6.1. Proses Budidaya 6.1.1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan bertujuan untuk memulihkan kondisi tanah dari segi kandungan unsur hara, dan untuk memperbaiki drainase tanah sehingga tanah atau
lahan siap untuk ditanami. Dilihat secara umum proses pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani padi ramah lingkungan metode SRI hampir sama dengan
pengolahan tanah yang di lakukan oleh petani padi konvensional. Proses pengolahan lahan untuk usahatani padi ramah lingkungan metode SRI
dilakukan sebanyak dua kali, adapun proses pengolahan lahan yang pertama adalah lahan dibajak dengan menggunakan traktor, setelah lahan dibajak maka pupuk kandang
matang dimasukkan kelahan dan diratakan setelah itu diairi, kondisi air macak – macak dengan tujuan supaya pupuk tidak terbawa oleh air dan selama dua minggu lahan
diberakan. Pengolahan tanah kedua yaitu tanah dicangkul dan diratakan dalam kondisi air tetap macak – macak, endapkan semalam supaya mudah untuk digarit dan setelah
itu dilakukan penanaman. Sedangkan pada usahatani padi secara konvensional proses pengolahan lahan
hanya dilakukan satu kali pembajakan, dengan proses awalnya lahan dibajak dengan traktor, kemudian bongkahan – bongkahan tanah dihaluskan dengan menggunakan
cangkul dan diratakan, kemudian lahan digenangi dan diberakan selama 2 – 3 hari dan setelah itu dilakukan penanaman.
6.1.2. Penyemaian
Penyemaian pada usahatani padi ramah lingkungan metode SRI berbeda dengan usahatani padi konvensional. Proses kegiatannya diawali dengan menyediakan
media penyimpanan memakai pepiti atau nampan yang diisi dengan pupuk organik
atau yang lebih dikenal dengan sebutan “bahan organik” dengan tanah ada sebagian petani tidak menggunakan tanah sebagai media tanam tetapi dengan menggunakan
dedak kasar atau sekam dengan tujuan agar mudah dalam proses pencabutan benih waktu menanam dengan perbandingannya adalah 1 : 1, kemudian benih ditebar secara
merata tidak terlalu padat atau tidak terlalu jarang dan tanah agar selalu lembab, banyaknya benih dalam satu pepiti rata – rata 1 ons, seperti yang terlihat pada Gambar
3.
Gambar 3. Foto Persemaian Metode SRI
Sumber: Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, 2005
Sedangkan untuk proses persemaian secara konvensional diawali dengan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul sampai kondisi tanah gembur dan
rata, dalam proses ini ada sebagian petani yang menggunakan pupuk kimia ke lahan persemaian. Setelah selesai pengolahan tanah kemudian benih ditebar secara merata
diatas lahan persemaian tersebut. Adapun luas lahan semai yang digunakan untuk lahan penanaman 1 ha sekitar 400 m
2
.
6.1.3. Penanaman
Ketersediaan air yang relatif cukup sepanjang tahun ditunjang dengan sistem pengairan air yang baik maka pola tanam petani yang terjadi di Desa Sukagalih adalah
“padi – padi – padi” atau “padi – padi – palawija”, tetapi petani jarang sekali menanam palawija sehingga pola tanam yang terjadi adalah “padi – padi – bera”. Alasan petani
tidak menanam palawija adalah karena petani tidak terlalu terbiasa untuk menanam palawija.
Penanaman padi ramah lingkungan metode SRI yang dilakukan oleh petani dilakukan pada saat umur 5 – 8 hari setelah semai dengan jumlah bibit 1 – 3 buah per
rumpun dengan dalam penanaman antara 0,5 – 1 cm, jarak tanam yang dilakukan oleh petani antara 25 x 25 cm sampai 30 x 30 cm, seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Penanaman Padi dengan Menggunakan Metode SRI
Sumber: Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, 2005 Sedangkan untuk penanaman dengan cara konvensional biasanya dilakukan
pada umur antara 19 – 24 hari setelah semai dengan jumlah bibit 3 – 7 per rumpun dengan kedalaman rata – rata 5 cm, jarak tanam yang dilakukan oleh petani antara 27 x
27 cm sampai 31 x 31 cm, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Sebelum melakukan
penanaman proses sebelumnya adalah proses panen bibit dari tempat penyemaian yang biasanya lebih dikenal dengan istilah “babut”.
Gambar 5. Penanaman Padi dengan Metode Konvensional
Sumber: Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, 2005
6.1.4. Penyulaman