keluarga diatas empat orang yang menyatakan bermanfaat sebesar 33,33 persen dan untuk yang berjumlah tanggungan keluarga dibawah empat yang menyatakan bermanfaat sebesar 100 persen. Sedangkan untuk responden yang tanggungan keluarga diatas empat menyatakan tidak bermanfaat sebesar 66.67 persen dan responden yang tanggungan keluarganya dibawah empat orang menyatakan tidak bermanfaat sebesar 0 persen, dari persepsi jumlah tanggungan keluarga terungkap bahwa ada hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan manfaat yang dirasakan. Hasil ÷ 2 -test membuktikan H ditolak, mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat ada hubungannya dengan jumlah tanggungan keluarga, dan hubungan antara jenis tanggungan keluarga dan manfaat yang dirasakan menggunakan koefisien kontingensi mempunyai hubungan yang sedang, seperti yang terdapat pada Lampiran 18. Dilihat dari penguasaan lahan maka responden yang menyatakan bermanfaat sebesar 41,67 persen untuk responden sebagai petani penyakap, sedangkan untuk petani pemilik sebesar 88,89 persen. Adapun untuk yang menyatakan tidak bermanfaat untuk petani penyakap sebesar 58,33 persen sedangkan untuk petani pemilik sebsar 11,11 persen. Dari persepsi penguasaan lahan terungkap bahwa ada hubungan antara petani penyakap dengan petani pemilik yang dirasakan. Hasil ÷ 2 -test membuktikan H ditolah mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat ada hubungannya dengan penguasaan lahan, dengan menggunakan koefisien kontingensi, maka dapat dilihat bahwa antara jenis umur dan manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang sedang seperti yang terdapat pada Lampiran 19. Sedangkan untuk persepsi yang dilihat dari lamanya bertani maka petani yang lebih berusahatani lebih dari 15 tahun sebanyak 56,25 persen sedangkan untuk petani yang berusahatani dibawah 15 tahun sebanyak 80 persen, adapun untuk responden yang menyatakan tidak bermanfaat sebanyak 43,75 persen untuk petani yang berusahattani lebih dari 15 tahun dan untuk petani yang berusahatani dibawah 15 tahun sebanyak 20 persen. Dari persepsi lamanya bertani tidak ada hubungan yang dirasakan terhadap manfaat usahatani padi metode SRI . Hasil ÷ 2 -test membuktikan H diterima, mengungkapkan bahwa persepsi terhadap manfaat tidak ada hubungannya dengan lamanya bertani, dengan menggunakan koefisien kontingensi, maka dapat dilihat bahwa antara jenis lama bertani dan manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang lemah, seperti yang terdapat pada Lampiran 20. Persepsi responden mengenai manfaat yang dirasakan oleh responden terhadap metode SRI didukung dengan beberapa alasan yang dapat dilihat dari Tabel 27.

a. Responden Pernah Melakukan Usahatani Padi Metode SRI