Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi menurut Desiderato dalam Rakhmat 1988 adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi sensory stimuli. Persepsi dimulai dengan ditangkapnya rangsangan – rangsangan dari lingkungan oleh alat – alat indera manusia yang diproses hingga timbul makna tentang objek tersebut, dengan kata lain jika sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan didalam pusat syaraf yang lebih tinggi otak sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek – objek tersebut maka keadaan ini dinamakan persepsi Sarwono, 1992.

2.5.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Kretch dan Crutchfield dalam Rakhmat 1988 mengemukakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional diantaranya yaitu kebutuhan, pengalaman masa lalu dan faktor – faktor personal lainnya. Kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya juga turut mempengaruhi persepsi. Faktor struktural yang menentukan persepsi adalah semata – mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek – efek yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Sementara itu Bonner dalam Rakhmat 1988 menambahkan bahwa faktor kebudayaan juga berpengaruh dalam pembentukan persepsi selain faktor stuktural dan fungsional. Faktor fungsional terdiri dari kebutuhan, kebiasaan, dan pengalaman masa lalu. Faktor stuktural adalah tidak dipengaruhi oleh kebutuhan individu, emosi, ataupun imajinasi sedangkan faktor kebudayaan adalah faktor – faktor dimana kita dapat melihat dunia dalam konteks adat dan tradisi. Menurut Sarwono 1992, persepsi juga ditentukan oleh pengalaman dan pengalaman itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stilmuli melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Secara psikologis kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempersepsikan stimuli sesuai dengan karakteristik persoalannya atau dengan kata lain pesan diberi makna yang berlainan oleh orang yang berbeda. Faktor lain yang penting dalam mempengaruhi persepsi adalah perhatian attention. Perhatian akan terjadi jika kita mengkonsentrasikan diri pada salahsatu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain. Perhatian menurut Andersen dalam Rakhmat 1988 adalah proses mental ketika suatu stimuli menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan stimuli yang lain. Teori Gestalt dalam Rakhmat 1988 menjelaskan bahwa bila kita mempersepsikan sesuatu, kita tidak melihat bagian – bagiannya lalu menghimpunnya namun kita mempersepsikan sebagai suatu keseluruhan. Begitu juga pendapat Kohler bahwa jika kita ingin memahami sesuatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta – fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Agar kita dapat memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masyarakat yang dihadapinya. Sementara Oskamp dalam Sadli 1976 menyebutkan ada empat karakteristik dari faktor – faktor pribadi yang dapat mempengaruhi persepsi kita yaitu: 1. Ciri – ciri khas dari obyek stimulus, yang mencakup nilai, arti emosional, familiaritas, dan intensitas. a. Nilai adalah ciri – ciri stimuli seperti nilainya bagi subjek yang mempengaruhi caranya stimuli tersebut dipersiapkan. b. Arti emosional adalah seberapa jauh stimulus tertentu merupakan sesuatu yang mengancam atau menyenangkan atau juga mempengaruhi persepsi orang yang bersangkutan. c. Familiaritas adalah pengalaman berdasarkan exposure yang berkali – kali terhadap suatu stimulus akan dipersepsikan lebih akurat. d. Intensitas adalah berhubungan dengan derajat kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut. 2. Faktor – faktor pribadi, yaitu ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, minat, emosi, kesenangan, dan lain sebagainya. 3. Faktor pengaruh kelompok, yaitu respon orang lain yang dapat memberi arahan ke suatu tingkah laku konform. Berdasarkan studi Flament, ditentukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok matual attraction yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi anggota yang naif, dan juga dalam keadaan dimana tidak ada tekanan untuk bertingkah laku konform, maka pengaruh sosial yang hanya informatif saja sifatnya dapat memodifisir persepsi individu. 4. Faktor perbedaan latar belakang kultural. Tajfel menjelaskan variabel sosial yang dianggap sengat berpengaruh dalam persepsi sosial seseorang yaitu: a. Fungsional salience: objek yang fungsional adalah objek yang berbeda – beda bagi setiap lingkungan, sesuai dengan banyak dan ragamnya fungsi. Dalam satu masyarakat, tingkat kepentingan terhadap suatu benda akan berbeda dengan masyarakat lain. b. Familiaritas: pengalaman dan hasil kebudayaan – kebudayaan seseorang yang berada dalam satu lingkungan budaya mungkin sekali tidak dikenal dalam budaya lain. c. Sistem komunikasi: dihubungkan dengan kekayaan perbendaharaan kata yang sebaiknya dianggap mempengaruhi persepsi seseorang, karena bahasa seseorang tidak hanya mempengaruhi bagaimana seseorang berkomunikasi, tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan analisa, bahkan dapat menyangkut perkembangan dari taraf kesadaran dan cara berfikir. Pada prosesnya persepsi merupakan penerimaan informasi oleh seseorang sehingga dalam hal ini pengalaman dan pengetahuannya tentang objek tersebut dapat mempengaruhi. Persepsi bukanlah sesuatu yang statis, namun dapat berubah – ubah. Perubahan persepsi ini disebabkan oleh dua hal yaitu proses fisiologik dari sistem syaraf pada indera – indera manusia dimana jika stimulus tidak mengalami perubahan maka terjadi adaptasi atau habituasi, yaitu respon terhadap stimulus makin lama makin lemah. Habituisi menunjukkan kecendrungan faal dari penerimaan yang menjadi kurang peka setelah banyak menerima stimulus. Proses yang kedua adalah proses psikologik yang dapat dijumpai dalam pembentukan dan perubahan sikap Sarwono, 1992. Perubahan persepsi yang disebabkan oleh proses fisiologik dari sistem syaraf pada indera – indera manusia dapat dijumpai pada situasi berikut: jika seseorang yang pertama kali mendengar suara bising yang berasal dari mesin industri maka orang tersebut akan merasa sangat terganggu karena kebisingan itu. Namun jika dia terus menerus mendengar suara mesin tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, maka orang tersebut seakan – akan tidak merasa terganggu lagi karena stimulus ini telah masuk ke dalam batas persepsi optimal dan terjadi peningkatan ambang toleransi.

2.6. Penelitian Terdahulu.