Pengendalian Hama dan Penyakit Panen

Kegiatan pemupukan padi konvensional dilakukan sebanyak 2 – 3 kali, pemupukan pertama ketika 2 – 3 hari sebelum dilakukan penanaman, pemupukan kedua ketika tanaman berusia 17 – 22 hari setelah tanam atau sama dengan waktu pemupukan pertama untuk yang melakukan pemupukan dua kali, pemupukan ketiga setelah tanaman berusia 35 – 45 hari setelah tanam atau sama dengan waktu pemupukan yang kedua untuk yang melakukan pemupukan dua kali.

6.1.7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Lahan yang usianya relatif baru dalam usahatani yang ramah lingkungan mempunyai kondisi yang cukup rawan terhadap serangan hama dan penyakit. Pemberantasan hama dan penyakit biasanya para petani menggunakan pestisida buatan sendiri yang bahan – bahan utamanya diperoleh dari alam sekitar. Pemakaian bio pestisida ini dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terkena hama dengan perbandingan 1 : 10 yang artinya satu liter bio pestisida tersebut dicampurkan dengan sepuluh liter air bersih. Cara pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 6. Selain dengan menggunakan bio pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit, petani melakukan pencabutan gulma yang berada dilahan dan pematang sawah. Hal ini dilakukan aga kondisi lahan bersih dari gulma – gulma tersebut yang biasanya dijadikan tempat bersarang oleh hama. Sedangkan dalam usahatani padi konvensional pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menaburkan atau menyemprotkan pestisida kimia. Sebagian besar petani menggunakan pestisida tersebut ketika tanaman sedang terserang hama dan penyakit, jika tidak terserang hama dan penyakit petani jarang menggunakan pestisida. Petani yang menggunakan pestisida ketika tanaman tidak terserang hama dan penyakit, alasannya adalah sebagai antisipasi untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Gambar 6. Cara Pemberian Pupuk dan Pengendalian Hama dan Penyakit Sumber: Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, 2005

6.1.8. Panen

Cara pemanenan yang biasa dilakukan petani masih menggunakan tahapan dan teknologi yang sederhana yaitu pada tahap awal padi dipotong dengan pisau khusus dan biasanya pisau bergerigi. Setelah itu kemudian padi dikumpulkan untuk mempermudah dalam melakukan kegiatan perontokkan. Adapun cara perontokkannya adalah dengan membantingnya pada papan kayu atau hamparan karung yang disiapkan. Perontokan padi tersebut dilakukan dilahan sawah itu sendiri. Secara umum perbedaan antara usahatani padi ramah lingkungan metode SRI dengan konvensional dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.2. Penggunaan Sumberdaya 6.2.1. Benih