5.2.3. Karakteristik Responden Petani Terhadap Persepsi Usahatani Padi Ramah Lingkungan Metode SRI
Karakteristik responden untuk melihat persepsi petani terhadap usahatani padi
dengan menggunakan metode SRI adalah seluruh petani yang pernah mengikuti pelatihan PET dan SRI pada tahun 2003 yang berada di Desa Sukagalih berjumlah 21
orang. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Petani Terhadap Persepsi Usahatani Padi dengan Menggunakan Metode SRI.
No Uraian Jumlah orang
Persentase 1. Umur
• 40 tahun 3
14,29 41 – 45 tahun
2 9,52
46 – 50 tahun 1
4,76 51 – 55 tahun
6 28,57
• 55 tahun 9
42,86
2. Tingkat Pendidikan
Tamat SD SR 11
52,38 Tamat SMP
3 14,29
Tamat SMU PGAA 4
19,05 Sarjana
3 14,29
3. Tingkat Pendapatan
• Rp 500.000,00 9
42,86 Rp 5000.000,00 – Rp 1.000.000,00
4 19,05
• Rp 1.000.000,00 8
38,10
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
4 orang 9
42,86 • 4 orang
12 57,14
5. Kepemilikan Lahan
Pemilih Penggarap 12
57,14 Penyakap
9 42,86
6. Status Usaha
Pokok 8
38,10 Sampingan
13 61,90
7. Lama Bertani
15 tahun 5
23,81 • 15 tanun
16 76,19
Secara umum karakteristik responden petani padi terhadap persepsi usahatani padi ramah lingkungan dengan menggunakan metode SRI dapat dilihat pada
Lampiram 5.
VI. ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI METODE SRI DAN KONVENSIONAL
Sistem usahatani padi ramah lingkungan metode SRI di Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya dikenal pada awal tahun 2003 dimana
Desa Sukagalih merupakan daerah pertama di Kabupaten Tasikmalaya yang mendapatkan pelatihan SRI dan PET. Program Pengenalan Ekologi Tanah atau lebih
sering disebut PET merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan pelatihan SRI, karena salah satu tujuan PET adalah proses pembelajaran dalam memperkuat
memotivasi dan mendukung tumbuh dan berkembangnya jiwa ilmiah atau sains petani, dan menumbuhkan pemahaman yang menekankan kepada sebuah rumah tangga atau
ekologi yang berada pada tanah. Setelah petani belajar ekologi tanah barulah petani belajar tumbuhan yang akan
ditanam diatasnya khususnya padi melalui metode SRI. Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya
membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oksigen lebih banyak didalam tanah, kemudian dimanfaatkan oleh akar. Dengan keadaan tidak tergenang, akar tumbuh
dengan subur dan besar maka dapat menyerap nutrisi sebanyak – banyaknya. Teknik budidaya padi ramah lingkungan metode SRI berbeda dengan padi
konvensional. Responden mengetahui bahwa ada cara – cara tertentu yang diajarkan pada saat pelatihan PET dan SRI namun aplikasi dilapangan ada sedikit perbedaan
disesuikan dengan kondisi dan kemampuan petani. Keragaan sistem pertanian padi ramah lingkungan metode SRI dan konvensional di Dese Sukagalih Kecamatan
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya selengkapnya adalah sebagai berikut: