III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pertanian yang berkelanjutan menjadi tuntutan globalisasi yang mensyaratkan produk – produk pertanian harus ramah lingkungan dan bebas
residu bahan kimia, yaitu dengan sistem back to nature yang sistem pertaniannya tidak merusak, tidak mengubah, serasi selaras, dan seimbang dengan
lingkungannya. Sejalan dengan itu, Departemen Pertanian pun telah menjalankan program Go Organic 2010 yang menargetkan Indonesia menjadi salah satu
produsen pangan organik. Makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh pertanian konvensional
akibat penggunaan pupuk kimia, pestisida dan zat – zat kimia lainnya dalam jumlah yang berlebihan, maka dampak negatifnya menjadi perhatian semua
kalangan. Seperti residu pupuk terutama nitrogen mulai diketahui mencemari air tanah sebagai sumber air minum, sehingga akan membahayakan kesehatan
manusia. Pertanian anorganik bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahan – bahan kimia buatan pupuk dan pestisida menimbulkan kehawatiran berupa
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Padi organik yang berkembang saat ini menjadi alternatif dalam
pengusahaan lahan bagi petani, dalam budidaya organik akan meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya non
organik. Pupuk organik merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur hara yang dapat dikatakan cuma – cuma dari alam.
Pupuk organik bekerja menyuburkan tanah, menyehatkan ekosistem tanah dan
menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan, sehingga penerapan pertanian organik akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
Sejalan dengan pengembangan pertanian organik, maka timbul standarisasi yang menjadi acuan dalam pencapaian kualitas yang diharapkan oleh
produsen dan konsumen. Standar tersebut berisi tentang proses produksi dan pengolahan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan dalam budidaya
pertanian organik. Ditingkat nasional terdapat SNI 01 – 6729 – 2002 yang diterbitkan oleh pemerintah tentang sistem pertanian organik, dan ditingkat
internasional terdapat IBS atau CAC, standarisasi ini menjadi acuan bagi para pelaku terkait dalam pengembangan pertanian organik.
Lahan budidaya yang ada saat ini berasal dari lahan bekas budidaya pertanian non organik yang diusahakan secara konvensional, maka diperlukan
konversi lahan yang bertujuan untuk memulihkan kandungan sisa – sisa bahan kimia yang terdapat dalam tanah, memulihkan unsur fauna dan mikro organisme
tanah. Dalam masa konversi ini maka pertanian yang ada disebut lahan konversi menuju organik. Padi yang dihasilkan oleh petani dalam masa konversi ini hanya
dapat dikatakan padi ramah lingkungan. Selama ini cara budidaya yang berkembang di petani adalah menggunakan
metode konvensional. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka ditemukan cara budidaya yang baru yaitu dengan menggunakan metode SRI yang ramah
lingkungan, dan sekarang merupakan alternatif bagi petani untuk mengusahakan lahanya. SRI merupakan metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan
mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisi. Selain itu, metode SRI ini dapat menghemat air hingga 50 persen.
Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu merupakan daerah pertama di Kabupaten Tasikmalaya yang mendapatkan pelatihan SRI pada tahun 2003, tetapi
dengan berjalannya waktu yang bertahan mengusahakan budidaya padi ramah lingkungan metode SRI tinggal tujuh orang dari seluruh petani yang mengikuti
pelatihan sebanyak 21 orang yang berasal dari Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, dari survey awal ketujuh petani bertahan
disebabkan oleh pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, dilihat dari jumlah produksi yang memuaskan petani.
Dalam melihat pendapatan pertanian maka perlu digunakan analisis pendapatan yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi besarnya penerimaan
yang diterima dari suatu usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Tujuan analisis pendapatan usahatani adalah untuk melihat
tingkat keberhasilan kegiatan usahatani dan melihat prospek usahatani tersebut dimasa yang akan datang.
Besarnya revenue atau penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan ini mencakup
semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan kredit atau pinjaman dari pihak luar.
Cost atau biaya dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai diperoleh dengan melihat pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan dengan melihat
pengeluaran yang tidak tunai dikeluarkan oleh petani seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan
benih dari hasil produksi dan penyusutan sarana produksi.
Dalam melihat saluran pemasaran padi ramah lingkungan maka perlu melihat saluran pemasaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan barang dari petani ke tangan konsumen yang didalamnya terdapat lembaga – lembaga pemasaran yang didalamnya dapat dilihat fungsi pemasaran,
efisiensi pemasaran, dan struktur pasar. Fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari titik produsen
ke titik konsumen, fungsi pemasaran dapat dilihat dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Efisiensi pemasaran secara sederhana dapat didefinisikan secara sederhana sebagai optimalisasi dari output dan input, suatu perubahan yang dapat
mengurangi biaya input dalam melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari output, ini menunjukkan perbaikan tingkat efisiensi
pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari dua efisiensi yaitu efisiensi oprasional dan efisiensi penetapan harga.
Indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, harga ditingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik
pemasaran, dan intensitas persaingan pasar. Analisis marjin digunakan untuk melihat perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang
diterima petani. Persentase harga yang diterima petani terhadap harga konsumen akhir, dilakukan dengan menghitung farmer’s share .
Struktur pasar sangat penting dalam analisis pemasaran karena melalui analisis struktur pasar secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku
partisipan yang terlibat dan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut. Ditinjau
dari sisi penjualan, maka struktur pasar dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, monopolistik, oligopoli, dan monopoli. Apabila dilihat dari segi
pembeli, struktur pasar juga dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, persaingan oligopsonistik, oligopsoni, monopsoni.
Persepsi dapat berbeda pada setiap petani karena setiap individu mempunyai karakteristik individu yang berbeda, karakteristik individu terdiri dari
umur, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, status kepemilikan lahan, tingkat pendidikan, dan lama bertani. Persepsi yang diteliti adalah dalam hal
manfaat, keuntungan, dan kemudahan yang dirasakan oleh petani terhadap usahatani padi ramah lingkungan metode SRI. Secara garis besar alur pemikiran
yang akan diambil terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan: = Ruang lingkup penelitian
♣ Penerimaan ♣ Biaya
Saluran Pemasaran Melalui Budidaya
Metode SRI Tidak Ramah
Lingkungan Petani Padi di Desa Sukagalih
Pertanian Berkelanjutan: • Tuntutan Globalisasi
• Ramah Lingkungan • Back to nature
Melalui Budidaya Metode Konvensional
Ramah Lingkungan
♣ Analisis Pendapatan ♣ Analisis RC ratio
Fungsi Pemasaran
Persepsi Petani
Pengembangan Usahatani
Struktur Pasar Efisiensi Pemasaran
• Fungsi Pertukaran
• Fungsi Fisik • Fungsi Fasilitas
• Efisiensi oprasional • Efisiensi penetapan
harga Sisi penjualan:
• Persaingan sempurna
• Monopolistik • Oligopoli
• Monopoli Sisi pembeli:
• Persaingan
sempurna • Oligopsonistik
• Oligopsoni • Monopsoni.
Karakteristik Individu ♣ Umur
♣ Tingkat pendapatan ♣ Jumlah tanggungan
keluarga ♣ Status kepemilikan
lahan ♣ Tingkat pendidikan
♣ Lama bertani • Analisis Marjin
Pemasaran • Farmer’s share
IV. METODE PENELITIAN