Harga jual yang dituju untuk konsumen yang melalui swalayan sebesar Rp. 6.200,00 per kg dengan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 3.927,50 per kg
sehingga keuntungan yang diperolehnya untuk lembaga PBLD Rp 520,00 per kg dan swalayan sebesar Rp 400,00 per kg, sehingga total marjin pemasaran sebesar Rp
4.200,00 per kg atau 67.74 persen. Adapun rincian biaya pemasaran melaui swalayan dapat dilihat pada Tabel 24.
7.3.2. Efisiensi Saluran Pemasaran
Efisiensi saluran pemasaran dapat dilihat dari dua unsur yaitu dilihat dari segi efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Efisiensi operasional dilihat dari
segi penggunaan teknologi dalam melakukan fungsi – fungsi pemasaran, sedangkan efisiensi penetapan harga dilihat dari marjin pemasaran dan farmer’s share , nilai
marjin yang dilihat adalah yang mempunyai nilai lebih rendah antar saluran pemasaran dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lainnya. Sedangkan untuk farmer’s
share yang dilihat adalah yang mempunyai nilai lebih besar antar saluran pemasaran
yang dibandingkan dengan saluran pemasaran lain. Saluran efisiensi dari segi efisiensi operasional maka PPTD yang lebih efisien,
dilihat dari keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga – lembaga yang lain dan penggunaan teknologi, hal ini dapat dilihat dari proses pengolahan yang
dilakukan sehingga produk mempunyai nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Tabel 25. Nilai Persentase Total Marjin dan Farmer Share
Saluran Pemasaran Total
Marjin Farmer’s
Share Total
Biaya Total
Keuntungan
1 tidak melalui pengecer 55,56
44,44 72,17
27,83 2 melalui Toko
64,29 35,71
66,92 33,08
2 melalui Swalayan 62,96
37,04 60,14
39,86 3 tidak melaui pengecer
64,29 35,71
65,67 34,33
4 melalui Toko 69,70
30,30 67,08
32,92 4 melalui Swalayan
67,74 32,26
63,35 36,65
Seperti pada Tabel 25 saluran 1 menunjukkan nilai marjin pemasaran terkecil dibandingkan dengan saluran yang lainnya, sedangkan untuk farmer’s share yang
diterima petani adalah sebesar 44,44 persen yang menunjukkan bahwa saluran 1 mempunyai farmer’s share terbesar dan dilihat dari saluran pemasaran yang dilakukan
oleh saluran 1 yang relatif pendek, tetapi dari segi total biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan saluran lain, selain itu untuk pemasaran padi ramah
lingkungan pada saluran 1 terbatas, karena permintaan pada saluran ini relatif tetap tidak ada perubahan dari tahun ketahunnya, maka dapat disimpulkan bahwa saluran 1
tidak efisien dalam saluran pemasaran. Saluran 3 menunjukkan saluran yang efisien, karena saluran 3 mempunyai
persentase penyaluran barang terbesar diantara saluran yang lainnya dan mempunyai peluang untuk dikembangkan lebih lanjut dibandingkan dengan saluran yang lainnya.
VIII. PERSEPSI PETANI DESA SUKAGALIH TERHADAP USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI
Karakteristik responden yang dilihat dalam persepsi usahatani metode SRI adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
status penguasaan lahan, dan lama bertani. Persepsi dalam hal jenis kelamin tidak dapat dilihat karen responden adalah laki – laki semua. Adapun persepsi yang dilihat
adalah manfaat yang dirasakan terhadap usahatani padi metode SRI, keuntungan yang dirasakan setelah melakukan usahatani padi dengan metode SRI, dan mudah tidaknya
usahatani padi dengan menggunakan metode SRI.
8.1. Persepsi Petani Mengenai Manfaat
Persepsi petani mengenai manfaat yang dirasakan setelah adanya metode SRI dalam usahatani padi dibedakan mejadi dua kategori yaitu bermanfaat dan tidak
bermanfaat. Karakteristik responden terhadap manfaat yang dirasakan dapat dilihat pada Tabel 26.