Penerimaan Analisis pendapatan dan marjin pemasaran padi ramah lingkungan

Tabel 15. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Ramah Lingkungan Metede SRI antara Petani Pemilik dan Petani Penggarap dalam 1 Ha per Musim Tanam Tahun 2005 Pemilik Penyakap

I. Penerimaan

Total Produksi GKG 6.438,95 8.392,86 Harga GKG 2.000,00 2.000,00 Total Penerimaan 12.877.906,98 16.785.714,29 II. Biaya

1. Biaya Tunai

a. Benih 0,00 0,00 b. Pupuk 647.965,12 1.357.142,86 c. MOL dan Bio pestisida d, TK Luar Keluarga 1.753.488,37 833.333,33 e. Traktor 250.000,00 250.000,00 g. PBB 46.000,00 0,00 h. Bagi hasil 0,00 5.035.714,29 Total Biaya Tunai 2.697.453,49 7.522.190,48 2. Benih Diperhitungkan a. Benih 29.069,77 47.619,05 b. Biaya Penyusutan 268.895,35 630.952,38 c. TK dalam Keluarga 565.116,28 6.214.285,71 d. Pupuk Padat 187.209,30 0,00 e. MOL dan Bio pestisida 46.220,93 71.428,57 Total Biaya Diperhitungkan 1.096.511,63 6.964.285,71 Total Biaya 3.793.965,12 14.486.476,19 Pendapatan Kotor 10.180.453,49 9.263.523,81 Pendapatan Bersih 9.083.941,86 2.299.238,10 Apabila dilihat total pendapatannya, maka pendapatan yang paling besar adalah petani pemilik penggarap yaitu Rp 9.083.941,86 dengan total penerimaannya adalah Rp 12.877.906,98 adapun total biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap yaitu sebesar Rp 2.697.453,49 dan total biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 1.096.511,63. Hal ini disebabkan karena petani penyakap mengeluarkan biaya yang cukup besar sebanyak 30 persen dari penerimaannya untuk membayar sewa lahan kepada pemilik lahan. Secara rinci analisis pendapatan usahatani padi ramah lingkungan dapat dilihat pada Tabel 15. Harga jual gabah siap giling adalah sebesar Rp 2.000,00 per kg, jumlah produksi gabah yang diproduksi untuk pemilik penggarap sebesar 6.438,90 kg sedangkan untuk petani penyakap adalah sebesar 8.392,86 kg. Biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, untuk biaya tunai yang dikeluarkan adalah biaya dalam hal pembelian bahan – bahan pupuk, penggunaan tenaga kerja luar keluarga, sewa traktor, dan pengeluaran pajak bumi dan bangunan PBB. Berbeda halnya dengan petani penyakap, mereka tidak mengeluarkan PBB tetapi petani ini mengeluarkan biaya atas bagi hasil antar petani penyakap dengan pemilik lahan, besarnya pembagian ini sebesar 30 persen dari penerimaan petani diberikan kepada pemilik lahan karena petani penyakap tidak meminta bantuan pupuk dari pemilik, jika pemilik tanah memberikan bantuan kepada petani penyakap maka pemilik tanah mendapatkan bagian sebesar 50 persen dari hasil yang diperoleh oleh petani, PBB dikeluarkan oleh pemilik tanah sebesar Rp 115.000 per ha dalam satu tahun. Besarnya biaya yang diperhitungkan oleh petani pemilik penggarap dan penyakap disebabkan oleh pembelian benih, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan bahan – bahan pupuk dari milik sendiri dan penggunaan bahan – bahan untuk pembuatan MOL yang diperhitungkan untuk pestisida, pupuk organik cair dan mikro organisme nabati. Untuk petani penyakap, bahan – bahan pupuk berasal dari hasil membeli mengakibatkan biaya penggunaan bahan – bahan pupuk tidak ada. Dilihat dari besarnya biaya tunai dan biaya yang diperhitingkan maka biaya yang dikeluarkan oleh petani secara umum lebih besar dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga, HOK seperti yang terlihat pada Lampiran 9. Penggunaan pupuk padat secara tunai yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dilakukan oleh petani penyakap, seluruh bahan untuk membuat pupuk padat berasal dari membeli dan untuk petani pemilik penggarap biaya yang dikeluarkan untuk membuat pupuk ada yang membeli ada juga yang berasal dari miliknya sendiri. Bahan – bahan pupuk yang digunakan dalam membuat pupuk padat diantaranya kotoran domba, kotoran ayam, kotoran sapi, jerami dan bahan – bahan MOL seperti daun – daunan. Banyaknya penggunaan bahan pupuk untuk penyakap lebih besar dibandingkan dengan pemilik penggarap, untuk petani penyakap penggunaan bahan – bahan pupuk secara tunai sebanyak 7.619,05 kg per ha, sedangkan untuk petani pemilik penggarap penggunaan bahan – bahan pupuk secara tunai sebesar 3.965,12 kg per ha dan untuk pengeluaran diperhitungkan sebesar 404,07 kg per ha. Secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10. Penggunaan benih baik petani pemilik penggarap maupun penyakap berasal dari usahatani sebelumnya, jumlah benih rata – rata per ha untuk petani pemilik sebesar 7,23 kg per ha dan untuk petani penyakap sebesar 11,9 kg per ha. Secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11. Mikro Organisme Lokal MOL yang digunakan adalah bonggol pisang, air nira, rebung, air kelapa muda, kotoran hewan, jerami, keong mas, terasi, dan daun tembakau, yang semua bahan berasal dari alam sekitar sehingga tidak melakukan pembelian bahan – bahan untuk pembelian MOL, sehingga banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik sebesar Rp 46.220,93 kg per ha dan untuk petani penyakap sebesar Rp 71.428,57 per ha. Alat pertanian yang digunakan oleh petani dalam usahatani padi adalah cangkul, parang, arit, karung, terpal, hensprayar dan pepiti. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan asumsi bahwa peralatan yang telah digunakan tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis. Sehingga rata – rata biaya yang diperhitungkan untuk penyusutan alat adalah sebesar Rp 268.895,35 per musim untuk petani pemilik dan untuk petani penyakap sebesar Rp 630.952,38 per musim.

