Penanggungan Resiko Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran pada Saluran I

ikutan lainnya dalam proses penggilingan. Sedangkan untuk lembaga PBLD dan pengecer tidak lagi melakukan sortasi.

d. Penanggungan Resiko

Resiko dapat terjadi pada berbagai lembaga yang terkait dalam proses pemasaran seperti petani, PPTD, PBLD dan pedagang pengecer tingkat daerah ataupun luar daerah. Dalam proses penjualan gabah kering siap panen petani tidak mengalami resiko, karena petani telah menjual kepada PPTD, dan apabila PPTD mengalami kerugian akibat membeli padi maka bukan tanggung jawab PPTD. Penanggungan resiko yang dialami oleh PPTD adalah pada saat mengambil gabah dari petani dan pada saat mengirimkan padi kepada PBLD dan pedagang pengecer. Misalnya jika volume timbangan dari petani ke PPTD diperjalanan mengalami pengurangan maka itu diluar tanggung jawab petani, begitu juga dari PPTD ketika mengirim beras ke PBLD dan pengecer maka ini tanggung jawab di pihak PPTD. PBLD harus membayar resiko misalnya pada saat penyimpanan beras di gudang, dan pada saat mengirim beras kepengecer, resiko ini bisa berupa biaya penyusutan atau kerusakan kemasan pada saat pengiriman. Sedangkan untuk pedagang pengecer daerah ataupun luar daerah harus menanggung resiko pada saat beras yang belum habis terjual mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan dalam proses penyimpanan ataupun juga dari gangguan hal – hal yang tidak diinginkan seperti dimakan tikus.

7.3. Stuktur Pasar

Stuktur suatu pasar diidentifikasi melalui jumlah penjualan dan pembeli yang terlibat dengan pelaku pasar, kebebasan untuk keluar masuk pasar, sifat produk yang diperjualbelikan, dan informasi pasar yang diperoleh. Uraian mengenai struktur pasar yang dihadapi oleh para pelaku pasar dalam pemasaran padi ramah lingkungan adalah sebagai berikut.

7.3.1. Petani

Stuktur pasar yang dihadapi petani padi ramah lingkungan mendekati monopsoni, dimana jumlah pedagang pengumpul tingkat daerah yang ada hanya satu yang membeli padi ramah lingkungan, meskipun pada kenyataannya petani dapat mejual kepada pengumpul lain dengan harga yang lebih rendah. Komoditi yang diperjual belikan bersifat homogen yaitu padi ramah lingkungan. Petani mempunyai kedudukan yang lebih rendah dalam menentukan harga. Petani dalam hal ini hanya bertindak sebagai penerima harga, sehingga walaupun ada proses tawar menawar tetapi pada akhirnya petani tetap merupakan sabagai penerima harga. Informasi tentang harga padi ramah lingkungan diperoleh dari pedagang pengumpul tingkat daerah yang ditetapkan sebelumnya.

7.3.2. Pedagang Pengumpul Tingkat Daerah PPTD

Pedagang pengumpul tingkat daerah menghadapi struktur pasar yang mengarah ke bentuk pasar oligopsoni. Hal ini dicirikan dengan jumlah pedagang pengumpul yang terbatas, dengan jumlah pesaing hanya satu dengan produk yang diperjualbelikan homogen yaitu padi ramah lingkungan. Untuk memasuki pasar ini diperlukan modal yang cukup besar yang digunakan untuk membeli padi ramah lingkungan, dan biaya – biaya dalam proses pengolahan sehingga produk siap untuk dipasarkan. PPTD termasuk pihak yang melakukan tawar menawar kepada pihak pedagang besar luar daerah yang bertempat di Bandung, dan untuk penjualan langsung kepada konsumen dan pengecer tingkat daerah, PPTD berlaku sebagai penentu harga.

7.3.3. Pedagang Besar Luar Daerah PBLD

Pedagang besar luar daerah menghadapi stuktur pasar yang mengarah ke bentuk pasar oligopoli. Struktur pasar ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah pedagang besar luar daerah yang ada di Bandung. Hambatan bagi pendatang baru dalam memasuki pasar terletak pada modal dan pengalaman. Modal digunakan untuk biaya operasional sedangkan pengalaman digunakan untuk mengantisifasi fluktuasi harga dan cara menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Produk yang diperjualbelikan sudah homogen, terdapat beberapa jenis beras yang diperjualbelikan. Penentuan harga dilakukan secara tawar menawar dengan patokan harga yang berkembang di pasaran, dan didasarkan pada kualitas beras yang diperjualbelikan. Informasi pasar didapatkan dari mekanisme pasar, pembeli atau pedagang besar lainnya.

