52
4.5.2. Stratifikasi Warga
Stratifikasi atau pelapisan sosial yang terdapat di Desa Sekarwangi didasarkan pada kemapanan ekonomi, kesepuhan dan agama. Kemapanan
ekonomi biasanya terdapat pada masyarakat dengan kategori Keluarga Sejahtera III KS III dan KS III Plus dengan kriteria yaitu mereka telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik kebutuhan dasar, sosial, psikologis, pengembangan dan telah memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan
bagi masyarakat. Stratifi kasi menurut kesepuhan yaitu orang yang dituakan dan stratifikasi menurut agama yaitu golongan ulama atau ustad yang tinggal di Desa
Sekarwangi. Berikut ini dapat dilihat gambar yang menunjukkan pelapisan sosial di Desa Sekarwangi:
Gambar 3. Stratifikasi Sosial di Desa Sekarwangi Tahun 2004.
Gambar 3. di atas menunjukkan bahwa stratifikasipelapisan sosial yang terjadi di Desa Sekarwangi didasarkan pada status ekonomi dan keseganan
masyarakat terhadap golongan yang ada di atasnya. Warga masyarakat yang menduduki lapisan satu adalah warga masyarakat yang dianggap “the have”
orang kayaKS IIIKS III Plus, para ulama yang disegani oleh warga masyarakat dan para sesepuh atau orang yang dituakan. Petuah yang disampaikan oleh
ulama lebih cepat diserap oleh komunitas di Desa Sekarwangi yang mayoritas beragama Islam.
Jumlah yang terdapat pada tiap lapisan beragam, dari 1.445 KK yang ada di Desa Sekarwangi, pada lapisan yang pertama jumlah warganya relatif sedikit
yaitu sebanyak 143 KK 10. Pada lapisan yang kedua masyarakat memiliki kepercayaan terhadap golongan PNS dan Aparat Desa yang dianggap memiliki
KS I I I Plus, KS I I I , Ulama, Sepuh
KS I I , PNS, Aparat Desa.
KS I , Pra KS Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
40 50
10
53 pengaruh dan kekuasaan untuk membangun desa di mana jumlah mereka
sebanyak 739 KK 50. Golongan yang terakhir adalah KS I dan Pra KS, di mana mereka adalah para buruh tani, buruh pabrik dan pedagang kecil yang
jumlah mereka sebanyak 563 KK 40. Posisi perempuan kepala rumahtangga yang bergerak dalam usaha mikro
berada pada lapisan tiga golongan bawah yaitu KS I dan Pra KS. Mereka rata- rata bergerak pada bidang usaha warungan dan usaha jahit rajut yang telah
dirintis sejak terjadinya krisis ekonomi Tahun 1997. Suami mereka yang mengalami PHK menyebabkan mereka yang asalnya dianggap sebagai pencari
nafkah tambahan dan hanya membantu suami akhirnya harus menjadi pencari nafkah utama. Perubahan peran tersebut menyebabkan mereka harus bisa
membagi tugasnya antara urusan rumahtangga dan sebagai pencari nafkah, sementara sebagian suami mereka ada yang mengerti dan membantu urusan
rumahtangga i strinya, tetapi ada juga yang tetap bersantai dan berleha-leha yang menyebabkan seorang PKRT harus membanting tulang untuk membiayai
sekolah anak-anaknya dan menghidupi kelangsungan hidup rumahtangganya.
4.6. Sistem Nilai dan Norma