6.3.2. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Konvensional

Jumlah petani pemilik berjumlah tiga orang 0,43 persen dan untuk petani penyakap berjumlah empat orang 0,57 persen, sehingga dapat dilihat bahwa penerimaan total usahatani padi konvensional pada petani penyakap lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik, penerimaan total usahatani padi konvensional petani penyakap adalah Rp 4.150.695,65 dengan total biaya tunai sebesar Rp 2.627.382,61 sehingga pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp 1.523.313,04 dan total biaya yang telah ditambah dengan biaya yang diperhitungkan maka besar biaya total adalah Rp 3.378.976,81 sehingga pendapatan bersihnya adalah Rp 771.718,84 adapun besarnya total biaya yang diperhitungkan adalah Rp 751.594,20. Total penerimaan petani pemilik penggarap adalah sebesar Rp 4.029.230,77, dengan total biaya tunai sebesar Rp 1.893.252,75 maka pendapatan kotornya sebesar Rp 2.135.978,02. Total biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 275.000,00, mengakibatkan pendapatan bersih yang diperolehnya sebesar Rp 1.860.978,02. Secara rinci analisis pendapatan usahatani padi konvensional dapat dilihat pada Tabel 16. Biaya tunai yang dikeluarkan petani pemilik dan penyakap adalah biaya untuk pembelian benih, penggunaan pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, dan sewa traktor. Biaya pestisida dikeluarkan secara tunai oleh petani penyakap dan untuk petani pemilik penggarap tidak mengeluarkan biaya untuk pestisida, karena lahan yang diusahakannya tidak terjadi serangan hama menyebabkan petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian pestisida. Selain itu biaya yang dikeluarkan oleh petani penyakap adalah bagi hasil dengan pemilik lahan sebesar 30 persen dari pendapatan yang diperolehnya. PBB hanya dikeluarkan oleh petani pemilik tanah. Biaya yang diperhitungkan oleh petani pemilik penggarap dan penyakap adalah berupa biaya benih, biaya penyusutan alat – alat dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 16. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Konvensional antara Petani Pemilik dan Petani Penyakap dalam 1 Ha per Musim Tanam Tahun 2005 Pemilik Penyakap

I. Peneriman