7.3.4. Pengecer

Struktur pasar yang dihadapi oleh pengecer adalah pasar bersaing, dimana jumlah pengecer banyak diimbangi dengan jumlah pembeli yang banyak pula, sehingga dalam struktur pasar seperti ini terdapat persaingan antara pengecer yang satu dengan pengecer yang lain. Pengecer dapat mempengaruhi pembeli dalam mempromosikan penjualan berasnya misalkan dalam hal kualitas yang diperjualbelikan. Beras yang diperjualbelikan bersifat heterogen yang terdiri dari berbagai jenis beras yang dijual. Pengecer memiliki kekuatan dalam menentukan harga yang dijualnya sehingga pengecer bertindak sebagai penentu harga.

7.4. Analisis Marjin

Analisis marjin saluran pemasaran beras dimaksudkan untuk melihat sejauh mana perbedaan harga yang terjadi diantara saluran pemasaran, marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga yang harus dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang harus dibayar oleh pihak produsen dalam setiap saluran pemasaran akan mengakibatkan perbedaan harga jual pada saat konsumen akhir, hal ini disebabkan oleh setiap lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang dari petani hingga konsumen pada umumnya melakukan fungsi pemasaran, fungsi pemasaran ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan, semakin banyak lembaga yang terlibat didalam sistem pemasaran, maka akan semakin banyak biaya pamasaran yang harus dikeluarkan dan semakin besar pula perbedaan harga yang harus dibayar oleh konsumen dengan harga yang harus diterima oleh prodesen. Pembahasan saluran pemasaran beras ramah lingkungan yang berasal dari Desa Sukagalih diikuti dari lembaga produsen sampai lembaga pemasaran terakhir. Dari beberapa saluran pemasaran yang ada, dapat dikelompokkan menjadi empat saluran pemasaran.

7.3.1. Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran

a. Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran pada Saluran I

Lembaga – lembaga yang terkait di dalam saluran pemasaran I adalah petani dan PPTD, seperti yang terlihat pada Gambar 12. Gamabar 10. Saluran Pemasaran I Padi Ramah Lingkungan dari Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Petani menjual gabah siap giling kepada PPTD, kemudian PPTD melakukan pengolahan agar beras dapat dijual ke konsumen. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa dalam proses pengolahan agar dapat sampai ke konsumen diperlukan biaya – biaya, biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan ini adalah biaya kemasan sebesar Rp 80,00 per kg, penggilingan Rp 150,00 per kg, grading dan sortasi Rp 100,00 per kg, transportasi pengambilan gabah dan tenaga kerja Rp 40,00 per kg, upah tenaga kerja Rp 37,50 per kg, transportasi pemasaran Rp 100,00 per kg, penyusutan dalam angkutan 2 persen Rp 40,00 per kg, dan penyusutan dalam proses penggilingan 35 persen Rp 700,00 per kg. Sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan dalam lembaga PPTD adalah sebesar Rp 3.247,50 per kg. Petani Konsumen Pedagang Pengumpul Tingkat Daerah PPTD Tabel 19. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran pada Saluran I Jenis Biaya Harga per kg Rpkg Persentase Petani Harga jual 2.000,00 44,44 PPTD Harga beli 2.000,00 44,44 Biaya – biaya Kemasan 80,00 1,78 TK Pengemasan 37,5 0,83 Penggilingan 150,00 3,33 Grading dan Sortasi 100,00 2,22 Transportasi dan bongkar 40,00 0,89 Transportasi pemasaran 100,00 2,22 Penyusutan angkutan 2 40,00 0,89 Penyusutan giling 35 700,00 15,56 Total Biaya 3.247,50 72,17 Harga jual 4.500,00 100,00 Keuntungan 1.252,50 27,83 Marjin 2.500,00 55.,56 Konsumen Harga Beli 4.500,00 100,00 Total biaya 3.247,50 72,17 Total Keuntungan 1.252,50 27,83 Total Marjin 2.500,00 55,56 Farmer Share 44,44 Keterangan : Persentase terhadap harga beli konsumen Harga jual yang berlaku untuk konsumen adalah sebesar Rp.4.500,00 per kg, sehingga total marjin pemasaran pada saluran ini sebesar Rp 1.252,50 atau 55.56 persen dari harga beli yang diterima oleh konsumen.

b. Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran pada Saluran 2