II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Berkelanjutan
Dikalangan para pakar ilmu tanah atau agronomi Salikin, 2003, istilah sistem pertanian berkelanjutan lebih dikenal dengan istilah LEISA Low External
Input Sustainable Agriculture atau LISA Low Input Sustainable Agriculture
yaitu sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan input benih, pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar dari luar ekosistem, yang dalam jangka
panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup sistem pertanian. Menurut Food Agriculture Organization FAO dalam Surya 2002
pertanian berkelanjutan merupakan suatu praktek pertanian yang melibatkan pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia, bersama
dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan, dan mengkonservasi sumberdaya alam. Secara lebih luas pertanian berkelanjutan
dapat didefinisikan sebagai upaya pengelolaan dan konservasi sumberdaya pertanian lahan, air, udara, dan genetik, melalui orientasi perubahan teknologi
dan kelembagaan sedemikian rupa sehingga menjamin tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan baik dari waktu ke waktu maupun
antar generasi. Sedangkan Reintjes, C. et al, 1999 dalam Salikin 2003 pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumberdaya pertanian untuk
memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.
Nasution dalam Salikin 2003 menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan adalah kegiatan pertanian yang berupaya untuk memaksimalkan manfaat sosial
dari pengelolaan sumberdaya biologis dengan syarat memelihara produktivitas
dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup, dan produktivitas sumberdaya sepanjang masa.
Nasution dalam Salikin 2003 memberikan azas – azas yang harus diperhatikan dalam pertanian berkelanjutan, antara lain:
1. Sumber daya biologis harus dimanfaatkan atau dikelola sesuai dengan kemampuan dan kodrat alamiahnya. Jika suatu sumber daya biologis terpaksa
dimanfaatkan melalui batas kemampuan alamiahnya, dapat dilakukan introduksi teknologi untuk mengoperasikan kekurangan tersebut, asalkan tidak
menimbulkan masalah – masalah baru yang lebih serius. 2. Kualitas lingkungan hidup dan produktivitas sumberdaya alam yang
diwariskan oleh suatu generasi kepada generasi selanjutnya sekurang – kurangnya harus sama dengan kualitas lingkungan hidup dan produktivitas
sumber daya alam dari generasi sebelumnya. 3. Penggunaan sumberdaya biologis yang dapat diperbaharui lebih
diprioritaskan. Tingkat penggunaan sumber daya biologi yang dapat diperbaharui tersebut harus sama dengan tingkat pembentukan alamiahnya.
4. Teknologi dan manajemen pertanian yang ditetapkan tidak mengurangi keragaman alamiah yang ada.
5. Pemanfaatan material harus dalam rantai alamiah sepanjang mungkin. Dengan perkataan lain, pengelolaan usahatani harus berupaya memperpanjang siklus
ekologis. 6. Penggunaan material dalam usahatani tidak mengganggu dinamika ekosistem.
7. Usahatani tidak menimbulkan limbah, ataupun jika menimbulkan limbah, limbah tersebut masih dalam batas kemampuan atau daya asimilatif
lingkungan dan dapat dikendalikan. 8. Kuantitas dan kualitas produksi pertanian harus melampaui kuantitas dan
kualitas produk – produk buatan. 9. Kuantitas dan kualitas komoditas pertanian yang dihasilkan harus dapat
memenuhi kebutuhan minimal manusia yang jumlah dan permintaannya neningkat.
Secara umum pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan quality of life. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
paling tidak tujuh macam kegiatan Manguiat dalam Salikin, 2003, yaitu: meningkatkan pembangunan ekonomi, memprioritaskan kecukupan pangan,
meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia, meningkatkan harga diri, memberdayakan dan memerdekakan petani, menjaga stabilitas lingkungan aman,
bersih, seimbang, diperbaharui, dan memfokuskan tujuan produktivitas untuk jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu pendekatan
pertanian berkelanjutan yang bersifat produktif, berdasarkan pengalaman, dan partisipatif.
Pertanian Berkelanjutan yang mengandung makna bahwa pertanian perlu memperhatikan aspek – aspek lingkungan seperti memperhatikan unsur air, tanah,
udara, tanaman yang diupayakan, manusia yang mengupayakan serta unsur – unsur lain yang terdapat didalam lahan petanian. Sehingga dalam pertanian
bekelanjutan perlu mengutamakan kepentingan aliran energi dan siklus nutrisi
yang telah diatur secara alami dan selalu mengedepankan keuntungan dari dampak aliran dan siklus pertanian yang ada.
2.2. Usahatani