2.2.1. Biaya Usahatani
Biaya dalam usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang
dikeluarkan oleh petani. Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi
yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga,
penggunaan benih dari hasil produksi dan penyusutan sarana produksi.
2.2.2. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi
rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan kredit atau pinjaman dari pihak luar. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total
produksi dengan harga pasar yang berlaku Soekarwati dkk,1986.
2.2.3. Pendapatan Usahatani
Tingkat keberhasilan dalam mengelola usahatani dapat diukur melalui besarnya pendapatan yang diterima dari usahataninya. Pendapatan usahatani
merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani Soeharjo dan Patong, 1977.
Pendapatan bersih merupakan ukuran bagi imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktor – faktor produksi, kerja, pengelolaan dan modal sendiri
maupun modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahataninya Soekarwati dkk,
1986.
Untuk mengukur tingkat pendapatan petani dapat digunakan konsep pendapatan kotor petani Gross Farm Income dan pendapatan bersih petani Net
Farm Income . Pendapatan kotor petani diperoleh sebagai hasil pengurangan
biaya tunai dari produksi. Sedangkan pendapatan bersih sebagai hasil pengurangan biaya yang diperhitungkan dari pendapatan kotor petani Herdt
dalam Nainggolan, 2001.
Besarnya pendapatan petani yang diterima petani dalam satu tahun berbeda antar petani. Perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor – faktor tersebut ada yang masih dapat diubah dalam batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak bisa diubah yaitu iklim dan jenis tanah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan dan upaya peningkatan usahatani yang masih dalam batasan kemampuan petani adalah luas usahatani, dan
efisiensi produksi. Luas rata – rata usahatani di Indonesia yang kecil merupakan salahsatu faktor hambatan dalam perubahan pemilihan jenis tanaman yang akan
diusahakan Soeharjo dan Patong, 1977. Analisis pendapatan berguna bagi petani sebagai pemilik faktor – faktor
produksi dan pengelola usahatani. Tujuan analisis pendapatan usahatani adalah untuk menggambarkan tingkat keberhasilan kegiatan usahatani dan melihat
prospek usahatani tersebut dimasa yang akan datang.
2.3. Metode System of Rice Intensification SRI